Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun Oleh :

Melani nur hidayati

(1901110583)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan
konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa
seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada
dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah
serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).

B. Etiologi
1. Faktor Presdiposisi menurut Stuart & Sundeen (2002) sebagai berikut :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua yang tidak realistis
3) Kegagalan yang berulang
4) Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal
5) Ketergantungan pada orang lain
6) Ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran Meliputi sreotif peran gender, terutama
peran kerja dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :
1) Ketidakpercayaan orang tua
2) Tekanan dari kelompok sebaya
3) Perubahan struktur sosial.
2. Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2002) dapat berasal dari sumber internal
dan eksternal yaitu :
a. Trauma Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai- nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan
sakit, transisi ini dicetuskan oleh :
1) Kehilangan anggota tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
4) Prosedur medis dan keperawatan.

C. Rentang respon
1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan
kenyataan.
3. Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai
keinginan.
4. Kerancunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat
kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain – lain.
5. Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih
karena orang lain
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik
1) Situasional
Harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang
muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di
rumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak
tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang
kurang menghargai klien dan keluarga.
2) Kronik
Harga diri kronik biasanya sudah berlansung sejak lama yang dirasakan klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan
menjadi semakin meningkat saat dirawat

D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerjakeras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,  politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes  popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan oba-
obatan.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme Pertahanan Ego:
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi,proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain

E. Manifestasi Klinis
1. Gambaran diri ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 2002). Beberapa gangguan pada
gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti :
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas.
b. Menarik diri Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien
menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap Setelah klien sadar akan kenyataan maka
respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan
gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda
berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi
gangguan gambaran diri yaitu :
1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah
2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6) Mengungkapkan keputusasaan.
7) Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8) Depersonalisasi.
9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen, 2002).
Tanda dan gejala :
a. Merasa diri tak berharga
b. Perasaan tidak mampu
c. Rasa bersalah
d. Ketegangan peran yang dirasakan
e. Pandangan hidup yang pesimis
f. Penolakan terhadap kemampuan personal atau ketidakmampuan untuk mendapatkan
penghargaan yang positif
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 2002). Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma)
atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Tanda dan gejala harga
diri rendah:
a. Perasaan malu
b. Perasaan bersalah pada diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri
4. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2004). Tanda dan gejala gangguan peran:
a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
b. Mengungkapkan ketidakpuasan peran
c. Kegagalan menjalankan peran
d. Ketegangan menjalankan peran
e. Apatis/bosan/jenuh/putus
f. Ganti-ganti peran
5. Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasidan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang
utuh (Stuart and Sudeen, 2002). Tanda dan gejala identitas yang kurang:
a. Memandang dirinya secara unik
b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan
dapat mengontrol diri
d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri
Akibat Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku
yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Tanda dan
gejala dari isolasi social
a. Gejala positif
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2) Menghindar dari orang lain (menyendiri)
3) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat
4) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
5) Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
6) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap
7) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
8) Posisi janin saat tidur
b. Gejala negative
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3) Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya
c. Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
6. Pathway

Isolasi social : menarik diri

Core Problem Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Gangguan cutra tubuh

7. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
a. Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya di dalam otak, mengubah
emosi dan mempengaruhi perilaku
b. Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang membawa penghambat atau
penstimulasi dari satu neuron ke neuron lain melintasi ruang (sinaps) diantara mereka
c. Terapi elektrokonvulsif (ECT) Penatalaksanaan Medis :
1) Chlorpromazine (CPZ) Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan, dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali,
berdaya berat dalam kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan sosial,
dan melakukan kegiatan rutin. Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi, kelainan jantung, dan ketergantungan obat. Mekanisme kerja :
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaps di otak khususnya system
ekstra pyramidal. Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, mata kabur, kesulitan dalam buang air
kecil, hidung tersumbat, gangguan irama jantung), metabolic (jaundice).
2) Haloperidol (HR/ Resperidone) Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan
menilai realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Kontra indikasi : Penyakit
hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.
Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor
pasca sinaptik neuron di otak khususnya system ekstra pyramidal. Efek samping :
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik,
mulut kering, kesulitan buang air kecil dan buang air besar, hidung tersumbat,
mata kabur)
3) T rihexyphenidyl (THP) Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk
pasca ansefalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina
dan fenotiazine. Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl,
psikosis berat, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran cerna. Mekanisme kerja :
Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.
Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardi, retensi urine.
2. Psikoterapi Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 ).
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar  Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course).


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai