Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN JIWA DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Oleh
Putri Intan Pandini
191FK01089
3A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021
A. Defenisi
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 2001 ).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain ( Stuart & Sundeen, 2002 ).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri ( Yoedhas,
2010 ).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yang dikemukakan oleh
Stuart & Sundeen ( 2002 ) yaitu gambaran diri ( citra t ubuh ), ideal diri, harga
diri, peran diri dan identitas diri.
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negative terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan ( Budi Ana Keliat, 2001 ).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat ( 2001 ),
yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan social (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai hara pan yang
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).
Menurut Stuart & Sundeen (2002), perilaku klien HDR menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Produktivitas menurun.
2. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung.
8. Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10. Pandangan hidup yang pesimis.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang bertentangan.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menolak diri secara social.
16. Penyalahgunaan obat.
17. Menarik diri dan realitas.
18. Khawatir.
Akibat harga diri rendah yang berkepanjangan (kronis), klien akan
mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.
3. Tingkatan
Tingkatan konsep diri : Harga diri rendah, yaitu :
1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif,
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharpkannya dan
sesuai dengan kenyataan,
3. Harga diri rendah
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai tujuan,
4. Keracunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada masa
dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan, perasaan hampa, dan lain-
lain.
5. Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas, misalnya malu dan
sedih karena orang lain.
4. Klasifikasi
Klasifikasi HDR berdasarkan teori penyebab, yaitu:
a. HDR Situasional
Yaitu HDR yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya pasca
operasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu (korban
perkosaan, dipenjara, dituduh KKN) dan sebagainya.
HDR terjadi disebabkan oleh:
- Privacy yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit
- Perlakuan yang tidak menghargai
b. HDR Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang sudah berlangsung lama, klien
mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit yang dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya
5. Pohon Masalah
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Koping Individu Tidak Efektif

B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaftif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan


depersonalisasi
Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri : pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep


diri positif
2. Konsep diri positif : dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang
diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan
3. Harga diri rendah : perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayan diri, merasa gagal mencapai tujuan
4. Keracunan identitas : ketidak mampuan individu mengidentifikasi aspek
psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan
perasaaampa, dan lain-lain.
5. Depersonalisasi : merasa asing terhadap diri snediri, kehilangan identitas
misalnya malu dan sedih karena orang lain.

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (2002) sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a. Penolakan orang tua,
b. Harapan orang tua yang tidak realistis,
c. Kegagalan yang berulang,
d. Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,
e. Ketergantungan pada orang lain,
f. Ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan peran
budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :
a. Ketidakpercayaan orang tua,
b. Tekanan dari kelompok sebaya,
c. Perubahan struktur sosial.
D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2002) dapat berasal dari
sumber internal dan eksternal yaitu :
1. Trauma
Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu menga
laminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
a. Transisi peran perkembangan
Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit
Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit, transisi ini
dicetuskan oleh :
1) Kehilangan anggota tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
4) Prosedur medis dan keperawatan.
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan
jangka penjang serta penggunaan mekanisme bertahan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang meyakinkan.
Pertahanan jangka pendek yaitu :
1) Aktivitas dapat memberikan pelarian sementara dari lensia identitas
2) Aktivitas garis dapat memberikan identitas sementara
3) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri
4) Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah
identitas yang kurang berarti dalam kehidupan individu.
Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut :
1) Penutupan identitas
2) Identitas negatif.

I. Data yang Perlu Dikaji


Pengkajian merupakan tahap awal dan utama dari proses
keperawatan, pengkajian mereflesksikan isi, proses dan informasi yang
berhubungan dengan kondisi bilogis, psikologis, sosial dan spiritual klien
yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah
pasien (Keliat, 2006)
Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang
didalamnya berisi: identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor
predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial, lingkungan
pengetahuan, maupun aspek medik.
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, dan dari penanggung jawab.
2. Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa
yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit.
3. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan eran dan identitas
diri.
4. Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran. (transisi
peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-
hari, pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila
ada keluhan.
6. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
b. Konsep diri :
1) Citra tubuh : Persepsi klien terhadap tubuhnya
2) Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum dirawat
3) Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga
4) Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
5) Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses piker, isi piker,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
c. Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
9. Mekanisme koping
Bila diberikan suatu pilihan dengan bantuan minimal klien dapat
menyelesaikan masalah dengan bantuan perawat atau keluarga.
Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
meyakinkan.
10. Masalah psikosoial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien

11. Pengetahuan
Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medic
Terapi yang diterima klien yaitu ECT, terapi lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, dan terapi lingkungan serta rehabilitasi.
II. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Harga Diri Rendah Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien SP 1
- Mengidentifikasi mampu : - Identifikasi kemampuan
kemampuan dan aspek - Mengidentifikasi positif yang dimiliki:
positif yang dimiliki, kemampuan dan aspek  Diskusikan bahwa pasien
- Menilai kemampuan positif yang dimiliki, masih memiliki sejumlah
yang dapat digunakan, - Memiliki kemampuan kemampuan dan aspek
- Menetapkan atau yang dapat digunakan, positif seperti kegiatan
memilih kegiatan yang - Memilih kegiatan yang pasien dirumah, adanya
sesuai dengan sesuai kemamampuan keluarga dan lingkungan
kemampuan, - Melakukan kegiatan terdekat pasien.
- Melatih kegiatan yang yang sudah dipiih  Beri pujian yang realistis
sudah dipilih sesuai - Merencanakan kegiatan dan hindarkan setiap kali
kemampuan, yang sudah dilatih bertemu dengan pasien
- Merencanakan kegiatan penilaian yang negatif.
yang sudah dilatihnya. - Nilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini
 Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini
 Bantu pasien
menyebutkannya dan
member penguatan
terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien

 Perlihatkan respon yang


kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif.

- Pilih kemampuan yang akan


dilatih
- Diskusikan dengan pasien
beberapa aktifitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
- Bantu pasien menetapkan
aktifitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri
 Aktifitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
 Aktifitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan
terdekat pasien
 Beri contoh cara
pelaksanaan aktifitas yang
dapat dilakukan pasien
 Susun bersama pasien
aktifitas yang dapat
dilakukan pasien

- Nilai kemampuan pertama


yang telah dipilih
 Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan yang akan
dilatihkan
 Bersama pasien dan
keluarga memperagakan
beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien
 Berikan dukungan atau
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang
diperlihatkan pasien
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
 Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba
kegiatan
 Beri pujian atas
aktifitas/kegiatan yang
dapat dilakukan pasien
setiap hari
 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
dan perubahan sikap
 Susun daftar aktivitas
yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan
keluarga
 Berkan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap
aktivitas yang dilaukan
pasien.
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1)
- Pilih kemampuan kedua
yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang
dipilih
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1 & SP 2)
- Memilih kemampuan ketiga
yang dapat dilakukan
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga mampu merawat Setelah ... x pertemuan, keluarga SP 1
pasien dengan HDR di rumah mampu menjelaskan tentang : - Identifikasi masalah yang
dan menjadi sistem pendukung - Mengidentifikasi dirasakan dalam merawat
yang efektif bagi pasien. kemampuan yang pasien
dimiliki pasien - Jelaskan proses terjadinya
- Menyediakan pasilitas HDR
untuk pasien melakukan - Jelaskan tentang cara merawat
kegiatan pasien
- Mendorong pasien - Main peran dalam merawat
melakukan kegiatan pasien HDR
- Memuji pasien saat - Susun RTL keluarga/jadwal
pasien dapat melakukan keluarga untuk merawat
kegiatan pasien
- Membantu melatih SP 2
pasien - Evaluasi kemampuan SP 1
- Membantu menyusun - Latih keluarga langsung ke
jadwal kegiatan pasien pasien
- Membantu - Menyusun RTL keluarga/
perkembangan pasien jadwal kegiatan untuk
merawat pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga
 Follow up
 Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA. 2001. Proses kesehatan jiwa. Edisi 2. EGC : Jakarta.


Stuart GW, Sundeen SJ. 2002. Buku saku keperawatan jiwa. EGC : Jakarta.
Townsend. 2001. Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. EGC : Jakarta.
Yoedhas, 2010. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Harga Diri Rendah. http://
yoedhasflyingdutchman. blogspot.com. Diakses tanggal 23 maret 2011.

Anda mungkin juga menyukai