Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing/CI Ruangan : Ns.Erni Nurhayati S.kep

Disusun Oleh :
FITRIA HANDAYANI N

P27901119022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS MASALAH UTAMA


Harga Diri Rendah
B. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri atau cita-
cita/harapan langsung, mengasilkan perasaan berharga. Pada kondisi
tertentu kebutuhan harga diri akan terganggu sehingga individu tersebut
mengalami harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah berkembangnya persepsi diri negatif dalam
berespon terhadap situasi yang sedang terjadi Nanda (2005). Sedangkan
menurut CMHN (2006), harga diri rendah adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri
rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya
sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri. Herdman (2012), mengatakan bahwa,
harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri negatif yang
berkepanjangan/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri. Harga diri
rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan
jiwa.
Individu yang memiliki harga diri positif akan lebih percaya diri
untuk mencoba perilaku sehat yang baru dan sangat kecil kemungkinan
untuk mengalami depresi. Sedangkan gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan (Boyn, 2005).
2. Proses Terjadinya
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuart dan Laraia
(2008) dalan konsep stress adaptasi yang terdiri dari faktor predisposisi
dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi :
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu adanya
riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan salah
satu faktor penyebab gangguan jiwa.
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga
diri rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang terdekat
serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal dan memiliki penilaian
ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor
lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasien dengan
harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap
gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang
terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri
rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap
klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta
adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap tunbuh
kembang anak.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang mnenimbulkan harga diri rendah anatara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan
pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan
pristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban
maupun saksi dari pelaku kekerasan.
2) Ketegangan peran: ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa
kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah dan
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran
dari kondisi sehat ke sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
antara lain karena kehilangan sebagian anggota tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
atau perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.

3. Jenis Harga Diri Rendah


a. Situasinonal
Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, ahern (2009)
didefininisikan sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya
akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat disebabkan akibat
adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan
kurang penghargaan, proses kehilanganm dan perubahan pada peran
sosial yang dimiliki
b. Kronik
Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep diri:
harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang
dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Sedangkan
menurut Nuratif dan Hardhi (2015, p.55) harga diri rendah kronis
merupakan evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung lama.

4. Rentang Respon

Adaptif Mal-adaptif

Aktualisasi Konsep diri harga diri kerancuan depers


o-
Diri Positif rendah identitas nalisa
si

Gambar 4.1 Respon Konsep Diri (Stuart & Sundeen, 1998)

Keterangan :

a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien


menghadapi suatu masalah dapat menyelesaikan secara baik, antara
lain :
1) Aktualisasi diri
2) Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk
persepsi mas lalu akan diri dan perasaannya.
3) Konsep diri positif
4) Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi
masalah.
b. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi
masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah
tersebut. Respon mal-adaptif gangguan konsep diri adalah:
1) Gangguan harga diri
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.
2) Kekacauan identitas
Kekacauan diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang
sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara
intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina
hubungan baik dengan orang lain.

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi
(2015) adalah:
a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagaman, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi
olahraga kontes popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.
6. Pohon Masalah
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenal maslah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Rohmah,
2009). Jadi pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan
diagnosa keperawatan.
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor
medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
b. Alasan masuk
Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan dan
tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah
sakit, dan Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau
sesudah berobat kerumah sakit.
c. Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri seseorang (Stuart, 2006).

1) Riwayat ganguan jiwa

2) Pengobatan

3) Aniaya

4) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

5) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan


d. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi
badan
e. Psikososial
1) Genogram
Buat genogram minimal 3 generasi ke atas yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan tidak
ada keluhan apapun.
b) Identitas diri
Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya,
status sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status
yang dibanggakan atau diharapkan dikeluarga maupun
masyarakat
c) Fungsi peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam
melaksanakan tugas.
d) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekola, tempat kerja, masyarakat),harapan klien terhadap
penyakitnya
e) Harga diri
Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata
dan perasaan dirinya lebih penting.
3) Hubungan sosial
a) Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk
mengadu atau meminta dukungan
b) Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.
c) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.
d) Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain
4) Spiritual
a) Falsafah hidup
Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan
ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya
terhadap sakit serta dengan penyembuhannya.
b) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin
terhadap Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan
sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan
kegiatan keagamaan.
f. Status Mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang
minat untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran dalam
tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda
adanya depresi atau skizoprenia. Bila seorang perempuan
yang mempunyai ketakutan seksual mungkin berpakaian
netral, tetapi apabila wanita berpaian, bersolek, dan
berprilaku seakan-akan hendak membangkitkan rangsangan
seksual maka adanya kemungkinan hysteria. Bau badan
karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu gangguan
jiwa (Marammis, 2005).
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep, 2009).
3) Aktifitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas
interaksi Yosep, 2009).
4) Alam perasaan
5) Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup
yang pesimis (Yosep, 2009).
6) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu
berespon bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep,
2009).
7) Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung (Yosep,
2009).
8) Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam
atau member perintah. (Keliat: 2006).
9) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang
sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi
samapai pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan
yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada tujuan
pembicaraan). Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak
memiliki hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Fight of ideas
(pembicaraan yang meloncat dari satu toipik ke topik lain,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti secara tiba-tiba tanpa
gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali).
Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali). Jelaskan
apa yang dilakukan klien ketika wawancara. Masalah
keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006).
10) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep, 2009)
11) Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi
(klien mengatakan malu bila bertemu orang lain karena
dirinya mengalami gangguan jiwa) diperoleh melalui
wawancara dan observasi, stupor (gangguan motorik seperti
ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang, anggota tubuh klien
dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu
lama, tetapi klien menyadari semua yang terjadi
dilingkunganya) diperoleh melalui observaasi orientasi
waktu, tempat, dan orang cukup jelas diperoleh melaui
wawancara, jelaskan data objektif dan data subjektif yang
terkait dengan hal-hal diatas. Masalah keperawatan sesuai
dengan data, jelaskan apa yang dilakukan klien saat
wawancara. (Keliat : 2006).
12) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang. (Keliat : 2006).
13) Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak
mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami
gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2006).
14) Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak
menyadari mempunyai gangguan jiwa. (Keliat: 2006).
2. Analisa data
Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data menghubungkan data
tersebut dengan konsep diri, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien (Rohman, 2009). Data mayor dan data minor pada
gangguan konsep diri : harga Diri rendah yaitu :
Deskripsi Data mayor Data minor
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Deskripsi : Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang dirinya
Data Mayor Subyektif
1) Mengeluh hidup tidak bernakna
2) Tidak memiliki kelebihan apapun
3) Merasa jelek
Data Mayor Objektif:
1) Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Data Minor Subyekti:
1) Mengatakan malas
2) Putus asa ingin mati
Data Minor Obyektif:
1) Tampak malasmalasan
2) Produktifitas menurun
3. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok ketika
perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah, 2009).
Menurut Fitria (2009) masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan gangguan harga diri rendah adalah:
a. Gangguan harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
d. Isolasi sosial
e. Resiko prilaku kekerasan
4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah
mengurangi, mengatasi maslah-maslah yang telah di identifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh
mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah dengan
efektif dan efisien (Rohmah, 2009).

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawata
n
Harga Diri TUM : a. Setelah 2 x SP I p
Rendah Pasien pertemuan pasien 1. Mengidentifikasi
mampu mampu kemampuan dan
mengatas menyebutkan aspek positif
i harga kemampuan yang yang dimiliki
diri askep positif pasien
rendah yang dimiliki 2. Membantu pasien
yang b. Setelah 2 x menilai
dialamin pertemuan pasien kemampuan pasien
ya mampu yang masih dapat
menyebutkan digunakan
kemampuan yang 3. Membantu pasien
dimiliki dan memilih kegiatan
dapat digunakan yang akan
c. Setelah 1 x dilatih sesuai
pertemuan pasien dengan kemampuan
mampu pasien
merencanakan 4. Melatih pasien
kegiatan yang sesuai kemampuan
sesuai dengan yang dipilih
kemampuan yang 5. Memberikan
dimilikinya pujian yang
d. Setelah 1 x wajar terhadap
pertemuan pasien keberhasilan
mampu melakukan pasien
SP II p
kegiatan sesuai
1. Mengevaluasi
jadwal yang
jadwal kegiatan
telah dibuat
harian pasien
2. Melatih
kemampuan kedua
3. Menganjurkan
pasien dalam
jadwal
kegiatan harian
SP III p
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih
kemampuan ketiga
3. Menaganjurkan
pasien memasukan
jadwal kegiatan
harian
TUM : Setelah 2 x SP I k
Keluarga pertemuan keluarga 1. Mendiskusikan
mampu mampu masalah yang
mengatas a. Mengidentifikasi dirasakan
i harga kemampuan yang keluarga dalam
diri dimiliki pasien merawat pasien
rebdah b. Menyediakan 2. Menjelaskan
yang fasilitas untuk pengertian,
dialami pasien melakukan tanda dan gejala
pasien kegiatan harga diri
c. Membantu melatih rendah yang
pasien dialami pasien
d. Memberikan beserta proses
reinfocement terjadinya
saat pasien 3. Menjelaskan
dapat melakukan cara-cara
kegiatan merawat pasien
e. Membantu harga diri
menyusun jadwal rendah
kegiatan pasien
SP II k
1. Melatih keluarga
mempraktekan
cara merawat
pasien dengan
harga diri
rendah
2. Melatih
keluargacara
merawat langsung
kepada pasien
harga diri
rendah
SP III k
1. Membantu
keluarga membuat
jadwal
aktivitasdi
rumah termasuk
minum obat
(discharge
planning )
2. Menjelaskan
follow up pasien
setelah pulang

D. SUMBER
Keliat,B.A., dkk.(2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
(CMHN-Basic Course). Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Kerawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Klien tampak sering menyendiri, selalu mengatakan dirinya orang yang
tidak berharga, merasa orang terbodoh di dunia, tidak memiliki
kemampuan apapun.
2. Diagnosa Keperawatan :
Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus :
Pasien mampu mengatasi harga diri rendah yang dialaminya.
4. Tindakan keperawatan :
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih
e. Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian

B. Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat Pagi ibu “
“Perkenalkan nama saya Fitri, saya lebih senang dipanggil perawat Fitri
bu, saya yang berjaga diruang psikiatri hari ini dari jam 07.00 – 14.00
siang nanti”
“Bolehkah saya tahu siapa nama ibu? Ibu lebih suka dipanggil apa ibu?”
“Senang berkenalan dengan ibu, di sini saya akan membantu ibu
mengatasi persoalan yang ibu rasakan saat ini”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? semalam tidurnya nyenyak tidak ibu?’
3. Kontrak :
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat ibu lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih. Untuk waktunya ibu mau berapa lama ? Bagaimana kalau
20 menit ?

FASE KERJA
” Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan
yang ibu miliki “.
” dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih ibu dapat kerjakan
di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur ibu”. Mari kita
lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
angkat. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan
xx (tidak) melakukan, bagaimana dapat dipahami ibu?”

TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Untuk hari ini ibu sudah sangat bagus karena mau bekerja sama
dengan saya, apa yang ibu rasakan sekarang?“
b. Evaluasi Objektif
“Jadi setelah tadi yang saya ajarkan, coba sekali lagi ibu praktekan ke
saya cara berkenalan.”
2. Tindak Lanjut
Ya, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu
praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. ibu mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”

3. Kontrak yang akan datang


”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci
piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi

Anda mungkin juga menyukai