Anda di halaman 1dari 19

A.

KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga, tidak
berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2011).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi


diri negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012). Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu mengalami gangguan
dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang
menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung
dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

2. Rentang Respon Konsep Diri

Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Respon adaptif Respon maladaptive

I----------------------I----------------------I----------------------I----------------------I

Aktualisasi diri Konsep diri HDR Keracunan Depersonalisasi

Identitas

a. Respon Adaptif terhadap konsep diri meliputi:

1) Aktualisasi diri: Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat
mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya

2) Konsep diri positif: Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam


beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya. Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan
realistis.

b. Respon maladaptif

1) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.

2) Kekacauan identitas: Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai


identifikasi masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.

3) Depersonalisasi: Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan sdirinya dengan orang lain.

3. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah

Menurut (Nur, 2022). Penyebab Harga Diri Rendah dibedakan menjadi dua
faktor yaitu faktor predisposisi dan prespitasi:

a. Faktor Predisposisi

1) Biologi: Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga


yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan
jiwa.

2) Psikologis: Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya Harga


Diri Rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak
realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal dan
memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain
yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasien dengan Harga Diri
Rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya,
mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realistis.
3) Faktor Sosial Budaya: Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan
Harga Diri Rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap
klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.

b. Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan situasi atas stresor dapat
mempengaruhi komponen. Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, prosedur tindakan
dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang
yang berarti. Faktor pencetus dapat berasal dari sumber internal ataupun eksternal.

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kesehatan.

2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:

a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota


keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaaan sehat


keadaan sakit. transisi ini dapat dicetuskan oleh:

(1) Kehilangan bagian tubuh

(2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

(3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.


(4) Prosedur medis dan keperawatan. (Stuart, 2013)

4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Manifestasi yang biasanya muncul pada pasien dengan masalah Harga Diri Rendah
kronis (Sihombing et al., 2022):

Data Subjektif Data Objektif


1. Menilai diri dengan negatif/mengkritik 1. Berjalan menunduk
diri 2. Postur tubuh menunduk
3. Kontak mata kurang
2. Merasa tidak berarti/tidak berharga
4. Lesu dan tidak bergairah
3. Merasa malu/minder 5. Berbicara pelan dan lirih
4. Merasa tidak mampu melakukan apapun 6. Ekspresi muka datar
7. Pasif
5. Meremehkan kemampuan yang dimiliki
8. Bergantung pada pendapat orang lain
6. Merasa tidak memiliki kelebihan 9. Sulit membuat keputusan
7. Merasa sulit konsentrasi 10.Sering kali mencari penegasan
11.Menghindari orang lain
8. Mengatakan sulit tidur
12.Lebih senang menyendiri
9. Mengungkapkan keputusasaan
10.Enggan mencoba hal baru
11.Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri
12.Melebih-lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri

5. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya
bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong
individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan
banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan
stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau
merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami
harga diri rendah kronis.

6. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah

Seseorang dengan Harga Diri Rendah memiliki mekanisme koping jangka


pendek dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan
hasil yang telah diharapkan individu, maka individu dapat mengembangkan mekanis
koping jangka panjang (Dwi Saptina, 2020). Mekanisme tersebut mencakup sebagai
berikut:

a. Jangka Pendek

1) Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu: pemakaian obat-


obatan, kerja keras, nonton tv secara terus menerus.

2) Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat sementara, misalnya


ikut kelompok sosial, agama, dan politik).

3) Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya


perlombaan.

b. Jangka Panjang

1) Penutupan identitas: Terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang disukai


dari orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan atau potensi diri
sendiri.

2) Identitas Negatif: asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-nilai dan


harapan masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego (Yusuf et al., 2015)

a. Fantasi

b. Disosiasi
c. Isolasi

d. Proyeksi

e. Displacement

f. Marah/amuk pada diri sendiri

7. Penatalaksanaan

Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu


metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan
kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan
komunikasi yang efektif. Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan
pada pasien menurut Suhron (2017) diantaranya:

a. Tujuan keperawatan: pasien mampu:

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan

4) Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan

5) Merencanakan kegiatan yang telah dilatih

b. Tindakan keperawatan

1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:

a) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien

b) Perkenalkan diri dengan pasien

c) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini

d) Buat kontrak asuhan

e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh


untuk kepentingan terapi
f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien

g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:

a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat


daftar kegiatan)

b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang


negatif setiap kali bertemu dengan pasien

3) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

a) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini

b) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan


diri yang diungkapkan pasien

4) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan


yang dilakukan

a) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.

b) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.

5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan

a) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).

b) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali
perhari.

c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang


diperlihatkan pasien.

d) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya


menyusun rencana kegiatan.

e) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.


f) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

g) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap


aktivitas.

h) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.

i) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah


pelaksanaan kegiatan

8. Prinsip Tindakan Keperawatan

Prinsip tindakan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah sebagai berikut:

a. Beri reinforcement positif pada setiap keberhasilan

b. Berikan kagiatan yang disukai klien yang dapat meningkatkan harga dirinya

c. Gali aspek positif klien

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a. Identitas: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggan MRS, tanggal pengkajian, no rekam medic, diagnosa medis dan alamat
klien

b. Alasan masuk: Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas
dengan alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara, sering menunduk dan nada suara rendah.

c. Faktor Predisposisi

1) Riwayat gangguan jiwa: Pada umumnya pasien dengan Harga Diri Rendah
memiliki riwayat gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.

2) Pengobatan: Jika pasien memiliki riwayat gangguan jiwa, pada umunya pasien
dengan Harga Diri Rendah pernah memiliki riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, namun pengobatan klien belum berhasil.
3) Aniaya: Pasien dengan Harga Diri Rendah pernah melakukan, mengalami,
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

4) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Pasien dengan Harga Diri
Rendah memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama
dengan pasien.

5) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan: Pada umumnya pasien


dengan Harga Diri Rendah mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya ideal diri merupakan stressor
psikologik bagi klien yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

d. Pemeriksaan fisik: Kaji dan observasi tanda-tanda vital pasien yaitu tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu. Ukur tinggi badan berat badan pasien. Dan
Tanyakan apakah ada keluhan fisik.

e. Psikososial

1) Genogram: biasanya terdapat anggota keluarga klien yang lain yang


mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi terganggu. Genogram dilihat dari
3 generasi sebelumnya

2) Konsep diri

a) Citra/gambaran tubuh: pada umumnya klien akan mengatakan tidak ada


keluhan apapun

b) Identitas diri: Pasien dengan Harga Diri Rendah akan merasa tidak berdaya
dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang dibanggakan atau
diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.

c) Peran diri: Pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran


dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.

d) Ideal diri: Pasien dengan Harga Diri Rendah ingin diperlakukan dengan
baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien merasa dapat
menjalankan perannya di keluarga maupun dimasyarakat.
a) Harga diri: Pasien dengan Harga Diri Rendah kronis selalu
mengungkapkan hal negatif tentang dirinya dan orang lain, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis serta penolakan terhadap
kemampuan diri. Hal ini menyebabkan pasien dengan Harga Diri Rendah
memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain sehingga pasien
merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya.

3) Hubungan sosial

a) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta
dukungan.

b) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam.

c) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien

d) Pasien sulit berinteraksi karena berperilaku kejam dan mengeksploitasi


orang lain.

4) Spiritual

a) Falsafah hidup: Pada umumnya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh


dengan ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap
sakit serta dengan penyembuhannya

b) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan: Pasien mengakui adanya


tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan
dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.

f. Status Mental

1) Penampilan: Pasien dengan Harga Diri Rendah memiliki penampilan yang


tidak rapi dan tidak sesuai dikarenakan klien kurang minat untuk melakukan
perawatan diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat
merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.

2) Pembicaraan: Pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan, volume


suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.
3) Aktivitas motoric: aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan terjadi
penurunan aktivitas interaksi.

4) Alam perasaan: Pasien merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang
pesimis.

5) Afek: Afek pasien pada umumnya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi.

6) Interaksi selama wawancara: Pasien dengan Harga Diri Rendah kurang


kooperatif dan mudah tersinggung, kontak mata kurang: tidak mau menatap
lawan bicara, defensif: selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.

7) Persepsi: Pada umumnya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang


mengancam atau memberi perintah.

8) Proses pikir: Pasien dengan Harga Diri Rendah terjadi pengulangan


pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang kooperatif dan
bicara lambat sehingga sulit dipahami.

9) Isi pikir: Pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.

10) Tingkat kesadaran: Tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik seperti
ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap
canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi klien menyadari semua
yang terjadi di lingkungannya).

11) Memori: Pasien dengan Harga Diri Rendah umumnya tidak terdapat gangguan
pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori jangka
panjang.

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung: Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah
beralih atau tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan dalam
berhitung.
13) Kemampuan menilai: Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya:
berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan
atau makan dahulu sebelum mandi, setelah diberikan penjelasan pasien masih
tidak mampu mengambil keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait.
Masalah keperawatan sesuai dengan data.

14) Daya tilik diri: Pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta pertolongan/pasien
menyangkal keadaan penyakitnya, pasien tidak mau bercerita penyakitnya.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Makan: Biasanya klien dengan harga diri rendah porsi makan sedikit dan
bahkan tidak menghabiskan makanannya.

2) Mandi: Biasanya klien dengan harga diri rendah akan cenderung malas mandi,
malas menggosok gigi, malas mencukur jenggot, malas merapikan rambut,
dan juga malas untuk memotong kuku.

3) Berpakaian: Biasanya klien dengan harga diri rendah akan berpakaian yang
tidak sesuai waktu dan tempat, pakaian terbalik, tidak mau mengganti pakaian.

4) BAB/ BAK: Biasanya kebutuhan eliminasi urin dan fekal pada klien normal,
atau tidak mengalami gangguan.

5) Istirahat dan tidur: Biasanya klien dengan harga diri rendah ini tidur akan sulit,
akan terganggu, bahkan tidak bisa tidur.

6) Penggunaan obat: Biasanya klien harga diri rendah tidak teratur dalam
meminum obat.

7) Pemeliharaan kesehatan: Hal ini berkaitan dengan penggunaan fasilitas


kesehatan saat ada keluarga yang sakit.

8) Aktifitas didalam rumah: Biasanya klien dengan harga diri rendah dirumah
tidak mau melakukan kegiatan, klien senang duduk menyendiri.
9) Kegiatan di luar rumah: Biasanya klien dengan harga diri rendah cenderung
tidak mau melakukan kegiatan diluar rumah.

h. Mekanisme koping

Pasien dengan Harga Diri Rendah pada umumnya menggunakan mekanisme


koping maladaptif yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat, menghindar dan
mencederai diri.

i. Masalah psikososial: Pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari


keluarganya. Pasien merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pasien juga
merasa tidak diterima di lingkungan karena penilaian negatif dari diri sendiri dan
orang lain.

j. Pengetahuan: Pasien dengan Harga Diri Rendah tidak mengetahui penyakit jiwa
yang ia alami dan penatalaksanaan program pengobatan.

a. Aspek medis: Pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan yang
tepat.

2. Daftar Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul sebagai berikut:

a. Harga Diri Rendah

b. Koping Individu tidak Efektif

c. Isolasi Sosial

d. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

3. Pohon Masalah

Isolasi Sosial (Efek)

Harga Diri Rendah (core problem)


Keputusasaan, berduka, kegagalan peran, ideal diri negatif (Penyebab)

4. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul adalah Harga Diri Rendah

5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Kriteria Tindakan
Harga Diri klien Setelah 1-4x pertemuan: SP Pasien
Rendah mampu: Klien mampu SP 1
melakukan mengidentifikasi kemampuan 1. Membina hubungan saling percaya
kegiatan dan aspek positif yang dimilki 2. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan
positif dengan cara : dan aspek positif pasien (buat daftar keinginan)
sesuai 1. Membuat dan memilih 3. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
strategi daftar kegiatan pertama dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) : buat
pelaksanaan 2. Memilih daftar kegiatan daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
tindakan kedua 4. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang
keperawatan 3. Memilih daftar kegiatan dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
ketiga 5. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
4. Memilih daftar kegiatan melakukannya)
keempat 6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dua kali per hari
SP 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan :
dua kegiatan masing masing dua kali per hari
SP 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah
dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan
dilatih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan :
tiga kegiatan, masing masing dua kali per hari
SP 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan :
empat kegiatan masing masing dua kali per hari
Keluarga Setelah 1-4x pertemuan: SP Keluarga
mampu: keluarga mampu SP 1
membantu mengidentifikasi kemampuan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
pasien dan aspek positif yang dimilki merawat pasien
dalam pasien dengan cara: 2. jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan
melakukan 1. Membuat dan memilih proses terjadinya harga diri rendah (gunakan
kegiatan daftar kegiatan pertama booklet)
positif 2. Memilih daftar kegiatan 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif
sesuai kedua pasien yang dimiliki sebelum dan setelah sakit
strategi 3. Memilih daftar kegiatan 4. Jelaskan cara merawat harga diri rendah
pelaksanaan ketiga terutama memberikan pujian semua hal yang
tindakan 4. Memilih daftar kegiatan positif pada pasien
keperawatan keempat 5. Latih keluarga memberi tanggung jawab
kegiatan pertama yang dipilih pasien : bombing
dan beri pujian
SP 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan pertama yang
dipilih dan dilatih pasien. Beri pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih. Beri pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SP 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga. Beri pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukan kegiatan keempat yang dipilih
3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh,
dan rujukan
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
6. Implementasi

Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat


sebelumnya. Tindakan keperawatan diberikan kepada pasien secara bertahap hingga
mandiri, juga kepada keluarga dengan mengajarkan keluarga cara merawat dan
mengevaluasi kegiatan pasien. Jika pasien sudah mandiri maka perawatan pasien
dilimpahkan kepada keluarga untuk pemantauan perkembangan kondisi pasien.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhsn dan kondisi pasien saat ini.
Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri
memenuhi kebutuhan serta meningkatkan keterampilan koping dalam menyelesaikan
masalah (Badan PPSDM, 2012)

7. Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga, dan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah (Dermawan, 2013)

a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat
(Badan PPSDM, 2012):

1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan

3) Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan

4) Membuat jadwal kegiatan harian

5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian

6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri


rendah

b. Evaluasi kemampuan keluarga harga diri rendah berhasil apabila keluarga dapat:

1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika harga diri rendah tidak
diatasi).

2) Mangambil keputusan merawat harga diri rendah

3) Merawat harga diri rendah

4) Menciptakan keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk


meningkatkan harga dirinya.

5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga diri


rendah.

6) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan


smelakuakn rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Badan PPSDM. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Damaiyanti. 2012. Pengkajian Keperawatan Jiwa: Yogyakarta: Arrus Medika.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Direja, A.H.S (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwi Saptina, C. H. A. N. D. R. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia


Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronik. http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6116

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Nur, Fadilah Merry. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah
Di Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husadamahakam Samarinda
Kalimantan Timur. 8.5.2017, 2003–2005.

Sihombing, dkk. (2022). Penerapan Terapi Generalis SP 1-4 Dengan Masalah Harga Diri
Rendah Kronis Pada Penderita Skizofrenia. 5.

Yusuf, A.., Fitryasari, R., & Endang Nihayati, H. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika, 1–366.

Anda mungkin juga menyukai