DISUSUN OLEH :
MELY ROSMAWATI
5023031091
B. Faktor Predisposisi
Menurut Kemenkes RI (2013) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.
2. Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang
tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri,
krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh
penilaian internal individu.
3. Faktor Sosiao Budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien
yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
C. Faktor Presipitasi
Menurut Kemenkes RI (2013) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
1. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
a. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan.
b. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan.
E. Rentang Respon
Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Respon Adaptif Respon Maladptif
Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Keracunan Identitas Depersonalisasi
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi (2015) adalah:
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton TV terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
d. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan obat).
2. Jangka panjang
a. Menutup identitas
b. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
III. A. Pohon Masalah
(Stuart, 2013)
B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah
No Data Subjektif Data Objektif
Keperawatan
1. Gangguan Konsep a. Menilai diri sendiri a. Enggan mencoba hal baru
Diri: Harga Diri tidak berguna/tidak b. Menolak penilaian positif
Rendah tertolong tentang diri sendiri
b. Merasa c. Melebih-lebihkan penilaian
malu/bersalah negatif tentang diri sendiri
c. Merasa tidak d. Berjalan menunduk
mampu melakukan e. Postur tubuh menunduk
apapun f. Kontak mata kurang
d. Meremehkan g. Lesu dan tidak bergairah
kemampuan h. Berbicara pelan dan lirih
mengatasi situasi i. Pasif
e. Merasa tidak j. Perilaku tidak asertif
memiliki kelebihan k. Mencari penguatan secara
atau kemmapuan berlebihan
positif l. Bergantung pafa pendapat
f. Merasa sulit orang lain
konsentrasi m. Sulit membuat keputusan
g. Mengungkapkan n. Sering kali mencari
sulit tidur dan penegasan.
keputusasaan
(SDKI, 2016)
C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
2. Tindakan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien untuk
membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setaip kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
3. Evaluasi
a. Kilen dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Pasien dapat menunjukan peningkatan harga diri
c. Pasien dapat menilai dan meltih kemampuan yang dikerjakan
d. Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
IV. SP 1
A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik : Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Putri
senang dipanggil Putri, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas
Faletehan, saya akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti.
siang nanti. Nama ibu siapa?, senang dipanggil senang dipanggil apa?
2. Evaluasi/Validasi : Bagaimana perasaan ibu pada pagi hari ini?, oo jadi ibu
merasa tidak berguna kalau dirumah?
Kontrak :
- Topik : Baik lah bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan
ibu dan kemampuan yang ibu miliki? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih
beberapa kegiatan untuk kita latih .
- Waktu : Mau berapa lama kita berbicang-bincang bu? bagaimana kalau
30 menit?
- Tempat : Dimana ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini
saja.
B. Fase Kerja
Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian ibu terhadap diri ibu, tadi
ibu mengatakan merasa tidak berguna kalau dirumah. Apa yang menyebabkan
ibu merasa demikian?
Jadi ibu merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua ibu, apakah ada hal
lain yang tidak menyenangkan yang ibu rasakan?
Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki. Nah sekarang
dari lima kemampuan yang ibu miliki mana yang masih dapat dilakukan dirumah
sakit? Coba kita lihat yang pertama bisa bu? Yang kedua bu? ( sampai yang
kegiatan yang kelima). Bagus sekali, ternyata ada empat kegiatan yang masih
dapat ibu lakukan dirumah sakit.
Nah dari keempat kegiatan kegiatan yang telah dipilih dipilih untuk dikerjakan
dikerjakan dirumah dirumah sakit, mana yang dilatih hari ini?. Baik mari kita
latihan merapikan tempat tidur, tujuannya agar ibu dapat meningkatkan
kemampuan merapikan tempat tidur dan merasakan manfaatnya. Dimana kamar
ibu?
Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya, kemudian kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah
sekaramg kita pasang pasang lagi seprainya. seprainya. Kita mulai dari arah atas
ya bu. Kemudian Kemudian bagian kakinya, kakinya, tarik dan masukan, lalu
bagian pinggir dimasukan, sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan dibagian
atas kepala. Mari kita lipat selimut. Nah letakk Nah letakkan dibagian bawah.
Bagus . Menurut ibu bagaiman perbedaan tempat tidur setelah tidur setelah
dibersihkan dibandingkan tadi sebelum dibersihkan?
C. Fase Terminasi
1. Eavaluasi subjektif : Bagaimana perasaan ibu setelah kita latiahn merapikan
tempat tidur?
2. Evaluasi objektif : Nah coba ibu coba ibu sebutkan lagi sebutkan lagi
langkah-langkah merapikan langkah-langkah merapikan tempat tidur? Bagus.
3. Rencana Tindak Lanjut : Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian
ibu, mau berapa kali ibu melakukannya? Bagus 2 kali…pagi-pagi setelah
bangun tidur dan jam 4 setelah istiraht siang. Jika ibu melakukannya tanpa
diingatkan perawta ibu beri tanda M, tapi kalau ibu merapikan tempat tidur
dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu tidak
melakukannya ibu buat T.
Kontrak
- Topik : Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan
ibu yang kedua.
- Waktu : Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
- Tempat : Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok
kita ketemu lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum ibu.
.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta