Anda di halaman 1dari 4

Lampiran 4

Nama : Azhar Nurul Istiqomah


NIM : E.0105.20.007

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (diagnosa utama) : Harga Diri Rendah Situasional

II. Proses terjadinya masalah : Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang
mengalami trauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
cerai, putus sekolah, putus hubungan kerja,perasaan malu karena sesuatu telah
terjadi,misalnya pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Fitria, 2013).

a. Definisi : Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga,


tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri
akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa
gagal dalam mencapai keinginan.

b. Faktor Predisposisi : Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam


konsep diri seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat
dibagi sebagai berikut:
a. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak

17 | S B L C D 3 K e p ’ 2 0
Lampiran 4

realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.

c. Faktor sosial budaya


Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap
pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan
rendah.

c. Faktor Presipitasi : Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya


adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional misalnya
karena trauma yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan
klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
memingkat saat dirawat (yosep, 2009)
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
1) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian

d. Tanda dan Gejala : Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari
ungkapan pasien yang menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung
dengan data hasil wawancara dan observasi (Kemenkes, RI)
Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, B A dalam buku Kartika Sari

(2015) tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu :

1. Data Subjektif

a. Mengintrospeksi diri sendiri.


b. Perasaan diri yang berlebihan.
c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
g. Mengeluh sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menentang kemampuan diri sendiri.
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri.

18 | S B L C D 3 K e p ’ 2 0
Lampiran 4

k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.


l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
m. Tidak mampu menentukan tujuan.

2. Data Obyektif
a. Produktivitas menjadi menurun.
b. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
d. Penyalahgunaan suatu zat.
e. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
f. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
g. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
h. ampang tersinggung dan mudah marah.

III. Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji (data mayor dan minor)
a. Tanda Mayor
-Subjektif
1. diri negatif (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)
2. Merasa malu/bersalah
3. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
4. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

-Objektif
1. Berbicara pelan dan lirih
2. Menolak berinteraksi dengan orang lain
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk

b. dan Tanda Minor


-Subjektif
1. sulit berkonsentrasi
-Objektif
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat keputusan

IV. Diagnosa keperawatan


Harga diri rendah

V. Pohon masalah
19 | S B L C D 3 K e p ’ 2 0
Lampiran 4

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

VI. Strategi Penatalaksanaan


Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita
Harga Diri Rendah yaitu :

1. Psikoterapi

Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi


Dengan orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi
Karena jika klien menarik diri, klien dapat membentuk kebiasaan
Yang buruk lagi.

2. Therapy aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada


Klien harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan
Dengan menggunakan stimulasi atau diskusi untuk mengetahui
Pengalaman atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk
Membentuk kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.

VII. Referensi

http://repository.ump.ac.id

Buku SDKI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia DPP PPNI


(Edisi 1 cetekan kedua)

20 | S B L C D 3 K e p ’ 2 0

Anda mungkin juga menyukai