ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA
OLEH :
NIM. 2030018
TA. 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
I. MASALAH UTAMA
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. DEFINISI
Harga diri rendah menurut Keliat (2011) adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan dengan
orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu
yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan yang tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan
hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai dengan idela diri (Yosep, 2014).
Harga diri rendah merupakan keaadan dimana individu mengalami
evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya yang berkembang
sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya evaluasi diri positif (Fitria, 2013).
2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Menurut Dermawan (2013) mengatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan harga diri rendah, yaitu :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran
yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan
peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur
sosial yang berubah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah menurut Keliat (2011) adalah situasi atau stressor yang
dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya terdiri dari :
1) Fithrila gr hbsthrila sgurkhs, disebabkan karena faktor dari
dalam dan luar individu. Dimana hal tersebut dibagi menjadi 5
kategori, sebagai berikut :
a) Ketegangan peran : stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan.
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.
3) Transisi peran sehat — sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau sakit. Transisi ini dapat disebabkan, karena :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan.
4) Ancaman fisik seperti pemakaia oksigen, kelelahan,
ketidakseimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat,
alkohol dan zat.
Keterangan :
a. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(desktruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekespresikan kemapuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individy berpikir
secara positif dan realistis.
e. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak — kanak ke dalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realistas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya tidak nyata
terasa asing baginya.
5. MEKANISME KOPING TERHADAP HARGA DIRI
Menurut Keliat, Panjaitan & Helena (2006) dalam Runekaf (2018),
mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua,
yaitu :
a. Pertahanan jangka pendek, tetapi biasanya ada yang terjebak
kedalam seperti; konser musik, bekerja keras, menonton televisi
secara obsesif. Ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik,
kelompok atau geng. Penyalahgunaan obat-obat terlarang. Olahraga
yang kompetitif, pencapaian akademik, kontak untuk mendapatkan
popularitas.
b. Pertahanan jangka panjang, sebagai berikut; penutupan identitas,
adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi
diri individu tersebut. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak
wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c. Pertahanan ego, termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (splitting), berbalik
marah pada diri sendiri dan mengamuk.
6. PENENTUAN DIAGNOSA
Menurut PPNI (2016) Domain 0086 halaman 192 dengan kategori
psikologis, batasan karakteristik yaitu :
a. Tanda Mayor
1) Enggan mencoba hal baru
2) Berjalan menunduk
3) Postur tubuh menunduk
b. Tanda Minor
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Berbicara pelan dan lirih
4) Pasif
5) Perilaku tidak asertif
6) Mencari penguatan secara berlebihan
7) Bergantung pada pendapat orang lain
8) Sulit membuat keputusan
III. POHON MASALAH (5 Cabang)
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Gangguan Citra Tubuh
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
<. Harga Diri Rendah menurut Nurhalimah (2016) :
KLIEN KELUARGA
SP1P SPIK
1. Mengidentifikasi kemampuan 1. Mendiskusikan masalah yang
dan aspek positif yang dirasakan keluarga dalam
dimiliki merawat klien.
klien. 2. Menjelaskan pengertian,
2. Membantu klien menilai tanda dan gejala harga diri
kemampuan klien yang masih rendah yang dialami klien
dapat digunakan. beserta proses terjadinya.
3. Membantu klien memilih 3. Menjelaskan cara — cara
kegiatan yang akan dilatih merawat klien harga diri
sesuai dengan kemampuan rendah.
klien.
4. Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih.
5. Memberikan pujian yang
wajar
terhadap keberhasilan klien.
6. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian klien. mempratikkan cara merawat
2. Melatih kemampuan. klien dengan harga diri rendah.
3. Menganjurkan klien 2. Melatih keluarga melakukan
2) Isolasi Sosial
3. Mengajarkan klien
memasukkan kegiatan latihan
berbincang — bincang dengan
orang lain dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K
1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian klien. mempratikkan cara merawat
2. Mengajarkan klien pasien dengan isolasi sosial.
berinteraksi secara bertahap
dengan berkenal dengan
perawat.
SP3P SP3K
1. Evaluasi kegiatan harian 3. Membuat perencanaan pulang
klien. dan membuat jadwal aktivitas
2. Menganjurkan untuk rumah termasuk minum
mempratekkan cara obat bersama keluarga.
berkenalan dengan orang lain
(perawat atau teman klien).
3) Gangguan Citra Tubuh
Menurut Jati, Suerni & Sawab (2016), sebagai berikut :
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Membina hubungan saling 1. Mendiskusikan masalah yang
percaya. dihadapi oleh keluarga,
2. Mendiskusikan tentang citra menjelaskan gangguan citra
tubuh, penerimaan terhadap tubuh klien dan cara
citra tubuh, aspek positif, dan mengatasinya.
cara meningkatkan citra
tubuh.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi kegiatan yang 4. Melatih cara merawat pasien
sudah dilakukan. dan menyusun rencana
2. Mengidentifikasi dan tindakan.
melakukan cara meningkatkan
citra tubuh klien.
3. Melatih interaksi secara
bertahap.
LITERATURE REVIEW
<.
Menurut Tuasikal, Siauta & Embuai (2019)
dianalisis
menggunakan uji T-Test. Hasil penelitian
menunjukkan ada penuruan bermakna kondisi
depresi lansia harga diri rendah pada kedua
kelompok dengan penurunan sebesar 67,4%
kelompok intervensi dan 31,9% kelompok kontrol
(p value < 0,05), dan ada hubungan bermakna
antara karakteristik lansia (jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan
Damaiyanti, M. & Iskandar (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. 1st edn. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Hendarmawan, S. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn. Ag dan Tn.
As Dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. pp. 1—74.
Stuart, G. W. (2006) Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th edn. Jakarta: EGC.