Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA

OLEH :

CINDY APRILIA PUSPITA SARI

NIM. 2030018

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TA. 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

I. MASALAH UTAMA
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. DEFINISI
Harga diri rendah menurut Keliat (2011) adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan dengan
orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu
yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan yang tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan
hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai dengan idela diri (Yosep, 2014).
Harga diri rendah merupakan keaadan dimana individu mengalami
evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya yang berkembang
sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya evaluasi diri positif (Fitria, 2013).
2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Menurut Dermawan (2013) mengatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan harga diri rendah, yaitu :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran
yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan
peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur
sosial yang berubah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah menurut Keliat (2011) adalah situasi atau stressor yang
dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya terdiri dari :
1) Fithrila gr hbsthrila sgurkhs, disebabkan karena faktor dari
dalam dan luar individu. Dimana hal tersebut dibagi menjadi 5
kategori, sebagai berikut :
a) Ketegangan peran : stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan.
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.
3) Transisi peran sehat — sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau sakit. Transisi ini dapat disebabkan, karena :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan.
4) Ancaman fisik seperti pemakaia oksigen, kelelahan,
ketidakseimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat,
alkohol dan zat.

3. TANDA DAN GEJALA


Menurut Nurhalimah (2016) tanda dan gejala harga diri rendah yaitu:
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat interaksi
d. Bicara lambat dengan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku yang non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna

Menurut Stuart (2006) dalam Mahdalena (2017) tanda dan gejala

perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah :


a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
c. Pandangan hidup yang bertentangan
d. Psikopatologi, yaitu malu terhadap diri sendiri karena kegagalan
yang dialaminya.
4. RENTANG RESPON

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Keterangan :
a. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(desktruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

c. Aktualisasi diri
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekespresikan kemapuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individy berpikir
secara positif dan realistis.
e. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak — kanak ke dalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realistas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya tidak nyata
terasa asing baginya.
5. MEKANISME KOPING TERHADAP HARGA DIRI
Menurut Keliat, Panjaitan & Helena (2006) dalam Runekaf (2018),
mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua,
yaitu :
a. Pertahanan jangka pendek, tetapi biasanya ada yang terjebak
kedalam seperti; konser musik, bekerja keras, menonton televisi
secara obsesif. Ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik,
kelompok atau geng. Penyalahgunaan obat-obat terlarang. Olahraga
yang kompetitif, pencapaian akademik, kontak untuk mendapatkan
popularitas.
b. Pertahanan jangka panjang, sebagai berikut; penutupan identitas,
adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi
diri individu tersebut. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak
wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c. Pertahanan ego, termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (splitting), berbalik
marah pada diri sendiri dan mengamuk.
6. PENENTUAN DIAGNOSA
Menurut PPNI (2016) Domain 0086 halaman 192 dengan kategori
psikologis, batasan karakteristik yaitu :
a. Tanda Mayor
1) Enggan mencoba hal baru
2) Berjalan menunduk
3) Postur tubuh menunduk
b. Tanda Minor
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Berbicara pelan dan lirih
4) Pasif
5) Perilaku tidak asertif
6) Mencari penguatan secara berlebihan
7) Bergantung pada pendapat orang lain
8) Sulit membuat keputusan
III. POHON MASALAH (5 Cabang)

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Gangguan citra tubuh


IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah Keperawatan
a. Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Gangguan Citra Tubuh
2. Data Yang Perlu Dikaji

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif


.
1. Masalah Utama : Gangguan 1. Merasa tidak 1. Menarik diri dari
Konsep Diri : mampu melakukan hubungan sosial.
apapun. 2. Lesu dan tidak
Harga Diri Rendah 2. Mengungkapkan bergairah.
dirinya tidak 3. Kontak mata
berguna. kurang.
SDKI, 2016 D.0086 3. Mengungkapkan 4. Sulit dalam
Kategori : Psikologis keputusasaan. membuat
Subkategori : Integritas Ego 4. Meremahkan keputusan.
Halaman : 192 kemampuan 5. Berbicara pelan
mengatasi dan lirih.
masalah.
5. Merasa tidak
memiliki kelebihan
atau kemampuan
positif.

2. Masalah Keperawatan : 1. Mengungkapkan 1. Menyembunyikan


Penyebab : kecacatan atau bagian tubuh
kehilangan bagian secara berlebihan.
Gangguan Citra Tubuh tubuh. 2. Menghindari
2. Mengungkapkan melihat atau
perasaan negatif menyentuh
SDKI, 2016 D.0083 tentang perubahan bagian tubuh.
Kategori : Psikologis tubuh. 3. Respon non
Subkategori : Integritas Ego 3. Mengungkapkan verbal pada
Halaman : 186 kekhawatiran perubahan dan
reaksi persepsi tubuh.
orang lain. 4. Hubungan sosial
4. Mengungkapkan berubah.
perubahan gaya
hidup.

3. Masalah Keperawatan : 1. Mengungkapkan 1. Afek datar


Akibat: ingin sendirian. 2. Adek sedih
2. Mengungkapkan 3. Tidak ada kontak
Isolasi Sosial merasa tidak aman mata
di tempat umum. 4. Tidak bergairah
3. Merasa berbeda atau lesu
SDKI, 2016 D.0121 dengan orang lain. 5. Tidak berminat
Kategori : Relasional 4. Mengungkapkan atau menolak
Subkategori : Interaksi asyik dengan berinteraksi
Sosial pikiran sendiri. dengan orang lain
Halaman : 268 5. Merasa tidak atau lingkungan.
mempunyai tujuan
yang jelas.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Gangguan Citra Tubuh
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
<. Harga Diri Rendah menurut Nurhalimah (2016) :

a. Tujuan Umum : Klien memiliki konsep diri yang positif.


b. Tujuan Khusus :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
c. Intervensi Keperawatan :

1) Membina hubungan saling percaya, dengan melakukan :


a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
b) Perkenalkan diri dengan klien: perkenalkan nama, nama
panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan yang klien sukai.
c) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
d) Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan
bersama klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya
dimana.
e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasii yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
g) Penuhi kebutuuhan dasar klien bila memungkinkan.
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki klien, dengan melakukan :
a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan).
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan klien.
3) Membantu klien atau pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
dilakukan, dengan cara :
a) Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini.
b) Bantu klien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan klien.
4) Membantu klien atau pasien dapat memilih atau menetapkan
kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan, dengan
cara :
a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat
pertemuan.
b) Bantu klien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia
tetapkan.
c) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk Latihan dua kali
sehari.
e) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan klien.
5) Membantu klien atau pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan, dengan cara :
a) Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleraansi dan
perubahan setiap aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama dengan
klien dan keluarga.
e) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivtias yang
dilakukan oleh klien.
d. Intervensi Keperawatan Untuk keluarga dengan Pasien
Harga Diri Rendah :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
harga diri rendah dan mengambil keputusan merawat klien
3) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
4) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur.
2. Isolasi Sosial menurut Nurhalimah (2016) :
a. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara
optimal.
b. Tujuan Khusus :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari isolasi yang dialaminya
3) Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
4) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan
kegiatan sosial.
c. Intervensi Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara :
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
b) Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama
panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan
nama panggilan yang disukai oleh klien.
c) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
d) Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan
bersama klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya
dimana.
e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien.
g) Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan.
2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial, dengan cara :
a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
b) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
c) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka.
d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap Kesehatan fisik
klien.
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap,
dengan melakukan :
a) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
b) Beri contoh cara berbicara dengan orang lain.
c) Beri kesempatan pasien mempratikkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.
d) Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman atau
anggota keluarga.
e) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan
jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan
seterusnya.
f) Beri pujian untuk setiap kali kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh klien.
g) Latih pasien bercakap — cakap saat melakukan kegiatan
sosial misalnya : berbelanja, ke kantor pos, ke bank, dan
lain — lain.
h) Latih pasien bercakap — cakap dengan anggota keluarga saat
melakukan kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga.
i) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien teta[ semangat
meningkatkan interaksinya.
d. Evaluasi Kemampuan Keluarga dengan Pasien Isolasi
Berhasil Apabila keluarga dapat :
1) Mengenal isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk
merawat klien.
2) Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain.
3) Mendampingi pasien saat melakukan aktivitas rumah
tangga dan kegiatan sosial sambil berkomunikasi.
4) Melibatkan pasien melakukan kegiatan harian di rumah dan
kegiatan sosialisasi di lingkungan.
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung pasien untuk meningkatkan interaksi sosial.
6) Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi
Isolasi sosial.
7) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda
kambuh dan melakukan rujukan.
;. Gangguan Citra Tubuh menurut Nurhalimah (2016) :
a. Tujuan Umum : Klien dapat menunjukkan peningkatan harga diri.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengidentifikasi citra tubuhnya
2) Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
3) Mengidentifikasi aspek positif diri
4) Mengetahui cara — cara untuk meningkatkan citra tubuh
5) Melakukan cara — cara untuk meningkatkkan citra tubuh
6) Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
c. Intervensi Keperawatan :
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat
ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra
tubuhnya saat ini.
2) Motivasi pasien untuk melihat atau meminta bantuan keluarga dan
perawat untuk melihat dan menyetuh bagiah tubuh secara bertahap.
3) Diskusikan aspek positif diri.
4) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu (misalnya menggunakan anus buatan dari hasil
kolostomi).
5) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuhnya, dengan cara :
a) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah
pada pembentukkan tubuh yang ideal.
b) Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang
lainnya sesegara mungkin, dan gunakan pakaian yang baru.
c) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap.
d) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.

6) Lakukan interaksi secara bertahap, dengan cara :


a) Susun jadwal kegiatan sehari — hari.
b) Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari — hari dan terlibat
dalam aktivitas keluarga dan social.
c) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti atau mempunyai peran penting baginya.
d) Berikan pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan
intervensi.
d. Intervensi Keperawatan Untuk Keluarga dengan Pasien
Gangguan Citra Tubuh :
1) Jelaskan dengan keluarga tentanggangguan citra tubuh yang
terjadi pada pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra
tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien
dirumah.
5) Menfasilitasi interaksi dirumah.
6) Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
VII. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), sebagai berikut :

KLIEN KELUARGA
SP1P SPIK
1. Mengidentifikasi kemampuan 1. Mendiskusikan masalah yang
dan aspek positif yang dirasakan keluarga dalam
dimiliki merawat klien.
klien. 2. Menjelaskan pengertian,
2. Membantu klien menilai tanda dan gejala harga diri
kemampuan klien yang masih rendah yang dialami klien
dapat digunakan. beserta proses terjadinya.
3. Membantu klien memilih 3. Menjelaskan cara — cara
kegiatan yang akan dilatih merawat klien harga diri
sesuai dengan kemampuan rendah.
klien.
4. Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih.
5. Memberikan pujian yang
wajar
terhadap keberhasilan klien.
6. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian klien. mempratikkan cara merawat
2. Melatih kemampuan. klien dengan harga diri rendah.
3. Menganjurkan klien 2. Melatih keluarga melakukan

memasukkan ke dalam jadwal cara merawat langsung kepada


kegiatan harian. klien harga diri rendah.
SP3K
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat.
2. Menjelaskan follow up klien
setelah pulang.

2) Isolasi Sosial

Menurut Nelwetis (2016), sebagai berikut :


KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Membina hubungan saling 1. Diskusikan masalah yang
percaya, membantu pasien dirasakan keluarga dalam
mengenal penyebab isolasi merawat pasien, menjelaskan

sosial, membantu klien pengertian, tanda dan gejala,


mengenal keuntungan dan penyebab isolasi sosial.
berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain dan mengajarkan
klien berkenalan.
2. Beri pujian terhadap
kemampuan yang dilakukan
klien.

3. Mengajarkan klien
memasukkan kegiatan latihan
berbincang — bincang dengan
orang lain dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K
1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian klien. mempratikkan cara merawat
2. Mengajarkan klien pasien dengan isolasi sosial.
berinteraksi secara bertahap
dengan berkenal dengan
perawat.

SP3P SP3K
1. Evaluasi kegiatan harian 3. Membuat perencanaan pulang
klien. dan membuat jadwal aktivitas
2. Menganjurkan untuk rumah termasuk minum
mempratekkan cara obat bersama keluarga.
berkenalan dengan orang lain
(perawat atau teman klien).
3) Gangguan Citra Tubuh
Menurut Jati, Suerni & Sawab (2016), sebagai berikut :

KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Membina hubungan saling 1. Mendiskusikan masalah yang
percaya. dihadapi oleh keluarga,
2. Mendiskusikan tentang citra menjelaskan gangguan citra
tubuh, penerimaan terhadap tubuh klien dan cara
citra tubuh, aspek positif, dan mengatasinya.
cara meningkatkan citra
tubuh.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi kegiatan yang 4. Melatih cara merawat pasien
sudah dilakukan. dan menyusun rencana
2. Mengidentifikasi dan tindakan.
melakukan cara meningkatkan
citra tubuh klien.
3. Melatih interaksi secara
bertahap.
LITERATURE REVIEW

<.
Menurut Tuasikal, Siauta & Embuai (2019)

Judul Upaya Peningkatan Harga Diri Rendah Dengan


Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di
Ruang Sub Akut Laki RSKD Provinsi Maluku.
Penulis 1. Hani Tuasikal
2. Moomina Siauta
3. Selpina Embuai
Abstrak Harga diri rendah merupakan keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri negatif tentang
kemampuan dirinya. Pemberian TAK stimulasi
persepsi yang efektif didukung dengan lingkungan
tempat terapi diberikan, dan kemauan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan, maka diharapkan
dapat mengatasi harga diri rendah juga dapat
mempersepsikan yang di paparkan dengan baik dan
tepat. Tujuan penelitian yaitu untuk menerapkan
asuhan keperawatan jiwa pada Tn.Y dengan harga
diri rendah dalam upaya meningkatkan harga diri
dengan terapi aktivitas kelompok. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif dengan studi kasus. Hasil penelitian ini
didapatkan bahwa sebelum dilakukan intervensi
skor HDR Pasien 19 meningkat menjadi 24 yang
diukur menggunakan kuisioner Rosenberg Self
Esteem Scale. Kesimpulan penelitian yaitu terapi
Aktivitas
Kelompok (Stimulasi Persepsi) dapat
meningkatkan harga diri klien.
Lampiran Literature Riview Jurnal Pertama :
2.
Menurut Suzanna, Mustikasari & Wardhani (2016)
Judul Penurunan Depresi Pada Lansia Harga Diri Rendah
Melalui Terapi Aktivitas Kelompok dan Kognitif
Penulis 1. Suzanna
2. Mustikasari
3. Ice Yulia Wardani
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
penurunan depresi pada lansia harga diri rendah
melalui Terapi Aktivitas elompok (TAK) stimulasi
persepsi dan Terapi Kognitif Perilaku. Desain
penelitian menggunakan quasi experiment with pre
post-test control group, dengan sampel berjumlah
28 orang pada kelompok intervensi dan 28 orang
pada kelompok kontrol. Alat pengumpul yang
digunakan Geriatric Depression Scale (GDS). Data

dianalisis
menggunakan uji T-Test. Hasil penelitian
menunjukkan ada penuruan bermakna kondisi
depresi lansia harga diri rendah pada kedua
kelompok dengan penurunan sebesar 67,4%
kelompok intervensi dan 31,9% kelompok kontrol
(p value < 0,05), dan ada hubungan bermakna
antara karakteristik lansia (jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan

penyakit fisik penyerta) dengan depresi pada lansia


harga diri rendah (p value < 0,05). TAK stimulasi
persepsi
harga diri rendah dan terapi kognitif perilaku
direkomendasikan untuk depresi pada lansia harga
diri rendah.
Lampiran Literature Riview Jurnal Kedua :
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. & Iskandar (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. 1st edn. Bandung:
PT. Refika Aditama.

Dermawan, D. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Fitria, N. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:


Salemba Medika.

Hendarmawan, S. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn. Ag dan Tn.
As Dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. pp. 1—74.

Jati, E. M., Suerni, T. & Sawab. (2016). Pengaruh Interνensi Generalis


Gangguan Citra Tubuh Terhadap Tubuh Siswa Obesitas di SMA Virgo Fidelis
Kecamatan Bawen. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 3. Available at:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/5
72/571.

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic


Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Panjaitan, R. U. & Helena, N. (2006). Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. I. Jakarta: EGC.

Mahdalena, S. (2017). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan


Mental Pada Ny . F Dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah Dirumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Disusun oleh :
Universitas Muhammadiyah Jakarta Tahu. pp. 1—104.

Nelwetis. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Isolasi Sosial di


Ruang Merak Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. 2(2). pp. 233
—245.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 3rd edn.
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Runekaf, Z. (2018). Mengenal Harga Diri Rendah. Available at:


https://kampusdesa.or.id/mengenal-harga-diri-rendah/.

Stuart, G. W. (2006) Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th edn. Jakarta: EGC.

Suzanna, Mustikasari & Wardhani. (2016). Penurunan Depresi pada Lansia


Harga Diri Rendah melalui Terapi Aktiνitas Kelompok dan Terapi Kognitif.
Jurnal Keperawatan Indonesia. 19(3). pp. 184—190. doi: 10.7454/jki.v19i3.470.
Tuasikal, H., Siauta, M. & Embuai, S. (2019). Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Dengan Terapi Aktiνitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di Ruang Sub
Akut Laki RSKD Proνinsi Maluku. Article history : Public Health Faculty
Received in revised form 12 October 2019 Universitas Muslim Indonesia
Accepted. Jurnal Kesehatan. 2(4). pp. 345—351.

Yosep, I. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.


Available at: http://ucs.sulsellib.net//index.php?p=show_detail&id=36379.

Anda mungkin juga menyukai