Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

DI POLI JIWA RSU MITRA DELIMA


Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Jiwa

Oleh:

Eko Wahyu Pradana ( 1920095 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2021
KONSEP DASAR
I. KONSEP TEORI HARGA DIRI RENDAH

A. DEFINISI
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif
dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan
masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri
dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya
depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan
harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Wandono,
2017). Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas–terlepas
dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa
mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi
harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang
secara substansial sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba, 2020).

Harga diri rendah merupakan kunci penting dimana yakin terhadap


kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku dalam memperoleh hasil
yang diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memiliki
kenyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan (Pardede, Ariyo
& Purba, 2020). Jika dihadapkan dengan yang sulit maka dibutuhkan
kepercayaan dan kemampuan keluarga serta tindakan yang tepat untuk
merawat anggota keluarga yang sakit (Pardede, Harjuliska, & Ramadia,
2021).

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan)
2. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama. (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020)

C. ETIOLOGI
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa
tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal
mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintaui
orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari
orang-orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat
individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik sering
merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna
dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya
rasa percaya diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri
Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya
adalah represi dan denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai
dengan mengobservasi penampilan Klien, misalnya
kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian Perawat
mendiskusikannya dengan Klien untuk mendapatkan
pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri
yang Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang
negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013).
4. Rentang Respon Harga Diri Rendah (Muhith, 2015)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Depersonal


Diri Diri Rendah Identitas isasi

Keterangan :
a. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang
positif serta bersifat membangun (konstruksi) dalam usaha
mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan
dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang
negatif serta bersifat merusak (destruktif) dalam usaha
mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan
dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri : Respon adaptif yang tertinggi karena
individu dapat mengekspresikan kemampuan yang
dimilikinya.
d. Konsep diri positif : Individu dapat mengidentifikasi
kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam
menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
e. Kekacauan identitas : Suatu kegagalan individu untuk
mengintegritasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak
kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi : Suatu perasaan yang tidak realistis dan
keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini berhubungan
dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji
realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan
diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak
nyata dan asing baginya.

D. TANDA DAN GEJALA


Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2018),
yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat
f. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang
pesimis
g. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
produktivitas
h. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan penolakan
terhadap kemampuan sendiri
i. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.

E. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan
(Eko, 2014). Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau
geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).
Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri
individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap
diri sendiri, dan amuk).

F. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).
Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak),
dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole
(untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama (Rokhimma & Rahayu,
2020).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identifikasi klien
b. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
c. Keluhan utama / alasan masuk
1) Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
2) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
e. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus
dan anak-anak.
f. Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya
(peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi
serta stress yang menumpuk.
g. Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda
vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat
badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
h. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
i. Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati
pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien
(sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya
tilik diri.
B. IMPLEMENTASI
Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2015), implementasi disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering
pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena
perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and
now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan
interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien.
Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan (Rokhimma & Rahayu, 2020).

C. EVALUASI
Kemampuan yang diharapkan dari pasien menurut (Keliat, 2016),
yaitu:
1. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
3. Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
4. Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
5. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegaiatan
harian
DAFTAR PUSTAKA

Asoka (Sub Akut Laki) RSKD Provinsi Maluku. Window Of Health:


Jurnal Kesehatan, 345-351.Keliat, B. A. (2014). Proses Kesehatan
Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Https://Doi.Org/10.33368/Woh.V0i0.210

Dwi Saptina, C. H. A. N. D. R. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada


Klien Skizofrenia Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronik
(Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/Id/Eprint/6116

Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2011).


Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC, 1-10.

Kemenkes RI.(2019). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas. Jakarta:


Kemenkes RI
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/10/08/PersebaranP
revalensi-Skizofreniapsikosis-Di-Indonesia

Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi:


Berkebun Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Pasien Harga Diri
Rendah Di Wilayah Puskesmas Sruweng. Proceeding Of The
URECOL, 630-636.
Http://Repository.Urecol.Org/Index.Php/Proceeding/Article/View/701

Lete, G. R., Kusuma, F. H. D., & Rosdiana, Y. (2019). Hubungan


Antara Harga Diri Dengan Resiliensi Remaja Di Panti Asuhan Bakti
Luhur Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Fikes/Article/View/1436

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi.


Penerbit Andi.

Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Aommitment


Therapy and Health Education Adherence to Symptoms, Ability to
Accept and Commit to Treatment and Compliance in Hallucinations
Clients Mental Hospital of Medan, North Sumatra. J Psychol
Psychiatry Stud, 1, 30-35.
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan Dan
Komitmen Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan
Acceptance And Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-
166. Http://Jki.Ui.Ac.Id/Index.Php/Jki/Article/View/419

Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy


dan Peran Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846

Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri


Rendah Dengan Menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun).
Ners Muda, 1(1), 18-22. Https://Doi.Org/10.26714/Nm.V1i1.5493

Bululawang, 29 Mei 2021


Mengetahui,
Pembimbing Wahana Praktek Mahasisawa

Khoirun Nisak S.Kep.,Ns Eko WahyuAmd.Kep


RESUME KEPERAWATAN JIWA
Nama : Eko Wahyu Pradana
NIM : 1920095

RUANGAN RAWAT : POLI JIWA


TANGGAL KUNJUNGAN : 05/06/2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Bululawang
Tgl. Kunjungan : 05/06/2021
Tgl. Pengkajian : 05/06/2021
No. Cm : 79xxx
Dx/ keperawatan : Isolasi Sosial
Dx. Medis : Demensia

II. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB


Nama : Ny N
Alamat : Kepanjen
Hub. Dengan klien : Anak
III. ALASAN MASUK :
Anak klien mengatakan ayahnya sudah ada sedikit perubahan, setelah control
minggu kemarin sudah mau berbicara, dan tidak BAB sembarang.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


Sebelumnya klien tidak mengalami kejadian aneh apapun.

V. PENGKAJIAN FISIK
a. Kesadaran : composmentis
b. TTV
TD : 130/70 mmHg
Hr : 79 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36.1˚ C
c. Klien tampak Kurang Rapi dan terlihat tidak fokus
VI. PSIKOSOSIAL
No Jenis
1 Aniaya Fisik -
2 Aniaya Seksual -
3 Penolakan -
4 Kekerasan dalam keluarga -
5 Tindakan kriminal -

VII. STATUS MENTAL


Penampilan : Rapi (+)
Kesadaran : compos mentis (+)
Aktivitas Motorik : Kelambatan (+)
Afek Emosi : Merasa Kesepian (+)
Persepsi : Normal (+)
Proses Pikir : Inkoheren (+)
Bentuk Pikir : Nonealistik (+)
Isi Pikir : Rendah Diri (+)
Memori : Normal (+)
Disororientasi : Waktu (+). Tempat (+).

VIII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medis : Demensia
Terapi : Risperidon 2 x 2 mg
Closapin 2 x 25 mg
Floxetin 2 x 25 mg
ANALISA DATA
Data Diagnosa
Ds : Isolasi Sosial
Klien masih sulit di ajak
berkomunikasi, klien hanya mau
menjawab siapa namanya.
Do :
Klien tampak Tidak Rapi
Klien tampak bingung
Klien mau menjawab siapa namanya.
Klien belum mau menjelaskan
penyebab isolasi sosialnya.

DAFTAR MASALAH
1. Isolasi Sosial
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan


kriteria hasil
05/06/2021 Isolasi Sosial TUM : Isolasi 1. Bina hubungan saling
Sosial Klien percaya denga
Teratasi
mengguanakan prinsip
TUK :
1. Membina komunikasi teurapetik :
Hubungan a) Sapa klien dengan
Saling Percaya
ramah baik verbal
2. Membantu
Klien maupun non verbal
Mengenal b) Perkenalkan diri
Penyebab
dengan sopan
Isolasi Sosial
3. Membantu c) Tanyakan nama
Pasien lengkap panggilan
Mengenali yang disukai
Keuntungan
Diri Membina d) Jelaskan tujuan
Hubungan pertemuan
Dengan Orang e) Jujur dan menepati
Lain.
janji
4. Membantu
pasien f) Tunjukan sikap
mengenal empati dan menerima
kerugian dari
klien apa adanya
tidak membina
hubungan 2. Membantu klien
5. Membantu mengenal penyebab
Pasien isolasi sosial.
Berinteraksi
Dengan Orang
Lain Secara
Bertahan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl Diagnos Tujua Implementasi Respon Evaluasi
a n/ klien
target
05/06/20 Isolasi 1-2 1. Bina hubungan Respon S:
21 Sosial saling percaya klien Klien masih
denga sudah sulit di ajak
mengguanakan cukup berkomunika
prinsip ada si, klien
komunikasi perubaha hanya mau
teurapetik : n, pada menjawab
g) Sapa klien kontrol siapa
dengan ke 2 namanya.
ramah baik klien O:
verbal mau Respon klien
maupun non menjawa sudah cukup
verbal b siapa ada
h) Perkenalkan namanya, perubahan,
diri dengan tetapi pada kontrol
sopan belum ke 2 klien
i) Tanyakan mau mau
nama mengikut menjawab
lengkap i arahan siapa
panggilan perawat.. namanya,
yang disukai . tetapi belum
j) Jelaskan mau
tujuan mengikuti
pertemuan arahan
k) Jujur dan perawat
menepati Klien tampak
janji bingung
l) Tunjukan Klien tampak
sikap empati tidak mau
dan menjawab
menerima pertanyaan
klien apa petugas
adanya Klien tampak
2. Membantu tidak mau
klien mengenal mengikuti
penyebab
arahan
isolasi sosial.
petugas
A:
masalah
belum
teratasi
P:
Kontrol
Selanjutnya
mengulangi
SP 1
RESUME KEPERAWATAN JIWA
Nama : Eko Wahyu Pradana
NIM : 1920095

RUANGAN RAWAT : POLI JIWA


TANGGAL KUNJUNGAN : 29 /05/2021

IX. IDENTITAS KLIEN


Inisial : Tn U
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Ampelgading
Tgl. Kunjungan : 29 /05/2021
Tgl. Pengkajian : 29 /05/2021
No. Cm : 100xxx
Dx/ keperawatan : Halusinasi Pendengaran
Dx. Medis : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

X. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Tn A
Alamat : Ampelgading
Hub. Dengan klien : Anak.

XI. ALASAN MASUK :


Anak klien mengatakan, ayahnya sering berbicara sendiri, mondar-mondir,
tertawa sendiri dan tingkah-tingkah aneh lainnya. Ketika ditanya kenapa klien
menjawab ada suara-suara yang dia dengan terutama suara tertawa wanita.
Saat dibawa ke puskesmas lalu di rujuk ke poli jiwa RSU Mitra Delima
XII. FAKTOR PREDISPOSISI
Keluarga klien juga mengatakan klien tidak pernah mengalami kejadian aneh
apapun.

XIII. PENGKAJIAN FISIK


a. Kesadaran : composmentis
b. TTV
TD : 150/70 mmHg
Hr : 90 x/ menit
RR : 23 x/ menit
Suhu : 36.˚ C
c. Tampak gelisah
XIV. PSIKOSOSIAL
No Jenis
1 Aniaya Fisik -
2 Aniaya Seksual -
3 Penolakan -
4 Kekerasan dalam keluarga -
5 Tindakan kriminal -

XV. STATUS MENTAL


Penampilan : Rapi (+)
Kesadaran : compos mentis (+)
Aktivitas Motorik : Kelambatan (-)
Afek Emosi : Merasa Kesepian (-)
Persepsi : Halusinasi Pendengaran (+)
Proses Pikir : Inkoheren (+)
Bentuk Pikir : Nonealistik (+)
Isi Pikir : Waham Curiga (+)
Memori : Normal (-)
Disororientasi : Waktu (+). Tempat (+).

XVI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medis : Demensia
Terapi : Risperidon 2 x 2 mg
Closapin 2 x 25 mg
THD 1 x 25 mg bila kaku
ANALISA DATA
Data Diagnosa
Ds : Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan sering mendengar
suara tertawa terutama suara wanita. .
Do :
Klien tampak gelisah
Klien tampak cemas
Tatapan klien tidak fokus terlihat
waspada

DAFTAR MASALAH
2. Halusinasi Pendengaran
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan


kriteria hasil
29 Halusinasi TUM: 1. Bina hubungan saling
Klien dapat percaya dengan prinsip
/05/2021 Pendengaran
mengontrol komunikasi terapeutik
halusinasi yang a. Sapa klien dengan
dialaminya ramah
b.Perkenalakan nama,
TUK 1 : nama panggilan dan
1. Klien dapat tujuan perawat
membina berkenalan
hubungan c. Tanyakan nama
saling percaya lengkap dana nama
dan Klien panggilan yang
dapat disukai klien.
mengenali d.Buat kontrak yang
halusinasinya jelas.
2. Klien mampu e. Tunjukkan sikap jujur
menghardik dan menepati janji
halusinasinya setiap kali interaksi.
f. Tunjukkan sikap
peduli dan empati
pada klien
2. Ajarkan klien
menhardik
halusinasinya.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl Diagnosa Tujua Implementasi Respon Evaluasi
n/ klien
target
29 Halusinasi 1-2 1. Membina Klien S:
/05/20 Pendengar hubungan saling koopera Klien
21 an percaya denga tif dan mengatakan
mengguanakan mau sudah mulai
prinsip mengik bisa
komunikasi uti menghardik
teurapetik : arahan halusinasiny
a) Menyapa klien dari a.
dengan ramah perawat O:
baik verbal .. Klien
maupun non terlihat
verbal mampu
b) Memperkenalk memperaga
an diri dengan kan
sopan hardikan
c) Menanyakan ketika
nama lengkap halusinasi
panggilan yang datang
disukai Klien
d) Menjelaskan terlihat
tujuan kooperatif
pertemuan Klien
e) Jujur dan terlihat
menepati janji memperhati
f) Menunjukan kan petugas
sikap empati dengan baik
dan menerima A:
klien apa Masalah
adanya sebagian
2. Mengajarkan teratasi
klien menghardik P:
halusinasinya
Rencana
Tindak
Lanjut
Kontrol
Selanjutnya
memberikan
SP 2
(Latihan
Mengobrol
Dengan
keluarga
saat
halusinasi
datang)
RESUME KEPERAWATAN JIWA
Nama : Eko Wahyu Pradana
NIM : 1920095

RUANGAN RAWAT : POLI JIWA


TANGGAL KUNJUNGAN : 02/06/2021

XVII. IDENTITAS KLIEN


Inisial : Sdr N
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bululawang
Tgl. Kunjungan : 02/06/2021
Tgl. Pengkajian : 02/06/2021
No. Cm : 100xxx
Dx/ keperawatan : Harga Diri Rendah
Dx. Medis : Gangguan Ansietas Campuran Depresi

XVIII. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB


Nama :-
Alamat :-
Hub. Dengan klien :-
(klien datang sendiri ke Poli Jiwa)

XIX. ALASAN MASUK :


Klien mengatakan merasa tidak berguna, putus asa dan takut gagal, apalagi
dengan kondisi orang tua yang tidak berada membuatnya khawatir akan masa
depannya terutam bisa atau tidak untuk kuliah
XX. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien dari SMP sudah khawatir akan kesuksesasnnya

XXI. PENGKAJIAN FISIK


a. Kesadaran : composmentis
b. TTV
TD : 120/70 mmHg
Hr : 79 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36.˚ C
c. Tampak gelisah
XXII. PSIKOSOSIAL
No Jenis
1 Aniaya Fisik -
2 Aniaya Seksual -
3 Penolakan -
4 Kekerasan dalam keluarga -
5 Tindakan kriminal -

XXIII. STATUS MENTAL


Penampilan : Rapi (+)
Kesadaran : compos mentis (+)
Aktivitas Motorik : Kelambatan (-)
Afek Emosi : Merasa Kesepian (-)
Persepsi : Normal (+)
Proses Pikir : Inkoheren (+)
Bentuk Pikir : Nonealistik (+)
Isi Pikir : Normal (+)
Memori : Normal (+)
Disororientasi : Waktu (-). Tempat (-).

XXIV. ASPEK MEDIK


Diagnosa medis : Demensia
Terapi : Floxetin 2 x 2 mg
Closapin 2 x 25 mg
ANALISA DATA
Data Diagnosa
Ds : Harga Diri Rendah
Klien mengatakan merasa tidak
berguna, putus asa dan takut gagal,
apalagi dengan kondisi orang tua yang
tidak berada membuatnya khawatir
akan masa depannya terutam bisa atau
tidak untuk kuliah

Do :
Klien tampak gelisah
Klien cemas
Tatapan mata klien tatapan waspada

DAFTAR MASALAH
3. Harga Diri Rendah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana Tindakan


02/06/2021 Harga Diri TUM : klien memiliki Bantu mengidentifikasi
Rendah konsep diri yang positif. kemampuan dan aspek
TUK : postif yang dimiliki
1. Pasien dapat dengan cara
mengidentifikasi mendiskusikan dan
kemampuan dan memberi pujian yang
aspek postif yang realistis
dimiliki
2. Pasien dapat
menilai
kemampuan yang
dapat digunakan
3. Pasien dapat
memilih kegiatan
yang sesuai dengan
kemampuan
4. Pasien dapat
melatih kegiatan
yang sudah dipilih,
sesuai kemampuan
5. Pasien dapat
menyusun jadwal
untuk melakukan
kegiatan yang
sudah dilatih
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl Diagnos Tujuan Implementasi Respon Evaluasi
a / target klien
02/06/202 Harga 1 Bantu Klien S:
1 Diri mengidentifika mengatakan Klien
si kemampuan
Rendah tidak mengatakan
dan aspek
postif yang memiliki tidak
dimiliki dengan kemampuan memiliki
cara apapun yang kemampuan
mendiskusikan
bisa apapun
dan memberi
pujian yang dibanggaka yang bisa
realistis n/ . dibanggaka
n
O:
Klien
tampak
putus asa
Klien hanya
menganggk
u ketika
diberi
arahan
Klien
tampak
gelisah
A:
Masalah
Belum
teratasi
P:
Rencana
Tindak
Lanjut
Kontrol
Selanjutnya
mengulangi
SP 1
RESUME KEPERAWATAN JIWA
Nama : Eko Wahyu Pradana
NIM : 1920106

RUANGAN RAWAT : POLI JIWA


TANGGAL KUNJUNGAN : 30/05/2021

XXV. IDENTITAS KLIEN


Inisial : Tn Z
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Alamat : Pagelaran
Tgl. Kunjungan : 30/05/2021
Tgl. Pengkajian : 30/05/2021
No. Cm : 103xxx
Dx/ keperawatan : Waham Somatik
Dx. Medis : Skizofrenia

XXVI. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB


Nama : Ny F
Alamat : Pagelaran
Hub. Dengan klien : Istri

XXVII. ALASAN MASUK :


Pasien sebelumnya menjalani perawatan di Poli Dalam dan Poli Saraf, dalam
perawatan tidak ditemukan kelainan apapun, tetapi Tn K masi hada keluhan,
Seperti nyeri kepala hebat kalau malam, perut terasa penuh dan tidak bisa
tidur. Lalu oleh poli dalam di konsulkan ke poli psikiatri
XXVIII. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebelumnya klien tidak mengalami kejadian aneh apapun.

XXIX. PENGKAJIAN FISIK


a. Kesadaran : composmentis
b. TTV
TD : 120/70 mmHg
Hr : 79 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36.˚ C
c. Klien tampak lemas dan banyak keluhan.
XXX. PSIKOSOSIAL
No Jenis
1 Aniaya Fisik -
2 Aniaya Seksual -
3 Penolakan -
4 Kekerasan dalam keluarga -
5 Tindakan kriminal -

XXXI. STATUS MENTAL


Penampilan : Rapi (+)
Kesadaran : compos mentis (+)
Aktivitas Motorik : Kelambatan (-)
Afek Emosi : Merasa Kesepian (-)
Persepsi : Normal (+)
Proses Pikir : Inkoheren (+)
Bentuk Pikir : Nonealistik (+)
Isi Pikir : Waham Somatik (+)
Memori : Normal (+)
Disororientasi : Waktu (-). Tempat (-).

XXXII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medis : Demensia
Terapi : Risperidon 2 x 2 mg
Closapin 2 x 25 mg
Floxetin 2 x 25 mg
Clobazam 2 x 25 mg
ANALISA DATA
Data Diagnosa
Ds : Waham Somatik
Pasien mengatakan nyeri kepala hebat
kalau malam, perut terasa penuh dan
tidak bisa tidur. Lalu oleh poli dalam
di konsulkan ke poli psikiatri
Do :
Klien tampak gelisah
Klien cemas akan keadaannya
Klien berkali-kali Tanya perihal
kenapa dengan dirinya.

DAFTAR MASALAH
4. Waham Somatik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana Tindakan


30/05/2021 Waham Somatik TUM : Pasien mampu 3. Bina hubungan saling percaya denga
beorintasi realita yang mengguanakan prinsip komunikasi
sebenarnya
teurapetik :
TUK :
6. Klien dapat membina m) Sapa klien dengan ramah baik
hubungan saling percaya verbal maupun non verbal
dengan perawat
n) Perkenalkan diri dengan sopan
7. Pasien dapat berorientasi
terhadap realitas secara o) Tanyakan nama lengkap panggilan
bertahap yang disukai
8. Pasien dapat memenuhi
p) Jelaskan tujuan pertemuan
kebutuhan dasar
9. Pasien mampu berinteraksi q) Jujur dan menepati janji
dengan orang lain dan r) Tunjukan sikap empati dan
lingkungan menerima klien apa adanya
10. Pasien menggunakan
obat dengan teratur 4. Bantu orientasi realita
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl Diagnosa Tujuan/ Implementasi Respon klien Evaluasi
target
30/05/2021 Waham 1-2 3. Membina hubungan Respon klien S:
Somatik saling percaya denga Kooperatif Klien mengatakan masih
mengguanakan prinsip menceritakan seluruh merasakan nyeri kepala,
komunikasi teurapetik : keluhan tetapi belum perut bahkan terasa mau
g) Menyapa klien mampu ber-orientasi muntah.
dengan ramah baik realita. O:
verbal maupun non Respon klien Kooperatif
verbal menceritakan seluruh
h) Memperkenalkan keluhan tetapi belum
diri dengan sopan mampu ber-orientasi
i) Menanyakan nama realita..
lengkap panggilan A:
yang disukai masalah Belum teratasi
j) Menjelaskan tujuan P:
pertemuan Rencana Tindak Lanjut
k) Jujur dan menepati Kontrol Selanjutnya
janji mengulangi SP 1
l) Menunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
4. Membantu orientasi
realita.

Anda mungkin juga menyukai