Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

1. Masalah Utama Keperawatan


Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

2. Proses Terjadinya Masalah


A. Definisi
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung.
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain ( Hamid, 2000 ).

B. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis
b) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaan.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya
pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar individu
( internal or eksternal sources ), yang dibagi dalam 5 (lima) katagori sebagai
berikut :
a) Ketegangan peran
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam
peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
 Konflik Peran
Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan
 Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
 Peran yang berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang
kompleks.
Asri Purwanti
b) Perkembangan transisi Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan
Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

c) Situasi transisi peran


Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
d) Transisi peran sehat sakit
Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi
ini dapat disebabkan :
 Kehilangan bagian tubuh
 Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
 Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
 Prosedur pengobatan dan perawatan
e) Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan
biokimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.

C. Tanda dan Gejala


Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992: 18) mengemukakan cara individu
mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :
 Mengejek dan mengkritik diri sendiri
 Merendahkan / mengurangi martabat
 Rasa bersalah dan khawatir
 Manifestasi fisik
 Menunda keputusan
 Gangguan berhubungan
 Menarik diri dari realitas
 Merusak diri
 Merusak atau melukai orang lain.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah menurut Stuart dan
Sundeen dalam Hamid, et al ( 2000: 102 ) adalah sebagai berikut :
 Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
 Produktifitas menurun.
 Destruktif pada orang lain.
 Gangguan berhubungan
 Merasa diri lebih penting
 Merasa tidak layak
 Rasa bersalah
 Mudah marahAsri
danPurwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan
tersinggung
 Perasaan negatif terhadap diri sendiri
 Pandangan hidup yang pesimis
 Keluhan – keluhan fisik.
 Pandangan hidup terpolarisasi.
 Mengingkari kemampuan diri.
 Mengejek diri sendiri
 Mencederai diri sendiri
 Isolasi sosial
 Penyalahgunaan zat
 Menarik diri dari realitas
 Khawatir
 Ketegangan peran

D. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya
sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari
orang lain.
E. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial.
 Data Subyektif :
- Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
- Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
- Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Asri Purwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan
 Data Obyektif :
- Kurang spontan ketika diajak bicara
- Apatis
- Ekspresi wajah kosong
- Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
- Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
Dampak Harga Diri Rendah Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut teori Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terbagi kedalam 5
bagian yang berbentuk piramid dengan semakin ke atas bentuknya semakin
meruncing/mengecil. Adapun dampak terjadinya gangguan konsep diri : HDR
terhadap kebutuhan dasar tersebut adalah :
1) Kebutuhan Fisiologis
a) Kebutuhan Nutrisi
Tidak semua klien dengan HDR mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Sebagian memang ada, dikarenakan klien selalu asyik dengan duni-
anya.
b) Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan HDR ada kalanya mengalami gangguan pemenuhan kebu-
tuhan istirahat dan tidur dikarenakan aktifitas fisiknya yang hiperaktif atau
karena pikirannya yang fokus pada suatu masalah sehingga klien tidak bisa
tidur.
c) Perawatan Diri
Klien dengan HDR hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri, hal
ini disebabkan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan tidak ada minat. Tetapi
ada juga yang bisa merawat dirinya sendiri dengan baik.
d) Aktivitas
Klien dengan HDR cenderung menarik diri, kurang bergaul dengan orang lain
tetapi ada juga yang menjadi hiperaktif sehubungan dengan adanya perubahan
isi pikir.
e) Eliminasi
BAB dan BAK tidak mengalami gangguan karena intake makanan cukup dan
aktifitas fisik meningkat.
2) Kebutuhan Rasa Aman
Harga diri yang rendah bisa mengakibatkan individu marasa gelisah, bingung,
kadang takut terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi sehingga menim-
bulkan dampak pada rasa aman.
3) Kebutuhan Mencintai dan Rasa Memiliki
Dengan harga diri yang rendah cenderung individu tidak memperhatikan dirinya
apalagi bila masalah yang dihadapi adalah masalah keluarga, maka ia lebih mem-
perhatikanAsri
keluarganya
Purwantisendiri.
Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan
4) Kebutuhan Harga Diri
Dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah keluarga maka individu cen-
derung untuk mengalah, diam sehingga menyebabkan harga dirinya merasa di-
rendahkan.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Dengan adanya harga diri rendah menyebabkan individu tidak dapat mengatasi
kelemahannya secara adekuat bahkan tidak bisa menyadari bahwa ia memiliki
kemampuan yang patut dibanggakan.

F. Pohon Masalah

Kegagalan yang Harapan tidak Ketergantungan


berulang kali realistis pada orang lain

Gangguan Citra Tubuh


Ketidakefektifan Koping Individu

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Asri Purwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan


G. Data Yang Perlu Dikaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

H. Diagnosa Keperawatan
1) Harga diri rendah b.d Ketidakefektifan Koping Individu
2) Isolasi sosial b.d Harga diri rendah

I. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
1.2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
1.3. Bbuat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.5. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.6. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis
2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Asri Purwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian
Asri terhadap
Purwanti kemampuan klien mengungkapkan
Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan perasaannya
Malang Poltekkes Kemenkes Malan
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
Asri Purwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Asri Purwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan. 1998. Pedoman


Perawatan Psikiatrik. DEPKES RI; Jakarta.

NANDA Internasional. 2015. NANDA NIC NOC. Jakarta: EGC.

Potter, A. P&Perry,G,A. 2005. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice.


Mosby Year Book, St. Louis.

Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: Philadelphia.

Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung.

Asri Purwanti Rahayu/1601460004/D4 Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malan

Anda mungkin juga menyukai