Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORITIS

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Disusun Oleh :

Vela Yelivia

NIM. 20300009

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Tinjauan Teoritis
I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Harga Diri Rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negatif
terhadap diri sendiri (Riyadi & Purwanto, 2010).
Harga Diri Rendah merupakan individu yang cenderung untuk
menilai dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
(Prabowo, 2014).
Harga Diri Rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak
berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa
(Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor
predisposisi dan presipitasi yaitu (Prabowo, 2014) :
1) Faktor predisposisi
a) Perkembangan individu
a. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya
sendiri dan akan gagal pula mencintai orang lain
b. Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang
atau orang tua yang penting atau dekat dengan individu yang
bersangkutan
c. Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik individu
d. Anak menjadi frustasi, putus asa, merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri
2) Faktor presipitasi
a) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri
b) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan
perampokan

3. Jenis
Harga Diri Rendah dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut
(Nurarif & Kusuma, 2015) :
a. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, diceraikan oleh suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja dan perasaan malu karena sesuatu.
b. Harga diri rendah kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat, klien mempunyai
cara berpikir negatif.

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri rendah
yaitu sebagai berikut (Hendarmawan, 2018) :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan
kurang percaya diri
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu
c. Merndahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada
dibawah orang lain
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka
menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain
e. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan
yang dimiliki
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu
dalam memilih sesuatu
g. Mencederai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram
h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
i. Perasaan nmegatif mengani tubuhnya sendiri
j. Penyalahgunaan zat

5. Rentang Respon
Respon individu terhadap konsep dirinya dimulai dari respon
adaptif dan maladaptif (Purwaningsih & Karlina, 2012).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi


Positif Rendah Identitas

Keterangan :
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
e. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) adalah mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan
orang lain secara intim dan tidak ada rasa percaya diri
6. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya, ketika seseorang
mengalami harga diri rendah maka akan berdampak pada orang tersebut
mengisolasi diri dari kelompoknya, cenderung menarik diri dan
menyendiri (Prabowo, 2014).

7. Mekanisme Koping
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping
jangka pendek dan jangka panjang yaitu sebagai berikut (Mahdalena,
2016) :
1) Jangka Pendek
a. Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV secara terus
menerus
b. Aktivitas yang memberikan penggantian identitas sementara,
misalnya ikut kelompok sosial, agama dan politik
c. Aktivitas yang memberikan dorongan bersifat sementara misalnya
perlombaan
2) Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi identitas
yang disukai dari orang-orang yan bearti tanpa memperhatikan
keinginan atau potensi diri sendiri
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang bertentangan nilai-nilai
dan harapan masyarakat
8. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan harga diri rendah
adalah sebagai berikut (Mahdalena, 2016) :
a. Psikofarmaka
Ada dua golongan obat yaitu golongan generasi pertama
(typical) terdiri dari, chlorpromazine HCL, thoridazine HCL, dan
haloperidol dan golongan generasi kedua (atypical) terdiri dari,
risperidone, olozapine, glanzapine, zotatine, dan aripiprazole
b. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Tujuannya
agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien menarik diri klien
dapat membentuk kebiasaan buruk, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama
c. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada
klien dengan harga diri rendah yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan
menggunakan stimulasi atau diskusi untuk mengetahui pengalaman
atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk membentuk
kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah

9. Pohon Masalah
Pohon masalah harga diri rendah (Prabowo, 2014).

Effect Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


Rendah

Causa Koping Individu Inefektif


II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang :
nama klien, nama panggilan klien, usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
2) Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau
dirawat di rumah sakit.
3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah ada keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual dan lain sebagainya.
4) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan
tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5) Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat
dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah dan lain
sebagainya
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain,
harapan, identitas diri tidak sesuai harapan dan ideal diri tidak
sesuai harapan
h. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung
kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak
sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kontak mata
tidak ada, selalu menunduk, sering menyendiri, selalu berpikir
negatif dan lain sebagainya
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-
buru, gagap, sering terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan kegagalan berulang,
gangguan psikiatri dibuktikan dengan menilai diri negatif, merasa
malu, merasa tidak mampu melakukan apapun, melebih-lebihkan
penilaian negatif tentang diri sendiri
b. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin
hubungan yang memuaskan, perubahan status mental dibuktikan
dengan merasa ingin sendirian, menarik diri, tidak berminat
berinteraksi dengan orang lain, merasa berbeda dengan orang lain
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


.
1. Harga diri rendah kronis Setelah dilakukan Promosi harga diri
berhubungan dengan 3x pertemuan/lebih  Monitor verbalisasi
kegagalan berulang, diharapkan klien merendahkan diri
gangguan psikiatri dapat menilai sendiri
dibuktikan dengan dirinya positif  Monitor tingkat harga
menilai diri negatif, dengan kriteria diri setiap waktu,
merasa malu, merasa hasil : sesuai kebutuhan
tidak mampu melakukan Harga diri  Motivasi terlibat
apapun, melebih-lebihkan  Penilaian diri dalam verbalisasi
penilaian negatif tentang positif dengan positif untuk diri
diri sendiri skala 4/5 sendiri
 Perasaan  Motivasi menerima
memiliki tantangan atau hal
kemampuan baru
atau kelebihan  Diskusikan
positif dengan pernyataan tentang
skala 4/5 harga diri
 Berjalan  Diskusikan
menampakkan kepercayaan terhadap
wajah dengan penilaian diri
skala 4/5  Diskusikan persepsi
 Kontak mata negatif diri
dengan skala 4/5  Diskusikan alasan
 Percaya diri mengkritik diri atau
dengan skala 4/5 rasa bersalah
 Perasaan malu  Anjurkan
dengan skala 4/5 mengidentifikasi
Kesadaran diri kekuatan yang
 Mengakui dimiliki
kemampuan  Anjurkan
fisik dengan mempertahankan
skala 4/5 kontak mata
 Menerima  Anjurkan membuka
perasaan sendiri diri terhadap kritik
dengan skala 4/5 negatif
 Menerima  Latih
perilaku sendiri pernyataan/kemampu
dengan skala 4/5 an positif diri
 Membedakan  Latih cara berpikir
diri dan orang dan berperilaku
lain dengan positif
skala 4/5
Tingkat Depresi
 Harga diri
dengan skala 4/5
 Perasaan tidak
berharga dengan
skala 4/5

2. Isolasi sosial berhubungan Setelah dilakukan Promosi sosialisasi


dengan ketidakmampuan 3x pertemuan/lebih  Identifikasi
menjalin hubungan yang diharapkan klien kemampuan
memuaskan, perubahan tidak menarik diri melakukan interaksi
status mental dibuktikan dengan kriteria dengan orang lain
dengan merasa ingin hasil :  Identifikasi
sendirian, menarik diri, Keterlibatan sosial hambatan melakukan
tidak berminat  Perilaku interaksi dengan
berinteraksi dengan orang menarik diri orang lain
lain, merasa berbeda dengan skala 4/5  Motivasi
dengan orang lain  Afek meningkatkan
murung/sedih keterlibatan dalam
dengan skala 4/5 suatu hubungan
 Perilaku sesuai  Motivasi berinteraksi
dengan harapan diluar lingkungan
orang lain  Anjurkan
dengan skala 4/5 berinteraksi dengan
 Kontak mata orang lain secara
dengan skala 4/5 bertahap
 Verbalisasi  Anjurkan ikut serta
isolasi dengan kegiatan sosial
skala 4/5  Anjurkan berbagi
Harga diri pengalaman dengan
 Penilaian diri orang lain
positif dengan  Anjurkan membuat
skala 4/5 perencanaan
 Berjalan kelompok kecil
menampakkan untuk kegiatan
wajah dengan khusus
skala 4/5  Latih bermain peran
 Kontak mata
dengan skala 4/5
 Percaya diri
dengan skala 4/5
 Perasaan malu
dengan skala 4/5
Interaksi sosial
 Perasaan mudah
menerima
dengan skala 4/5
 Responsif pada
orang lain
dengan skala 4/5
 Perasaan tertarik
pada orang lain
dengan skala 4/5
 Minat
melakukan
kontak fisik
dengan skala 4/5

4. Strategi Pelaksanaa (SP) pada Klien dengan Harga Diri Rendah


a. SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
Orientasi :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Vela dari mahasiswa
keperawatan STIKES Citra Delima. Bagaimana
keadaan   bapak  hari ini ?  bapak terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah   bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat   bapak dilakukan. Setelah kita
nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama
? Bagaimana kalau 20 menit?

Kerja :
”Bapak, apa saja kemampuan yang   bapak miliki? Bagus, apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang
biasa  bapak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.          “ Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang   bapak miliki “.
”Bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih
dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama
bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa
dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan
di rumah sakit ini. 
”Sekarang, coba   bapak pilih satu kegiatan  yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan
tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapihkan tempat tidur   bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak
Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan
dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya,
dan kasurnya kita balik.  ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya,
kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut,
nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
”Bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.
Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM
(mandiri) kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika
diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan.

Terminasi :
“Bagaimana perasaan   bapak setelah kita bercakap-cakap dan
latihan merapihkan tempat tidur ? Yach,   t ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur, yang sudah   bapak praktekkan dengan
baik sekali.  Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah
setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian.   Bapak  Mau
berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu
pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita
akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi  Sampai jumpa ya”

b. SP 2  Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai


dengan kemampuan  pasien
Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan   Bapak pagi ini ? Wah, tampak
cerah ”
 ”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore
kemarin/ tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum
bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih
ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring,
sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk
membilas.,  Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran
ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring
kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke
tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan
menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu  Bapak bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba  Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali,  Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan   Bapak setelah latihan cuci piring ?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi
kegiatan sehari-hari
 Bapak Mau berapa kali  t mencuci piring? Bagus
sekali  Bapak mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah
merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan
apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa? Sama dengan sekarang? Sampai jumpa”

c. SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga


dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga
untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
“Selamat pagi !”
 “Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat
Bapak? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk
di ruangan wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang  terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya
pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya
adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri.
Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu
bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah
serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik
untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia
juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan
yang dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.
Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan
kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-
alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual
yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,
bapak/Ibu tetap  perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu
dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan
pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu
berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu
sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t
dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga
demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

d. SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat


pasien dengan  masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu  seperti
yang kita pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung
kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”. 
”Sekarang mari kita temui Bapak” 

Kerja :
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah
saya katakan sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak
agar Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang
sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian
terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan
keluarga?”
”Baiklah,  sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat
dulu”
 (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga)

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada Bapak”
”tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu
dan tempatnya sama seperti sekarang  Pak/Bu”
“Sampai jumpa”
e. SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka  kita akan
membicarakan jadwal Bapak selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja :
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba
diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu,
jadwal yang telah dibuat selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan  maupun jadwal minum
obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh Bapak selama di rumah. Misalnya
kalau Bapak terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran
negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung
kerumah sakit”
Terminasi :
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian Bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis
atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
III. Referensi
Hendarmawan. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Tn. A dan
Tn. A dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah di RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Tahun 2018. (Skripsi).
Jember : Universitas Jember
Mahdalena. (2017). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan
Kesehatan Mental pada Ny. F dengan Masalah Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur. (Skripsi). Jakarta : Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnose medis nanda NIC NOC jilid 2. Yogyakarta :
MediAction
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan

III. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.

Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan

II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta : Nuha Medika

Purwaningsih & Karlina. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa Cetakan

Kedua. Yogyakarta : Nuha Medika

Riyadi & Purwanto. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa Cetakan Pertama.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai