Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH:
INDAH KURNIAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, Budi Anna, 2002 dalam
Prabowo, Eko 2014).
Harga diri rendah adalah penilian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998
dalam Wijayaningsih, Kartika Sari, 2015).menurut Townsend (1998) dalam
Wijayaningsih, Kartika Sari, (2015) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak
langsung.
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998) dalam Wijayaningsih,
Kartika Sari, (2015) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif menegenai diri atau kemampuan diri. Dari
pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri dapat
bersifat situasional maupun kronis atau menahun (Wijayaningsih, Kartika Sari, 2015).
B. Rentang Respon Harga Diri Rendah
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif pada dirinya.
2. Respon maladatif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatfi dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian yang
kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak
ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain (Prabowo, Eko, 2014).

C. Proses Terjadinya Masalah Harga Diri Rendah


1. Faktor predisposissi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011)
dalam Prabowo, Eko (2014) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposissi
citra tubuh adalah :
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh,
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit,
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh,
d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga
diri rendah adalah :
1) Penolakan,
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten,
terlalu dituruti, terlalu dituntut,
3) Persaingan anatar saudara, kesalahan dan kegagalan berulang,
4) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran
adalah :
a) Stereotipik peran seks,
b) Tuntutan peran kerja,
c) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah
:
(1) Ketidak percayaan orang tua,
(2) Tekana dari peer group,
(3) Perubahan struktur sosial,
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harag diri
kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
a. Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu
sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual
dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksiskan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran
Rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan
perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran,
keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat indicidu
menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi.
Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
1) Trauma peran perkembangan
2) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
3) Transisi peran situasi
4) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
5) Transisi peran sehat-sakit
6) Pergeseran kondisi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan.
c. Perilaku
1. Citra tubuh
Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak
bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh,
menolak usaha rehabilitasi, usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat, dan
menyangkal cacat tubuh.
2. Harga diri rendah
Diantaranya mengkritik diri atau orang lain, produktivitas menurun,
gangguan berhubungan, ketegangan peran, pesimis menghadapi hidup,
keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan,
destruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat,
menarik diri dari realitas, khawatir, merasa diri paling penting, distruktif
pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah tersinggung
atau marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
3. Keracuan identitas
Diantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan
mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak
mampu empati pada orang lain, masalah estimasi.
4. Depersonalisasi
Meliputi :
a) Afektif
Kehidupan identitas, perasaan terpisah dari diri, perasaan tidak
realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa berkesinambungan, tidak
mampu mencari kesenangan.
b) Perseptual
Halusinasi dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri, sulit
membedakan diri dari orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti
dalam mimpi.
c) Kognitif
Bingung, disorientasi waktu, gangguan berpikir, gangguan daya
ingat, gangguan penilaian, kepribadian ganda (Herman, 2011 dalam
Prabowo, Eko 2014).
D. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
Menurut Carpenito dalam Keliat (2011) dalam Prabowo, Eko (2014), perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
1. Data subjektif
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain,
b. Perasaan tidak mampu,
c. Pandanagn hidup yang pesimis,
d. Perasaan lemah dan takut,
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri,
f. Pengurangan diri atau mengejek diri sendiri,
g. Hidup yang berpolarisasi,
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan,
i. Mengungkapkan kegagalan pribadi,
j. Merasionalisasi penolakan.
2. Data objektif
a. Produktivitas menurun,
b. Perilaku destriktif pada diri sendiri dan orang lain,
c. Penyalahgunaan zat,
d. Menarik diri dari hubungan sosial,
e. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah,
f. Menunjukan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan),
g. Tampak mudah tersinggung atau mudah marah (Prabowo, Eko, 2014).
E. Akibat Harga Diri Rendah
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebutkan
penampilan seseorang yang tidak optimal.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah, maka akan
berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri (Prabowo, Eko, 2014).
F. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan pasien harga diri rendah
adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus. Kegiatan mengganti identitas
sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang
memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan
individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah
menutup identitas, dimana pasien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri, identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah
fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah terbalik pada diri
sendiri dan orang lain (Prabowo, Eko, 2014).
G. Pnatalaksanaan Terapi Harga Diri Rendah
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang berdar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Resperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole (Hawari, 2001
dalam Prabowo, Eko, 2014).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama (Maramis,
2005, dalam Prabowo, Eko, 2014).
3. Terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples (Maramis, 2005, dalam Prabowo, Eko, 2014).
4. Terapi modalitas
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat, 2005 dalam Prabowo, Eko, 2014).
Dari empat jenis terapi aktivias kelompok diatas yang paling relevan dilakukan
pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah (Keliat dan Akemat, 2005 dalam Prabowo, Eko, 2014).
H. Pohon Masalah Harga Diri Rendah
Effect Isolasi Sosial: Menarik diri

Core Problem Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Causa Koping Individu Tidak Efektif

I. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
J. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan Umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan Khusus Dan Intervensi
a. TUK I
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Ekspresi wajah klien bersahabat.
b) Menunjukan rasa tenang dan ada kontak mata.
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
d) Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan denagn
perawat.
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
b. TUK II
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien.
1) Kriteria evaluasi
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien.
b) Aspek positif keluarga.
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
2) Intervensi
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional :
Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
control diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
Rasional :
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
c) Usahakan memberi pujian yang realistik.
Rasional :
Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan
kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
c. TUK III
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Kriteria evaluasi
Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.
2) Intervensi
a) Diskusikan dnegan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan
dalam sakit.
Rasional
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunaannya.
Rasional
Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien
memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
d. TUK IV
Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki.
1) Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian.
2) Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Rasional
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Rasional
Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya.
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.
Rasional
Perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
e. TUK V
Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan.
1) Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat
meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan.
f. TUK VI
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga.
1) Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga.
2) Intervensi
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
Rasional
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di
rumah.
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional
Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam
mempercepat proses penyembuhan klien.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien
dirumah.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Sp)

Masalah : gangguan konsep diri : harga diri rendah


Pertemuan ke I (satu)

A. Proses keperawatan
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.
b. Klien menunjukan ekspresi wajah malu.
c. Klien mengatakan tidak bisa ketika diminta melakukan sesuatu.
d. Klien tampak kurang bergairah,
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (Sp)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Wiwit : Selamat pagi pak, saya wiwit putri dan disebelah saya ika dyah,
kami mahasiswa dari STIkes Satria Bhakti Nganjuk yang sedang
praktik di Rumah sakit ini, Bapak bisa panggil saya Wiwit dan
teman saya Ika, nama Bapak siapa ?.
Px : Nama saya M. Dani Ayyubil Luthfi
Wiwit : OBegitu bapak lebih senang dipanggil siapa ?.
Px : Panggil saja mas Dani
Ika : OMas Dani, baiklah mas Dani disini kami akan menemani mas
Dani kurang lebih 2 minggu, jadi kalau ada yang mengganggu
pikiran mas Dani, bisa bilang saya, siapa tahu kami bisa membantu.
b. Evaluasi/Validasi
Wiwit : Bagaimana perasaan mas Dani saat ini ?.
Px : Saya baik-baik saja.
Wiwit : Coba ceritakan kepada saya, apa yang dirasakan dirumah hingga
dibawa ke Rumah sakit ini ?.
Px : Saya merasa baik-baik saja.
Wiwit : OBegitu baiklah.
c. Kontrak
1) Topik
Ika : Maukah Mas Dani bercakap-cakap dengan kemampuan yang
dimiliki serta hoby yang sering dilakukan dirumah ?.
Px : Iya.
2) Tempat
Ika : Mas Dani lebih suka bercakap-cakap dimana ?.
Px : Disini saja.
Ika : O.Disini saja ? baiklah.
3) Waktu
Ika : Kita mau bercakap-cakap berapa lama mas ? em.bagaimana
kalau 10 menit saja ?.
Px : Iya..10 menit saja.
2. Kerja
Wiwit : Kegiatan apa saja yang sering mas Dani lakukan dirumah
atau hoby apa yang mas Dani sukai?.
Px : Saya sangat suka menggambar.
Wiwit : Terus kegiatan apa lagi yang mas Dani lakukan?.
Px : Saya juga suka bermain gitar.
Wiwit & Ika : Wahbagus sekali.
Ika : Bagaimana dengan keluarga mas Dani, apakah mereka
menyenangi apa yang mas Dani lakukan selama ini, atau
apakah mereka sering mengejek hasil kerja mas Dani ?.
Px : Mereka acuh terhadap apa yang saya lakukan dan apa yang
saya sukai.
Wiwit : Kenapa seperti itu mas Dani ?.
Px : Karena dulu saya ingin kuliah di jurusan seni tetapi mereka
menyuruh saya untuk kuliah di jurusan hukum.
Wiwit : O,,,Jadi seperti itu.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Ika : Baiklah kalau begitu mas Dani, bagaimana perasaan Mas Dani
selama kita bercakap-cakap ?.
Px : Senang.
b. Evaluasi obyektif
Wiwit : Tolong Mas Dani ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang
sering mas Dani lakukan.
Px : Saya Suka menggambar dan bermain gitar.
Wiwit : Bagus, terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap kemampuan
dan kegiatan yang mas Dani lakukan ?.
Px : Mereka acuh terhadap apa yang saya lakukan dan apa yang saya
sukai.
c. Rencana tindak lanjut
Ika : Baiklah Mas Dani, nanti mas Dani ingat-ingat lagi ya, kemampuan
mas Dani yang lain yang belum sempat mas Dani ceritakan kepada
kami.
Px : Iya.
d. Kontrak
1) Topik
Wiwit : Bagaimana Mas Dani, besok kita bicarakan kembali
kegiatan atau kemampuan yang dapat mas Dani lakukan
dirumah maupun dirumah sakit saat ini.
Px : Iya, Baiklah.
2) Tempat
Wiwit : Tempatnya mau dimana mas ?.
Px : Diteras Saja.
Wiwit : Baiklah mas Dani.
3) Waktu
Wiwit : Berapa lama kita akan bercakap-cakap?. Bagaimana
kalau besok kita bercakap-cakap 15 menit ?.
Px : Iya, saya setuju.
Wiwit & Ika : Sampai bertemu besok lagi ya mas Dani.
Px : Iya.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke II (Dua)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Ika : Selamat pagi mas Dani masih ingat kami ?.
Px : Iya, masih ini Mbak Ika dan Mbak Wiwit.
Wiwit : Bagus.
b. Evaluasi/Validasi
Wiwit : Bagaimana perasaan mas dani sekarang ?.
Px : Saya hari ini merasa senang.
Wiwit : OYabagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum
mas Dani ceritakan kemarin ?.
Px : Iya masih ada saya juga sangat suka menyanyi dengan bermain
gitar.
c. Kontrak
1) Topik
Ika : O..Ya..apakah mas Dani masih ingat apa yang akan kita bicarakan
hari ini ?.
Px : Iya masih.
2) Tempat
Ika : Kalau tidak salah kemarin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap
di teras benar kan ?.
Px : Iya benar mbak.
3) Waktu
Wiwit : Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin mas
Dani ingin kita bercakap-cakap lebih lama lagi ?.
Px : Iya, 15 menit saja.
2. Kerja
Wiwit : Kegiatan apa saja yang sering mas Dani lakukan dirumah?.
Px : Bermain gitar dan menggambar.
Wiwit : OIya tadi mas Dani juga suka bernyanyi dengan bermain gitar
ya ?.
Px : Iya..itu benar.
Ika : Lalu bagaimana tanggapan keluarga terhadap kemampuan dan
kegiatan yang mas Dani lakukan ?.
Px : Mereka acuh dan tidak menghiraukan terhadap apa yang saya
lakukan dan apa yang saya sukai.
Ika : NahBagaimana kalau sekarang kita melakukan apa yang disukai
mas Dani dengan menggambar dan juga bermain gitar sambil
bernyayi lagu kesukaan mas Dani?.
Px : Iya Baiklah.
Wiwit : Bagaimana kalau kita mulai dengan menggambar?.
Px : Iya (mulai menggambar).
Setelah beberapa menit Px selesai menggambar.
Wiwit : Apa yang mas Dani gambar.
Px : Saya menggambar motor.
Beberapa menit kemudian Px selesai menggambar.
Ika : Wah..bagus sekali.
Px : Terimakasih.
Wiwit : Nah..Sekarang bagaimana kalau kita melakukan kegiatan yang
mas Dani sukai yaitu bernyanyi sambil main gitar ?
Px : Iya. (mulai bernyanyi dan bermain gitar).
Beberapa menit kemudian Px selesai menggambar.
Wiwit : Wah..Bagus sekali mas Dani, ternyata mas Dani pintar sekali
bermain gitar.
Px : Iya terimakasih mbak.
Wiwit : Nah..Sekarang bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan yang
akan dilakukan mas Dani dalam melakukan kegiatan atau
kemampuan yang dimiliki mas Dani ?.
Px : Iya.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Ika : Bagaimana perasaan mas Dani setelah berhasil membuat jadwal
kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit ? dan bagaimana
perasaan mas Dani setelah kita melakukan kegiatan tadi ?.
Px : Saya merasa senang.
b. Evaluasi obyektif
Wiwit : Coba Mas Dani bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah
dibuat tadi.
Px menyebutkan jadwal kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Wiwit : Iya..Bagus Mas Dani.
c. Rencana tindak lanjut
Ika : Mas Dani mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah mas
Dani buat tadi ?.
Px : Iya.
Ika : Nah..Nanti kegiatan-kegiatan tadi dilakukan bersama-sama
dengan teman-teman yang lain ya, bagaimana kalau nanti siang
setelah makan ?
Px : Iya.
d. Kontrak
1) Topik
Wiwit : Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat dilakukan mas
Dani dirumah, setuju ?.
Px : Baiklah saya setuju.
2) Tempat
Ika : Mas Dani ingin kita bercakap-cakap dimana besok ?.
Px : Di Taman saja.
Ika : ODitamanbaiklah.
3) Waktu
Wiwit : Bagaiamana kalau kita besok bercakap-cakap selama 10
menit saja ?.
Px : Iya
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke III (Tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal dan menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit.
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan
kemampuan dirumah.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Wiwit : Selamat Pagi, Mas Dani ?.
Px : Iya..Selamat pagi juga mbak.
b. Evaluasi/Validasi
Wiwit : Bagaimana perasaan mas Dani saat ini ?.
Px : Saya senang.
Wiwit : Apakah Mas Dani sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat kemarin ?.
Px : Iya sudah mbak kemarin saya menggambar lagi.
(memperlihatkan hasil gambarnya).
Wiwit : Bagus sekali mas gambarnya, coba saya lihat kegiatannya, wah
hebat sekali, sudah diberi tanda semua, nanti dikerjakan lagi ya mas
dani.
Px : Iya.
c. Kontrak
1) Topik
Ika : Nah..Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang
dapat mas Dani lakukan dirumah ?.
Px : Iya.

2) Tempat
Ika : Kita mau bercakap-cakap dimana?, jadi ditaman atau disini saja
?.
Px : Ditaman saja mbak.
3) Waktu
Ika : Baiklah seperti kesepakatann kita kemarin ya mas kita akan
bercakap-cakap selama 10 menit.
Px : Iya mbak.
2. Kerja
Wiwit : Kemarin Mas Dani telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit,
sekarang kita buat jadwal kegiatan di rumah ya !. ini kertas dan
bolpointnya, jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan.
Bagaimana kalau kita mulai ?.
Px : Iya mbak.
Px membuat jadwal
Wiwit : OMas Dani mulai dari jam 05.00 ? bangun tidur, mandi lalu
shalat subuh, iya tidak apa-apa, osetelah makan mas Dani akan
menggambar ?.
Px : Iya mbak.
Ika : Bagus, tapi jangan lupa minum obatnya ya.
Px : Iya mbak.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Ika : Bagaimana perasaan mas Dani setelah dapat membuat jadwal
kegiatan dirumah ?.
Px : Saya merasa senang mbak.
b. Evaluasi obyektif
Wiwit : Coba Mas Dani sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang
dapat dilakukan di rumah.
Px menyebutkan jadwal kegiatan yang sudah dibuat
c. Rencana tindak lanjut
Wiwit : Nanti kalau sudah dijemput oleh keluarga jadwal kegiatan tadi
harus dilakukan di rumah ya.
Px : Iya mbak.
d. Kontrak
1) Topik
Ika : Nah bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya
dukungan keluarga terhadap kesembuhan mas Dani ya.
Px : Iya mbak.
2) Tempat
Ika : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras?, setuju ? atau
mungkin mas Dani mau kita di tempat lain ?.
Px : Di Teras saja.
3) Waktu
Wiwit : Baiklah mas Dani kita mau bercakap-cakap berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit saja ?.
Px : Iya, mbak.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke IV (Empat)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Wiwit : Selamat pagi mas.
Px : Iya Selamat pagi mbak.
b. Evaluasi/Validasi
Wiwit : Bagaimana perasaan mas Dani hari ini, baik-baik saja ?.
Px : Iya saya baik-baik saja mbak.
c. Kontrak
1) Topik
Wiwit : Hari ini kita akan bercakap-cakap tentang sistem
pendukung yang dapat membantu mas Dani di rumah.
Px : Iya mbak.
2) Tempat
Wiwit : Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras
ya.
Px : Iya mbak.
3) Waktu
Wiwit : Nah kita akan bercakap-cakap selama 10 menit ya mas
Dani.
Px : Iya mbak.
2. Kerja
Ika : Apakah Mas Dani tahu apa artinya sistem pendukung ?.
Px : Saya tidak tahu mbak.
Ika : Baiklah akan saya jelaskan sistem pendukung adalah hal-hal yang
dapat membantu dirumah dalam mencapai kesembuhan nantinya,
misalnya : dana, keluarga, teman/tetangga yang mau menerima,
kegiatan bersama, dan tempat yang dapat mas Dani kunjungi saat
obat habis.
Wiwit : Mas Dani dirumah tinggal dengan siapa ?.
Px : Dengan orang tua saya mbak.
Wiwit : Terus dengan siapa lagi mas?.
Px : Dengan adik perempuan saya mbak.
Ika : Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan mas Dani
?.
Px : Iya.
Wiwit : Siapa selama ini yang mengingatkan mas Dani minum obat dan
mengantarkan kontrol atau periksa ke dokter?.
Px : Ayah dan Ibu saya mbak.
Ika : Wah bagus, terus selama ini yang mencari nafkah dan mencari
biaya pengobatan untuk mas Dani siapa ?.
Px : Kalau itu ayah saya mbak.
Wiwit : Apakah mas Dani punya teman atau tetangga yang dekat dengan
mas Dani?.
Px : Iya ada mbak dia teman waktu saya kelas SMP.
Wiwit : O..Begitu, kegiatan apa saja yang ada dilingkungan mas Dani?.
Px : Setiap hari kamis ada pengajian mbak, dan hari minggu ada
kegiatan bersih-bersih lingkungan bersama-sama.
Ika : O..Pengajian dan bersih-bersih lingkungan bersama, wah bagus itu
mas Dani.
Px : Iya Mbak.
Ika : Selama ini mas Dani sudah berobat kemana saja, apakah ada
Rumah sakit yang paling dekat dengan rumah?.
Px : Iya ada mbak ke puskesmas.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Wiwit : Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang sistem
pendukung yang mas Dani miliki ?.
Px : Saya merasa senang mbak.
b. Evaluasi obyektif
Wiwit : Coba sebutkan kembali sistem pendukung yang mas Dani miliki
di rumah, satu persatu.
Px : Dirumah ada ayah, ibu, adik perempuan saya dan juga teman
saya.
c. Rencana tindak lanjut
Ika : Bagus besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat
keluarga ya Mas! Jangan lupa kalau obatnya hampir habis cepat
datangi rumah sakit !.
Px : Iya mbak.
d. Kontrak
1) Topik
Ika : Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang
obat-obatan yang mas Dani minum setiap hari.
Px : Iya, mbak.
2) Tempat
Wiwit : Sebaiknya kita bercakap-cakap dimana mas ?.
Px : Diruang makan saja mbak.
3) Waktu
Wiwit : Baiklah Mas, mau berapa lama kita bercakap-cakap ?.
Px : 10 menit saja mbak.
Wiwit : Baiklah mas, sampai ketemu lagi ya.
Px : Iya mbak.

(Bersalaman)
Beberapa bulan kemudian pasien sembuh, dan dibawa pulang ke rumah.

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta: CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai