ASUHAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
OLEH :
TA.2020
Konsep Dasar Halusinasi
A. Definisi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing,
1987).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
ransangan internal ( pikiran ) dan ransangan eksternal ( dunia luar ). Klien memberi
presepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau ransangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mendaengarkan suara padahal tidak ada yang bicara
( Kusumawati & Hartono 2010)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)
Dari beberapa pengertian yang dikemukan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan
tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran
adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi menurut ( Yosep, 2011)
a. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi
dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, muda frustasi, dan hilang percaya diri
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan membekas
di ingatannya sampai dewasa dan akan mesara di singkirkan kesepian dan
tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya strees
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan
dimetytranferase (DMP). Akibat stress bekepanjangan menyebabkan
teraktifasinya, neurotransmitter otak, misanya terjadi ketidakseimbangan
asetyl kolin dan dopamine.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
e. Faktor genetic dan pola asuh
Pemnelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu skizofreinia
cenderung mengalami skizofreinia. hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang saling berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
1. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlinsh Heacock,
1993 mencoba mememcahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun
atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga dapat dilihat dari 5
dimensi:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol, dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi isi halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan
adanya penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri melawan impuks yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah dia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan agar interaksi sosial,
control diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut, sehingga
jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain
cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri.
C. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi
biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
4. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
5. Perilaku menyerang teror seperti panik.
6. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
7. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi.
D. Klasifikasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
E. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata –
kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien,
sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar
atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan
suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain
yang tidak bicara atau pada benda mati.
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
mania depresif dan syndroma otak organik.
F. Faktor-faktor penyebab halusinasi
a. Faktor predisposisi
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat
dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah :
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik
diri.
2. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3. Sosiobudaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya.
G. Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I - Mengalami ansietas, - Tersenyum, tertawa
- Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah sendiri
tingkat ansietas sedang dan ketakutan. - Menggerakkan bibir
secara umum, halusinasi - Mencoba berfokus tanpa suara
merupakan suatu pada pikiran yang dapat - Pergerakkan mata
kesenangan. menghilangkan ansietas yang cepat
- Fikiran dan - Respon verbal
pengalaman sensori yang lambat
masih ada dalam kontol - Diam dan
kesadaran, nonpsikotik. berkonsentrasi
Tahap II - Pengalaman sensori - Terjadi peningkatan
- Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
- Tingkat kecemasan berat - Merasa dilecehkan pernafasan dan
secara umum halusinasi oleh pengalaman sensori tekanan darah
menyebabkan perasaan tersebut - Perhatian dengan
antipasti - Mulai merasa lingkungan
kehilangan control berkurang
- Menarik diri dari orang - Konsentrasi
lain non psikotik terhadap
pengalaman sensori
kerja
- Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas
Tahap III - Klien menyerah dan - Perintah halusinasi
- Mengontrol menerima pengalaman ditaati
- Tingkat kecemasan berat sensori (halusinasi) - Sulit berhubungan
- Pengalaman halusinasi - Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
tidak dapat ditolak lagi atraktif - Perhatian terhadap
- Kesepian bila lingkungan
pengalaman sensori berkurang hanya
berakhir psikotik beberapa detik
- Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat, tremor
dan berkeringat
Tahap IV Pengalaman sensori -Perilaku panic
- Klien sudah dikuasai oleh mungkin menakutkan jika - Resiko tinggi
halusinasi individu tidak mengikuti mencederai
- Klien panic perintah halusinasi, bisa - Agitasi atau kataton
berlangsung dalam - Tidak mampu
beberapa jam atau hari berespon terhadap
apabila tidak ada lingkungan
intervensi terapeutik.
Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi,
sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh
kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga
diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara
biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan
tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat
halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).
H. Penatalaksanaan medis pada halusinasi pendengaran
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat – obatan dan
tindakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti
psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal) 60-120 mg
Klorpromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permitil) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) Perfenazin 30-400 mg
(Trilafon) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tioridazin (Mellaril) 150-800mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazin (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepi Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
n
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko menciderai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
J. Pohon Masalah
Risiko perilaku
kekerasan
Isolasi sosial
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
L. Perencanaan keperawatan halusinasi
1. Perencanaan keperawatan halusinasi dalam bentuk strategi pelaksanaan
PERENCANAAN
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
Gangguan Pasien mampu SP. 1 ( tgl.)
Sensori Mengenali halusinasi yang 1. Bantu pasien mengenal halusinasi:
Presepsihalu dialaminya a. Isi
sinasi Mengontrol halusiansinya b. Waktu terjadinya
Mengikuti program c. Frekuensi
pengobatan secara optimal d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat terjadi halusinasi
Kriteria evaluasi 2. Latih mengontrol halusinasi degan
Setelah kali pertemuan cara menghardik tahapan
pasien dapat menyebutkan tindakannya melipui :
isi, waktu, frekuensi, situasi a. Jelaskan cara menghardik
pencetus, perasaan dan halusinasi
mampu memperagakan b. Peragakan cara menghardik
cara mengontrol c. Minta pasien menggerakan tulang
halusinasinya d. Pantau penyerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
e. Masukan dalam jadwal perilaku
pasien
O:
- Klien menjawab salam
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau mengatakan mengapa
klien berada di Rumah sakit
- Klien masih mengingat nama
perawat
- Kontak mata berkurang
A : SP Bina Hubungan Saling Percaya
tercapai.
P: Lanjutkan pengkajian 4 SP
Pengkajian keperawatan jiwa
1. Identitas Klien
MRS Ke :1
Nama / Inisial :Nn. L (P) Tanggal Pengkajian :22-10-2019
Umur :28 tahun RM No : 02-93-05
Informan :Tn.M Hub. dengan Klien : Saudara
2. Alasan Masuk
Pasien mengamuk dirumah, melempar barang – barang, memukul orang dan sering
keluyuran.
3. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi
Pasien tidak mengalami gangguan jiwa dimasa lalu. Pasien pernah melakukan
penganiyaan fisik kepada orang lain. Pasien pernah memukul orang yang lewat bahkan
pernam memukul adiknya sendiri tanpa sebab dan sering melemparkan barang kepada
orang lain sesuai dengan apa yang dikatakan anggota keluarga pasien. Pasien
melakukannya kurang lebih sekitar 2 bulan yang lalu dilakukan didalam rumah dan
beberapa kali diluar rumah. Berdasarkan penjelasan dari kakak pasien, Pasien sering di
pukul oleh ayah pasien ketika nakal atau berbuat salah di waktu kecil.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan (RPK)
Dalam keluarga Nn.L, adik kandung dari nenek Nn. L sebelah ayah mengalami
gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu pasien, Pasien pernah di bully semasa duduk di
bangku SMA dan berlanjut sampai perkuliahan. Hal itu membuat pasien susah untuk
bersosialisasi dan lebih sering menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Fisik
a. TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/i
S : 36,80 C
P : 24x/menit
b. Ukur :
TB : 161 cm
BB : 62 Kg
c. Keluhan fisik : pasien mengatakan sering merasa keram dan capek
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan
:Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: meninggal
b. Konsep diri
1) Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien adalah seorang wanita yang
bekerja sebagai pelayan toko dan merupakan anak kedua dari 3 bersaudara.
Pasien juga merasa puas terhadap dirinya sebagai wanita.
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya dan sebagai pelayan di
tempat kerjanya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien berharap agar dapat diperlakukan baik oleh teman-teman serta
lingkungannya, pasien juga ingin cepat sembuh, pasien juga mengatakan jika
dapat mengulang waktu pasien ingin memperbaiki masa SMA dan
Perkuliahannya menjadi lebih baik
5) Harga diri
Pasien mengetahui kalau dirinya sakit
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah keluarga. Namun di
tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman. Pasien mengalami
kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
d. Spiritual
Pasien menganut agama islam. Pasien juga mengetahui jika beribadah membuat
pasien jauh lebih tenang. Pasien mengaku sering di anggap gila oleh tetangganya
6. Status Mental
a. Penampilan : pakaian Nn. Lsesuai dan nampak bersih.
b. Pembicaraan : Gagap, keras dan tidak mampu memulai
pembicaraan, dan sering memindahkan pembicaraan yang tidak sesuai dengan
yang ditanyakan.
c. Aktivitas Motorik : Tegang, pasien juga nampak menggerak-gerakan
jarinya dan nampak gelisah.
d. Alam perasaan : Pasien nampak khawatir dan kadang putus asa dan
kadang kala sedih.
e. Afek : labil.
f. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang dan pasien sibuk memainkan
jarinya.
g. Persepsi : Pasien sering mendengar suara-suara,
h. Proses pikir : Sirkumtansial dan kehilangan asosiasi.
i. Isi pikir : Depersonalisasi.
j. Tingkat kesadaran : Orientasi waktu tempat dan orang jelas, pasien tau
kalau saat ini pasien sedang berbicara dengan suster di taman dan pada siang hari.
k. Memori : Pasaien mengalami gangguan daya ingat saat ini.
l. Uji tingkat konsentrasi dan berhitung : Pasien mampu menyebut angka
dengan baik. Pasien dapat mengambil keputusan dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri : Pasien mengenali penyakitnya dan mempunyai keinginan
untuk sembuh.
7. Mekanisme Koping
Saat dilakukan wawancara dengan klien data di dapat mampu merespon pertanyaan
dengan baik (adaptif), dan reaksi lambat (maladaptif)
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan mengalami kesulitan untuk membangun hubungan dengan orang
lain. Keluarga pasien mengatakan pasien suka menyendiri dan lebih banyak di kamar.
9. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita tapi mengetahui pasien sakit
10. Aspek Medis
a. Diagnosa medis : Skizofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab
11. Analisa Data
DATA MASALAH
DS : Perubahan sensori persepsi Halusinasi
- Pasien mengatakan mendengar suara pendengaran
ibunya yang sudah meninggal sering
memanggil dirinya.
DO:
- Pasien terlihat gelisah
- Jalan mondar mandir
- Sering tertawa sendiri dan berbicara
sendiri
- Pasien terlihat menyendiri
- Pasien malas bebicara dengan orang
lain
DS: Isolasi Sosial
- Klien mengatakan takut untuk keluar
rumah karena takut di marahi orang
karena suka memukul
DO:
- Kontak mata kurang saat di ajak
berinteraksi
- Klien terlihat sering menyendiri
- Klien bicara saat di tanya saja
- Klien jarang berkomunikasi dengan
orang lain
DS: Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan jika mendengar
suara, klien mengikuti apa yang suara
itu perintahkan
DO:
- Klien terlihat gelisah
- Pasien mengatakan mendengar
suara-suara
kekerasan
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Pasien
Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri,mondar mandir merasa mendengar
ibunya yang sudah meninggal sering memanggil dirinya terlihat gelisah dan
Pasien malas berbicara dengan orang lain.
2) Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3) Tindakan keperawatan
a) Membantu pasien mengenal halusinasi
b) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
b. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1) Tahap Orientasi
“Assalamualaiakum Bu Lia,. “ masih ingat dengan saya ? Bagus !”.
“ Bagaimana perasaan Bu Lia saat ini ? “Apakah suara yang ibu dengar
berwujud?”.Ibu kita berbincang-bincang dimana? “
Ooo iya baiklah Bu kita berbincangnya berapa lama? Bagaimana klau 25
menit? ”.
2) Tahap Kerja
Yeah sekarang jika sudah duduk santai, tolong ceritakan suara yang Ibu
dengar tadi tentang apa isi suara tersebut?”. Saat kapan ibu Lia mendengar
suara itu ? “Berapa kali ibu Lia mendengar suara tersebut.?”. Suara seperti
apa yang ibu dengar? “. Apakah yang ibu rasakan saat mendengar suara
itu? “ Bagaimana kalau ibu Lia saya ajarkan cara untuk menghilangkan
suara itu?”.Ibu, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
dan yang keempat minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar
dengan cara yang pertama yaitu menghardik. Caranya seperti ini, misalkan
ada suara-suara yang ibu dengar, lalu ibu menutup telinga dengan kedua
tangan, kemudian ibu berteriak pergi kau jangan ganggu saya, kamu suara
palsu. Cara itu ibu ulang kembali sampai suara itu hilang. Coba Ibu Lia
peragakan!”. Ya bagus bu, ibu sudah bisa memperagakan.Jadi nanti kalau
ibu dengar suara itu lagi langsung peragakan saja yang saya ajarkan ya
Bu!”.
3) Tahap Terminasi
Bagaimana perasaan Ibu Lia setelah berbincang-bincang tentang suara
yang Ibu dengar dan bagaimana perasaanya setelah memperagakan latihan
tadi? . Kalau suara itu muncul lagi, Ibu bisa melakukan hal seperi tadi dan
ibu bisa masukkan kegiatan jadwal latihan harian ya Bu”. Bagaimana kalau
kita ketemu lagi untuk bercakap-cakap, tentang cara mengendalikan suara-
suara tersebut dengan cara yang kedua?”. Baiklah kalau begitu, di mana kita
akan bercakap-cakap, mungkin Ibu Lia punya tempat?”. Berapa lama kita
akan bercakap-cakap?. 10 menit atau 15 menit?”. Baiklah saya permisi
sampai jumpa besok ya Assalamialaikum Bu”.
a. Proses keperawatan
1) Kondisi klien
Klien masih mondar mandir, masih terlihat tertawa sendiri.
2) Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
3) Tindakan keperawatan
a) Membantu mengontrol halusinasi
b) Melatih klien untuk bercakap-cakap dengan orang lain
c) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
b. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1) Tahap Orientasi
“Assalamualaikum Bu, bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-
suara itu masih ibu dengar?”. Apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih?”. Sesuai janji kita, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 15 menit. Mau dimana? Disini saja?”. Baiklah kalau Begitu.
2) Tahap Kerja
“Cara kedua untuk mengontrol halusinasi adalah bercakap-cakap dengan
orang lain. Jadi kalau ibu mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol.minta teman untuk ngobrol dengan ibu.
Contohnya begini: Bu Rina tolong ajak saya bercerita, saya mulai
mendengar suara-suara, ayo berbicara dengan saya! Atau kalau ada orang
di rumah misalnya adik atau kakak, de atau kak ayo berbicara dengan saya
karena saya sedang mendegar suara-suara. Begitu Bu! Coba ibu lakukan
seperti tadi yang saya lakukan. Ya, begitu. “Bu Rina tolong ajak saya
bercerita saya mendengar suara-suara”.
Nah bagus latih terus ya Bu!”
3) Tahap Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”. Jadi sudah ada berapa
cara yang ibu pelajari untuk mencegah suara-suara itu muncul?”. Bagus,
cobalah kedua cara ini kalau ibu mengalami halusinasi lagi. Bagaimana
kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bu? ”. Mau pukul berapa
latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur jika sewaktu-
waktu suara itu muncul! Besok saya akan kesini lagi. Mau ketemu dimana?
Disini lagi?”. Baiklah sampai jumpa besok ya Bu Assalamualaikum.”
4) Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan persepsi Melakukan SP2P S:
sensori halusinasi gangguan persepsi sensori - “waalaikumsalam, baik suster”
pendengaran halusinasi pendengaran - “Iya masih suster”
pada Ny.L - “ sudah suster”
4. Mengevaluasi jadwal - “ Saya maunya di halaman depan
kegiatan harian klien Suster”.
5. Melatih klien - “Bu Rina tolong ajak saya
mengendalikan bercerita saya mendengar suara-
halusinasi dengan cara suara”.
bercakap-cakap dengan - “ saya lebih tenang dan suara
orang lain yang saya dengar hilang”
6. Menganjurkan klien - “ sudah dua cara suster”.
memasukkan kedalam - “Di sini saja”
kegiatan harian - “waalaikumsalam”
O:
- Klien kurang dapat
mempertahankan kontak mata
- Klien berbicara pelan
- Klien sudah bisa melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang
lain
A:
SP2P tercapai
Klien sudah mampu
bercakap-cakap
dengan orang lain
P:
Perawat : lanjut SP3P
Klien: memotivasi klien mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap cara ketiga untuk
mencega suara-suara? Bagus sekali, coba sebutkan 3 cara yang sudah kita
latih untuk mencega suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bu, coba lakukan sesuai jadwal ya, besok kita
bercakap-cakap lagi ya, suster akan mengajarkan cara keempat yaitu tentang
minum obat secara teratur bagaimana bapak mau? Di mana kita akan
bercakap-cakap? Berapa menit? Ok sampai ketemu besok assalamualaikum.
4) Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan persepsi Melakukan SP3P gangguan S:
sensori halusinasi persepsi sensori halusinasi - “waalaikumsalam, baik suster”
pendengaran pendengaran pada Ny.L - “masih suster, tetapi saya
4. Mengevaluasi jadwal mendengarnya hanya satu kali
kegiatan harian pasien pada malam hari”
5. Melatih klien - “Ya saya menggunakan 2
mengendalikan halusinasi cara yang di ajarkan suster
dengan cara melakukan kemarin”
kegiatan - “suaranya hilang”
6. Menganjurkan klien - “Disini saja suster”
memasukkan ke dalam - “ iya suster”
jadwal kegiatan harian - “Mengatur tempat tidur”
- “Minum teh, makan”
- “Menyapu dalam ruangan”
- “Siang hari saya istirahat”
- “iya”
- “lebih tenang suster”
- “dengan cara menghardik,
bercakap-cakap dengan orang
lain, dan melakukan kegiatan”
- “di sini lagi”
- “20 menit”
- “Waalaikumsalam”.
O:
- Klien mampu menyebutkan
kegiatan hariannya
- Kontak mata ada
- Klien tidak terlihat mondar-
mandir
- Klien tidak terlihat berbicara
sendiri
A: SP3P tercapai
Klien sudah mampu
Menyebutkan kegiatannya
P:
Perawat : lanjutk SP4P
Klien: memotivasi klien
mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
2) Fase Kerja
Bu menurut ibu apa keuntungan dari minum obat secara teratur? Apakah
suara-suaranya berkurang/hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-
suara yang ibu dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang ibu minum? Pada saat apa saja? yang warna oranye
(CPZ) 2 kali sehari jam 7 Pagi dan jam 7 malam, gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (TPH) 2 kali sehari jamnya sama
gunanya untuk rilexs dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 2
kali sehari jamnya sama, gunanya untuk pikirannya biar tenang. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter,kalau ibu putus obat penyakit bapak bisa kambuh dan sulit
mengembalikan kekeadaan semula. Kalau obat habis ibu bisa minta obat ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. Ibu juga bisa teliti saat saat
menggunakan obat-obatan ini. pastikan obatnya benar, artinya Ibu harus
memastikan bahwa itu benar-benar punya Ibu. Jangan keliru dengan obat
punya orang lain. Baca nama, Pastikan obat itu diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.
bapak juga harus perhatikan beberapa jumlah obat sekali minum dan harus
cukup minum 10 gelas perhari.
3) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
jelaskan! Bagus. Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan harian ibu. Jangan lupa pada waktu minum obat minta obat
pada perawat atau pada keluarga kalau dirumah. Hari ini pertemuan terakhir
kita dan suatu saat kalau ibu mendengar suara-suara lagi ibu menggunakan
cara-cara yang sudah di ajarkan.
4) Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan persepsi Melakukan SP4P gangguan S:
sensori halusinasi persepsi sensori halusinasi - “Assalamualaikum,
pendengaran pendengaran pada Ny.L baik suster”
a. Mengevaluasi jadwal - “Tidak suster”
kegiatan harianklien - “Sudah suster”
b. Menanyakan pengobatan - “Iya suster”
Sebelumnya - “sudah suster”
c. Menjelaskan tentang - “iya suster”
penggunaan obat secara - “Keuntungan dari
teratur minum obat secara
d. Melatih pasien minum obat teratur yaitu pikiran
5 benar lebih tenang”
e. Menganjurkan klien - “3 macam”
memasukkan ke dalam - “Di minum pagi,siang
jadwal kegiatan harian dan malam hari”
- “baik suster dan lebih
tenang”
- “4, menghardik,
bercakap-cakap,
melakukan
kegiatan,dan minum
obat”
obat
- “5iya makasih suster”
- “waalaikumsalam”
O:
- Klien mampu
menyebutkan
keuntungan minum
obat secara teratur
A:
- SP4P tercapai
Klien sudah
mengetahui cara,
manfaat
penggunaan obat
yang benar
P:
Perawat : SP4P
tercapai
Klien: memotivasi
klien mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan orang lain