Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.R DENGAN KASUS POST SC DI RUANG KEBIDANAN


RSUD POSO

HALAMAN JUDUL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
MUH. AKRAM
WILDAN LAWIRA
RIRIN FEBRIYANTI
NI PUTU ELSY IRAWATI
KINANTI ANGGRAINY
NURFADILAH S. RANGA
IKA RUSTIANI
MELLYANA MENGKUDJI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POSO
T.A 2021
DAFTAR ISI

I. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA.....................................................................3


A. Pengertian................................................................................................................3
B. Etiologi....................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...................................................................................................3
D. Tujuan Sectio Caesarea...........................................................................................4
E. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC).............................................................4
F. Patofisiologi............................................................................................................6
G. Pathway...................................................................................................................6
H. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................7
I. Komplikasi..................................................................................................................7
J. Penatalaksanaan Medis Post SC.................................................................................8
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.........................................................................10
A. Pengkajian data umum..........................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.....................................................13
C. Rencana Asuhan Keperawatan..............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17
III. TINJAUAN KASUS.................................................................................................18
A. PENGKAJIAN......................................................................................................18
B. ANALISA DATA.................................................................................................23
C. RENCANA KEPERAWATAN............................................................................25
D. EVALUASI KEPERAWATAN...........................................................................30
IV. PENUTUP................................................................................................................34
A. Kesimpulan...........................................................................................................34
B. Saran......................................................................................................................34
I. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA
A. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).

B. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea
sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

D. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta
previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

E. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


1. Abdomen (SC Abdominalis)
A. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada corpus
uteri. Sectio caesarea profunda: dengan insisi pada segmen bawah uterus.
B. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.
Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
a. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
c. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
d. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan:
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan:
a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
Penurunan
refleksi batuk

F. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri
mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf
- saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

G. Pathway
Plasenta previa, rupture sentralis
dan lateralis, panggul sempit, pre- Section
eklamsia, partus lama caesarea

Luka post
operasi
Post anestesi

Penurunan Penurunan kerja Jaringan Jaringan


medulla pons terputus terbuka
oblongata

Merangsang
Penurunan kerja area
otot eliminasi sensorik
Proteksi
kurang

Akumulasi Penurunan
sekret peristaltik usus Gangguan Invasi
rasa bakteri
Bersihan nyaman
jalan
nafas Konstipasi
tidak Resiko
efektif Nyeri infeksi

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG

I. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru - paru
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

J. Penatalaksanaan Medis Post SC


1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian data umum
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
(plasenta previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema,
yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri),
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng
usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,
adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
pelepasan mediator jam diharapkan nyeri klien intensitas nyeri
nyeri (histamin, berkurang / terkontrol dengan
- Identifikasi skala nyeri
prostaglandin) akibat kriteria hasil :
trauma jaringan dalam  Klien melaporkan nyeri - Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
pembedahan (section berkurang / terkontrol Terapeutik
caesarea)  Wajah tidak tampak
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
meringis
nyeri (mis, TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
 Klien tampak rileks, dapat
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
berisitirahat, dan
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
beraktivitas sesuai
kemampuan - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemelihan


strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan  keperawatan selama 2x24 - Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
luka operasi jam diharapkan masalah Teraupetik
pola napas tidak efektif - Batasi jumlah pengunjung
dapat teratasi dengan - Berikan perawatan kulit pada area edema
kriteria hasil : - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3 Intoleransi aktivitas Observasi
berhubungan dengan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelemahan sekunder kelelahan
terhadap proses - Monitor kelelahan fisik dan emosional
pembedahan - Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan
aktivitas
Teraupetik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
- Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping uuntuk mengurangi kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC

Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri social. Edisi
3. Jakarta: EGC.

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC
III. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.

Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. A


Umur : 36 tahun Umur : 37 Thn
Alamat : Lawanga Pekerjaan : Suasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku : Gorontalo
Agama : Islam
No. RM : 062370
Dx. Medik : Post SC
Tgl. Masuk RS : 15 Februari 2021
Tgl/jam SC : 16 Februari 2021/11.00-12.00 siang
Tgl. Pengkajian : 16 Februari 2021/16.00-selesai

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri

2. Riwayat Keluhan Utama : pada saat pengkajian pasien mengatakan nyari di bagian
bawah perut bekas luka operasi SC. Skala nyeri sedang (5). Nyeri seperti teriris-iris
Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak mengusap bagian luka, luka jahitan
horizontal kurang lebih 10 cm tertutup verban dan tidak ada tanda-tanda infeksi,
pasien mengatakan badanya terasa lemas, sehingga semua aktivitas hanya di bantu
oleh keluarga.
3. Riwayat Obstetri
1. G : 7 P : 4 A:3
2. Pemeriksaan ANC :-
3. HPHT : 26 mei 2020
4. Penyakit selama kehamilan : pasien mengatakan tidak memiliki penyakit saat hamil
4. Riwayat Persalinan.
 BB Ibu : 51 Kg TB Ibu : 155 Cm
 Jenis Persalinan : ( ) Spontan (  ) Sectio cesarea ( ) Ektrasi
Vacum ( ) Forcep

5. Aktivitas/Istirahat.
1. Aktifitas sebelum Persalinanan : Berjalan dan mengobrol dengan suami
dan keluarga
2. Lama persalinan : 60 menit
3. Status Neurologis : (  ) CM ( ) Latergi ( ) Stupor ( ) Semikoma ( )
Koma
4. GCS : E4 M6 V5

6. Sirkulasi.
TD : 124/86 mmHg N : 80 x / Menit P : 26 x / Menit S : 36 oC
Ekstreamitas : Suhu () Hangat ( ) Acral dingin Warna : sawo matang
( ) Tanda Homen Jumlah kehilangan darah selama Persalinana (cc) : 700
() Conjungtiva anemis. ( ) Pembesaran kelenjar limfe : ……………………………….

7. Integritas Ego
1. Realitas pengalaman persalinan/kelahiran dan harapan sebelum melahirkan :
(  ) Sesuai ( ) Tidak Sesuai
2. Reaksi Emosional : pasien merasa senang atas kehadiran sang buah hati
8. Eliminasi.
1. Waktu Berkemih terakhir : tgl 16-02-2021/10:40
2. Waktu defikasi terakhir : tgl 15-02-2021/ 06:00
3. Bising Usus : 32 x/menit.
4. Urine Out Put/24 jam : 1050 cc
pagi: ± 600 cc
sore: ± 450 cc
- Frekwensi : Terpasang kateter
- Warna : Kuning
5. BAB
- Frekwensi : x/hari
- Warna :
- Konsistensi :
Hemoroid ( ) Palapasi kandung kemih ( ) Kateter ()

9. Makanan/Cairan.
1. Masukan oral terakhir : minum sedikit-sedikit melalui sendok
2. Mual ( ) Muntah ( )
3. Turgor Kulit : (  ) Lembab ( ) Kering
4. Edema : (  ) tidak ada ( ) Kaki ( ) Sakrum ( )
Tangan ( ) Wajah
5. Penampilan Lidah : Warna Merah Muda () Simetris ( )
Tidak simetris
6. Membran Mukosa : Warna Merah Muda ( ) Ulkus ( )
Radang ( ) Perdarahan

10. Neurosensori.
1. Sensasi ekstremitas bawah : () Terasa ( ) Tidak terasa
2. Derajat kekuatan otot :
3. Musculo Stretch Refleks : Bisep ( + ) Trisep ( + ) achiles ( + ) patella( + )
brachioradialis ( + )

11. Nyeri/Ketidaknyamanan.
1. Lokasi : Abdomen bagian bawah
2. Intensitas : Sedang (5)
3. Frekwensi : Hilang timbul
4. Kualitas : Teriris-iris
5. Penyabaran : Hanya di Area Abdomen
6. Faktor pencetus : Luka post SC
7. Ekspresi wajah : Meringis
8. Gerakan tubuh : Memegang area yang sakit

12. Keamanan.
1. Waktu rentang gerak : …………………………………………………
2. Riwayat intrapartum : ( ) HKK ( ) Hemoragi ( )
Transfusi
3. Kondisi perineum : ……………………………………………………….
4. Perbaikan pembedahan : ( ) Epistomi ( ) Laserasi
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
5. Ambulasi Post SC :
- Miring Kiri/Kanan : Pasien dapat bergerang miring kiri/kanan 6 jam setelah post
SC
- Duduk : Pasien sudah dapat duduk 24 jam setalah post SC
- Berdiri : Pasien sudah dapat berdiri 24 jam setalah post SC, jika pasien
tidak merasa pusing
- Berjalan : Pasien dapat berjalan 2 hari setelah post SC

13. Seksualitas.
1. Fundus : Posisi : Normal (  ) Keras ( ) Lunak
2. Lochia : Warna : merah Jumlah : 240-270 cc.
3. Payudara: (  ) Lunak ( ) Keras
4. Kolostrum : cairan bening kekuningan pekat dan langsung di berikan pada
bayi
5. Neaple : ( ) Cekung ( ) Datar (  ) Menonjol ( ) Lecet ( ) Kerak ASI
6. Areola mamae : Warna lebih gelap di sekitaran puting
14. Interaksi Sosial.
1. Perasaan terhadap bayi : Ayah bayi merasa senang termasuk keluarga
2. Interaksi keluarga : ( ) Akrab ( ) Renggang

15. Penyuluhan / Pembelajaran


1. Pilihan pemberian makanan bayi : () ASI ( ) PASI
2. ………………………………………………………………………..
B. ANALISA DATA
NO Data Problem Etiologi

1. DS : Nyeri akut Pelepasan mediator


- Pasien mengatakan nyeri di nyeri ( Histaminprosta
bagian perut bekas opesasinya glandin) akibat trum,a
jaringan dalam
DO : pembedahan (section
- Pasien tampak meringis casera)
- Pasien tampak memegang area
yang nyeri
P : Nyeri bekas luka operasi
Q : Nyeri dirasakan seperti di iris
iris
R : disekitaran abdomen
S : Skala nyeri ( 5 )
T : Nyeri hilang timbul
2. DS : - Resiko infeksi Peningkatan
kerentangan terhadap
DO : bakteri sekunder
- Terdapat luka jahitan horizontal pembedahan
±10 cm
- Post SC tgl 16/02/2021
- Jahitan ±10 cm tertutup kasa

3. DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan


- Pasien mengatakan
badannya terasa lemas
- Pasien mengatakan belum
bisa menggerakkan
badannya

DO:
- Pasien nampak lemas dan
pucat
- Semua kebutuhan pasien
dibantu oleh keluarga
- Pasien nampak belum bisa
beraktivitas seperti biasanya
C. RENCANA KEPERAWATAN
Hari/ Dx.Kep Perencanaan
Tujuan Intervensi
Tgl
Selasa, Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
16/02/ berhubungan keperawatan selama 2x24 - Identifikasi lokasi,
2021 dengan pelepasan jam diharapkan masalah karakteristik, durasi,
mediator nyeri nyeri akut dapat teratasi frekuensi, kualitas,
(histamin, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
prostaglandin) - Pasien melaporkan - Identifikasi skala nyeri
akibat trauma nyeri Terapeutik
pembedahan berkurang/terkontrol - Berikan teknik
(section caesarea) - Wajah tidak tampak nonfarmakalogis untuk
meringis mengurangi rasa nyeri
- Pasien tampak rileks, (misalnya TENS,
dapat beristirahat dan hypnosis, akupresur,
beraktivitas sesuai terapi musik,
kemampuan biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat /dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
- Pertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Memonitor tanda dan
dengan peningkatan jam diharapkan masalah gejala infeksi lokal dan
kerentangan resiko infeksi dapat teratasi sistemik
terhadap bakteri dengan kriteria hasil : Teraupetik
sekunder - Tidak ada tanda - Batasi jumlah
pembedahan infeksi seperti pengunjung
demam - Berikan perawatan
- Tidak ada kulit pada area edema
kemerahan dan - Cuci tangan sebelum
pembengkakan dan sesudah kontak
disekitar luka dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi gangguan
dengan kelemahan jam diharapkan masalah fungsi tubuh yang
intoleransi aktivitas dapat mengakibatkan
teratasi dengan kriteria kelelahan
hasil: - Monitor kelelahan
- Perilaku fisik dan emosional
menampakkan - Monitor pola dan jam
kemampuan untuk tidur
memenuhi - Monitor lokasi dan
kebutuhan diri ketidak nyamanan
- Pasien selama melakukan
mengungkapkan aktivitas
mampu untuk Teraupetik
melakukan beberapa - Sediakan lingkungan
aktivitas tanpa nyaman dan rendah
dibantu stimulus
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
atau aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping uuntuk
mengurangi kelelahan
D. EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/ No.Dx.Kep Implementasi Evaluasi
Tgl
Selasa Nyeri Akut - Mengidentifikasi S : pasien
16/02/2021 berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan nyeri
dengan pelepasan durasi, frekuensi, dibagian bawah
18.30 wita mediator nyeri kualitas, intensitas perut bekas
(histamin, nyeri operasinya
prostaglandin) - Mengidentifikasi skala O:
akibat trauma nyeri - Pasien tampak
pembedahan - Memberikan teknik meringis
(section nonfarmakologis yaitu - Pasien terlihat
caesarea) dengan teknik relaksasi memegang area
benson nyeri
- Menjelaskan penyebab - Skala nyeri
priode dan pemicunya sedang (5)
nyeri A : Masalah belum
- Menjelaskan strategi teratasi
meredakan nyeri P : Lanjutkan
- Mengajarkan teknik intervensi
nonfarmakologis
seperti teknik relaksasi
benson

19.40 wita Resiko Infeksi - Monitor tanda dan gejala S:-


berhubungan infeksi lokal dan sistemik
dengan - Membatasi jumlah O:
peningkatan pengunjung - Pasien nampak
kerentangan - Mencuci tangan sebelum masih
terhadap bakteri dan sesudah kontak mengusap-usap
sekunder dengan pasien dan tepi luka
pembedahan lingkungan pasien A:
- Menjelaskan tanda dan - Masalaah
gejala infeksi belum teratasi
- Mengajarkan mencuci P : Lanjutkan
tangan dengan benar intervensi
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meninngkatkan
asupan cairan

20.30 wita Intoleransi - Mengidentifikasi S:


aktivitas gangguan fungsi tubuh - pasien
berhubungan yang mengakibatkan mengatakan
dengan kelelahan badannya
kelemahan - Monitor lokasi dan masih terasa
ketidak nyamanan selama lemas
melakukan aktivitas O:
- Lakukan latihan rentang - aktivitas pasien
gerak pasif atau aktif nampak masih
- Berikan aktifitas distraksi di bantu
yang menenangkan keluarga
- Anjurkan melakukan - pasien nampak
aktifitas bertahap terbaring di
tempat tidur
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi

Rabu Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, S : pasien


17/02/2021 berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
dengan pelepasan frekuensi, kualitas, mulai berkurang
08.10 wita mediator nyeri intensitas nyeri O:
(histamin, - Mengidentifikasi skala - pasien
prostaglandin) nyeri tampak
akibat trauma - Memberikan teknik tidak
pembedahan nonfarmakologis yaitu meringis
(section dengan teknik relaksasi lagi
caesarea) benson - pasien tidak
- Menjelaskan penyebab terlihat
priode dan pemicunya memegang
nyeri area nyeri
- Menjelaskan strategi - skala nyeri
meredakan nyeri menurun
- Mengajarkan teknik dari 5
nonfarmakologis seperti menjadi 3
teknik relaksasi benson A : Masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan (pasien
pulang)

09.45 wita Resiko Infeksi - Monitor tanda dan gejala S:-


berhubungan infeksi lokal dan sistemik O:
dengan - Membatasi jumlah - Pasien tidak
peningkatan pengunjung nampak
kerentangan - Mencuci tangan sebelum mengusap
terhadap bakteri dan sesudah kontak daerah luka
sekunder dengan pasien dan - Nampak
pembedahan lingkungan pasien tidak ada
- Menjelaskan tanda dan tanda dan
gejala infeksi gejala
- Mengajarkan mencuci infeksi
tangan dengan benar A : Masalah
- Mengajarkan cara teratasi
memeriksa kondisi luka P : Intervensi
atau luka operasi dihentikan (pasien
- Anjurkan meninngkatkan pulang)
asupan cairan
-
11.00 wita Intoleransi - Mengidentifikasi S : pasien
aktivitas gangguan fungsi tubuh mengatakan
berhubungan yang mengakibatkan badanya tidak
dengan kelelahan lemas lagi
kelemahan - Monitor lokasi dan O : Pasien nampak
ketidak nyamanan selama sudah melakukan
melakukan aktivitas aktivitasnya sendiri
- Lakukan latihan rentang A : masalah teratasi
gerak pasif atau aktif P : intervensi
- Berikan aktifitas distraksi dihentikan (pasien
yang menenangkan pulang)
- Anjurkan melakukan
aktifitas bertahap
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi Disproporsi Kepala Panggul dalam
melakukan asuhan keperawatan yang meliputi biologis, psikologi, sosial, dan spiritual.
Adapun pengkajiannya penulis menggunakan metode wawancara, pemeriksaan, dan
observasi. Pada pasien post SC dengan indikasi Disproporsi Kepala panggul ditemukan
masalah keperawatan seperti nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, resiko
infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan, ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat. Untuk mengatasi masalah yang
muncul tersebut sebagian besar intervensi secara teori dapat diterapkan pada saat
tindakan. Pelaksanaan tindakan yang meliputi preventif, kuratif, rehabilitatif sebagian
besar telah sesuai dengan rencana tindakan dan pelaksanaannya dilakukan secara
maksimal. Pada evaluasi hasil yang dilakukan oleh penulis pada dasarnya dapat
terlaksana dengan baik dan sebagian masalah teratasi. Dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diperlukan kerjasama antar klien, keluarga,dan tenaga medis yang lain ,
agar pasien mendapat asuhan keperawatan yang maksimal.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Harus ada kerjasama antara perawat ruangan dan keluarga agar selalu
memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien.
2. Bagi Perawat
Perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mampu merawat
pasien secara komprehensif dan optimal.
3. Bagi ibu hamil
Kepada ibu hamil agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah
di deteksi kelainan – kelainan misalnya seperti Disproporsi Kepala Panggul.
4. Bagi Pembaca
Disarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan sectio caesaria atas
indikasi Disproporsi Kepala Panggul, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya
yang bermanfaat untuk menghindari kasus diatas.

Anda mungkin juga menyukai