HALAMAN JUDUL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
MUH. AKRAM
WILDAN LAWIRA
RIRIN FEBRIYANTI
NI PUTU ELSY IRAWATI
KINANTI ANGGRAINY
NURFADILAH S. RANGA
IKA RUSTIANI
MELLYANA MENGKUDJI
B. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea
sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
F. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri
mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf
- saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
G. Pathway
Plasenta previa, rupture sentralis
dan lateralis, panggul sempit, pre- Section
eklamsia, partus lama caesarea
Luka post
operasi
Post anestesi
Merangsang
Penurunan kerja area
otot eliminasi sensorik
Proteksi
kurang
Akumulasi Penurunan
sekret peristaltik usus Gangguan Invasi
rasa bakteri
Bersihan nyaman
jalan
nafas Konstipasi
tidak Resiko
efektif Nyeri infeksi
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
I. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru - paru
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
Edukasi
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri social. Edisi
3. Jakarta: EGC.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC
III. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Riwayat Keluhan Utama : pada saat pengkajian pasien mengatakan nyari di bagian
bawah perut bekas luka operasi SC. Skala nyeri sedang (5). Nyeri seperti teriris-iris
Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak mengusap bagian luka, luka jahitan
horizontal kurang lebih 10 cm tertutup verban dan tidak ada tanda-tanda infeksi,
pasien mengatakan badanya terasa lemas, sehingga semua aktivitas hanya di bantu
oleh keluarga.
3. Riwayat Obstetri
1. G : 7 P : 4 A:3
2. Pemeriksaan ANC :-
3. HPHT : 26 mei 2020
4. Penyakit selama kehamilan : pasien mengatakan tidak memiliki penyakit saat hamil
4. Riwayat Persalinan.
BB Ibu : 51 Kg TB Ibu : 155 Cm
Jenis Persalinan : ( ) Spontan ( ) Sectio cesarea ( ) Ektrasi
Vacum ( ) Forcep
5. Aktivitas/Istirahat.
1. Aktifitas sebelum Persalinanan : Berjalan dan mengobrol dengan suami
dan keluarga
2. Lama persalinan : 60 menit
3. Status Neurologis : ( ) CM ( ) Latergi ( ) Stupor ( ) Semikoma ( )
Koma
4. GCS : E4 M6 V5
6. Sirkulasi.
TD : 124/86 mmHg N : 80 x / Menit P : 26 x / Menit S : 36 oC
Ekstreamitas : Suhu () Hangat ( ) Acral dingin Warna : sawo matang
( ) Tanda Homen Jumlah kehilangan darah selama Persalinana (cc) : 700
() Conjungtiva anemis. ( ) Pembesaran kelenjar limfe : ……………………………….
7. Integritas Ego
1. Realitas pengalaman persalinan/kelahiran dan harapan sebelum melahirkan :
( ) Sesuai ( ) Tidak Sesuai
2. Reaksi Emosional : pasien merasa senang atas kehadiran sang buah hati
8. Eliminasi.
1. Waktu Berkemih terakhir : tgl 16-02-2021/10:40
2. Waktu defikasi terakhir : tgl 15-02-2021/ 06:00
3. Bising Usus : 32 x/menit.
4. Urine Out Put/24 jam : 1050 cc
pagi: ± 600 cc
sore: ± 450 cc
- Frekwensi : Terpasang kateter
- Warna : Kuning
5. BAB
- Frekwensi : x/hari
- Warna :
- Konsistensi :
Hemoroid ( ) Palapasi kandung kemih ( ) Kateter ()
9. Makanan/Cairan.
1. Masukan oral terakhir : minum sedikit-sedikit melalui sendok
2. Mual ( ) Muntah ( )
3. Turgor Kulit : ( ) Lembab ( ) Kering
4. Edema : ( ) tidak ada ( ) Kaki ( ) Sakrum ( )
Tangan ( ) Wajah
5. Penampilan Lidah : Warna Merah Muda () Simetris ( )
Tidak simetris
6. Membran Mukosa : Warna Merah Muda ( ) Ulkus ( )
Radang ( ) Perdarahan
10. Neurosensori.
1. Sensasi ekstremitas bawah : () Terasa ( ) Tidak terasa
2. Derajat kekuatan otot :
3. Musculo Stretch Refleks : Bisep ( + ) Trisep ( + ) achiles ( + ) patella( + )
brachioradialis ( + )
11. Nyeri/Ketidaknyamanan.
1. Lokasi : Abdomen bagian bawah
2. Intensitas : Sedang (5)
3. Frekwensi : Hilang timbul
4. Kualitas : Teriris-iris
5. Penyabaran : Hanya di Area Abdomen
6. Faktor pencetus : Luka post SC
7. Ekspresi wajah : Meringis
8. Gerakan tubuh : Memegang area yang sakit
12. Keamanan.
1. Waktu rentang gerak : …………………………………………………
2. Riwayat intrapartum : ( ) HKK ( ) Hemoragi ( )
Transfusi
3. Kondisi perineum : ……………………………………………………….
4. Perbaikan pembedahan : ( ) Epistomi ( ) Laserasi
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
5. Ambulasi Post SC :
- Miring Kiri/Kanan : Pasien dapat bergerang miring kiri/kanan 6 jam setelah post
SC
- Duduk : Pasien sudah dapat duduk 24 jam setalah post SC
- Berdiri : Pasien sudah dapat berdiri 24 jam setalah post SC, jika pasien
tidak merasa pusing
- Berjalan : Pasien dapat berjalan 2 hari setelah post SC
13. Seksualitas.
1. Fundus : Posisi : Normal ( ) Keras ( ) Lunak
2. Lochia : Warna : merah Jumlah : 240-270 cc.
3. Payudara: ( ) Lunak ( ) Keras
4. Kolostrum : cairan bening kekuningan pekat dan langsung di berikan pada
bayi
5. Neaple : ( ) Cekung ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Lecet ( ) Kerak ASI
6. Areola mamae : Warna lebih gelap di sekitaran puting
14. Interaksi Sosial.
1. Perasaan terhadap bayi : Ayah bayi merasa senang termasuk keluarga
2. Interaksi keluarga : ( ) Akrab ( ) Renggang
DO:
- Pasien nampak lemas dan
pucat
- Semua kebutuhan pasien
dibantu oleh keluarga
- Pasien nampak belum bisa
beraktivitas seperti biasanya
C. RENCANA KEPERAWATAN
Hari/ Dx.Kep Perencanaan
Tujuan Intervensi
Tgl
Selasa, Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
16/02/ berhubungan keperawatan selama 2x24 - Identifikasi lokasi,
2021 dengan pelepasan jam diharapkan masalah karakteristik, durasi,
mediator nyeri nyeri akut dapat teratasi frekuensi, kualitas,
(histamin, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
prostaglandin) - Pasien melaporkan - Identifikasi skala nyeri
akibat trauma nyeri Terapeutik
pembedahan berkurang/terkontrol - Berikan teknik
(section caesarea) - Wajah tidak tampak nonfarmakalogis untuk
meringis mengurangi rasa nyeri
- Pasien tampak rileks, (misalnya TENS,
dapat beristirahat dan hypnosis, akupresur,
beraktivitas sesuai terapi musik,
kemampuan biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat /dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
- Pertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Memonitor tanda dan
dengan peningkatan jam diharapkan masalah gejala infeksi lokal dan
kerentangan resiko infeksi dapat teratasi sistemik
terhadap bakteri dengan kriteria hasil : Teraupetik
sekunder - Tidak ada tanda - Batasi jumlah
pembedahan infeksi seperti pengunjung
demam - Berikan perawatan
- Tidak ada kulit pada area edema
kemerahan dan - Cuci tangan sebelum
pembengkakan dan sesudah kontak
disekitar luka dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi gangguan
dengan kelemahan jam diharapkan masalah fungsi tubuh yang
intoleransi aktivitas dapat mengakibatkan
teratasi dengan kriteria kelelahan
hasil: - Monitor kelelahan
- Perilaku fisik dan emosional
menampakkan - Monitor pola dan jam
kemampuan untuk tidur
memenuhi - Monitor lokasi dan
kebutuhan diri ketidak nyamanan
- Pasien selama melakukan
mengungkapkan aktivitas
mampu untuk Teraupetik
melakukan beberapa - Sediakan lingkungan
aktivitas tanpa nyaman dan rendah
dibantu stimulus
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
atau aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping uuntuk
mengurangi kelelahan
D. EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/ No.Dx.Kep Implementasi Evaluasi
Tgl
Selasa Nyeri Akut - Mengidentifikasi S : pasien
16/02/2021 berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan nyeri
dengan pelepasan durasi, frekuensi, dibagian bawah
18.30 wita mediator nyeri kualitas, intensitas perut bekas
(histamin, nyeri operasinya
prostaglandin) - Mengidentifikasi skala O:
akibat trauma nyeri - Pasien tampak
pembedahan - Memberikan teknik meringis
(section nonfarmakologis yaitu - Pasien terlihat
caesarea) dengan teknik relaksasi memegang area
benson nyeri
- Menjelaskan penyebab - Skala nyeri
priode dan pemicunya sedang (5)
nyeri A : Masalah belum
- Menjelaskan strategi teratasi
meredakan nyeri P : Lanjutkan
- Mengajarkan teknik intervensi
nonfarmakologis
seperti teknik relaksasi
benson