Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)

Disusun Oleh :

Yogi Nurdiansyah H (JNR0200096)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Resiko Perilaku Kekerasan
B. Definisi, Etiologi, Tanda dan Gejala
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang
menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam
bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko
mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian
baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat
dicegah (Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku
menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
2. Etiologi
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi
social. Isolasi social adalah opercobaan untuk mengindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain
c. Komunikasi kurang / tidak ada
d. Tidak ada kontak mata
e. Tidak melakukan aktivitas sehari-har
f. Berdiam diri di kamar
g. Mobilitas kurang
h. Posisi janin saat tidur

3. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,
pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian yang
menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaran berhubungan dengan
orang lain, tidak mampu merawat diri, perubahan.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
a. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar, ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

C. Faktor Predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
c. Rasa frustasi.
d. Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan
mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek
yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut :
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
e.
D. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan
4. Panas, padat, dan bising.

E. Pohon Masalah
Resti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
(Effect)

Perilaku kekerasan
(Core Problem)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi


Harga diri rendah kronis
Koping tidak efektif
(Causa)

F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Koping tidak efektif
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkunga
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang barang
b. Resiko perilaku kekerasan
Data Subyektif :
Data Objektif :
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi
d. Harga diri rendah kronis
Data Subyektif :
Data Objektif :
e. Koping tidak efektif
Data Subyektif :
Data Obyektif :

G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori b.d Halusinasi
3. harga diri rendah kronis b.d menarik diri
4. Koping tidak efektif

H. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
1. a. Tindakan keperawatan untuk klien

2. 1) Tujuan

3. a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku


kekerasan.

4. b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku


kekerasan.

5. c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan


yang pernah dilakukannya.
6. d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasannya.

7. e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku


kekerasan yang dilakukannya.

8. f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya


secara fisik, spiritual, sosial, dan terapi psikofarmaka.

9. 2) Tindakan

10. a) Bina hubungan saling percaya

11. Dalam membina hubungan saling percaya perlu


dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang
harus Saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan salig percaya adalah mengucapkan salam
terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan
interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu, dan
tempat setiap kali bertemu klien.

12. b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku


kekerasan yang terjadi di masa lalu dan saat ini.

13. c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab


perilaku kekerasan. Diskusikan bersama klien
mengenai tanda dan gejala perilaku kekersan, baik
kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual
maupun intelektual.

14. d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal


yang biasa dilakukan pada saat marah baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

15. e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan


dari perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien
cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik
(pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-
obat-obatan, sosial atau verbal (dengan
mengungkapkan kemarahannya secara asertif),
ataupun spiritual (salat atau berdoa sesuai keyakinan
klien).

16. b. Tindakan keperawatan untuk keluarga

17. 1) Tujuan

18. Keluarga dapat merawat klien di rumah

19. 2) Tindakan

20. a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku


kekerasan meliputi penyebab, tanda dan gejala,
perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku
tersebut.

21. b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga


dengan perilaku kekerasan.

22. (1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien


agar melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat.

23. (2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian


kepada klien bila anggota keluarga dapat melakukan
kegiatan tersebut secara tepat.

24. (3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus


klien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.

25. c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi


klien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat,
seperti melempar atau memukul benda/orang lain.

26.
2. Gangguan persepsi Tujuan Umum : 27. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
sensori b.d halusinasi klien tidak prinsip komunikasi terapeutik
mencederai diri 28. Klien dapat mengenal halusinasinya
sendiri, orang lain a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
dan lingkungan b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
Tujuan khusus : halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus
1. Klien dapat memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah
membina ada teman bicara
hubungan saling c. Bantu klien mengenal halusinasinya
percaya dasar d. Diskusikan dengan klien : Situasi yang
untuk kelancaran menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
hubungan e. Diskusikan dengan klien : Waktu dan frekuensi
interaksi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
seanjutnya f. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
2. Klien dapat terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri
mengenal kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
halusinasinya 29. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Bantu klien a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
mengenal dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah,
halusinasinya menyibukkan diri dll)
4. Klien mendapat b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien,
dukungan dari jika bermanfaat ber pujian
keluarga dalam c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
mengontrol timbulnya halusinasi
halusinasinya d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus
5. Klien halusinasinya secara bertahap
memanfaatkan e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
obat dengan baik dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita,
stimulasi persepsi
30. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika
mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
31. Klien memanfaatkan obat dengan baik
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat
dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping minum obat yang
dirasakanDiskusikan akibat berhenti obat-obat
tanpa konsultasi
d. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6
benar.

32.

I. Trend Issue Keperawatan Jiwa Di Masa Pandemi Covid-19


1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis
efektif rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga
maka dapat digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti
tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
2. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula dijadikan media
yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog
atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi
dirinya. Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan
ditentukan program kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,
yaitumengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengtasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan
primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan
memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif (pencegahan
tersier) sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat
ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
4. Terapi somatik
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien, terapi
adalah perilaku pasien (Eko Prabowo, 2014: hal 146).
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan
adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014: hal
146).

J. Daftar Pustaka
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Lampiran 1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat : Panti Gramesia


Tanggal dirawat : 13-06-2012

I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Sri Mulyati Umur : 47 tahun
No. CM : 162 Jenis Kelamin :
P /Tanggal Pengkajian : 30-12-2020

II. ALASAN MASUK

Pasien datang jam 15.00 WIB diantar oleh keluarganya, keadaan umum saat datang ekspresi
muka tegang, tangan diikat, klien sakit sejak umur 3 tahun, faktor pencetus waktu kecil
pernah sakit panas lalu overdosis obat cacing, dirumah klien marah-marah, mudah
tersinggung, berbicara sendiri, keluyuran, suka ngambil barang orang lain, berbicara sendiri
komunikasi belum terarah, tangan dan kaki masih diikat.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?
-  Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya
- Berhasil Kurang berhasil - Tidak berhasil

Usia/Pelaku Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga 47/Pelaku
Tindakan Kriminal
Jelaskan 1,2,3 :
dirumah klien marah-marah, mudah tersinggung, berbicara sendiri, keluyuran,
suka ngambil barang orang lain, dan pernah ingin menikah tetapi ditinggal calon
suaminya setelah itu melampiaskan kekesalan kepada ibunya dan memukul ibunya.

Masalah keperawatan : RPK (Resiko Prilaku Kekerasan)


3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
Ada  - Tidak
Kalau ada :
Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/perawatan
............................... ................................ ....................................................
............................... ................................ ....................................................
............................... ................................ ....................................................
............................... ................................ ....................................................
Masalah keperawatan :………………………………………………………………
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
pernah ingin menikah tetapi ditinggal calon suaminya setelah itu melampiaskan
kekesalan kepada ibunya dan memukul ibunya.
Masalah keperawatan : RPK (Resiko Prilaku Kekerasan)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Tanda Vital : TD : 120/75.mmHg, N : 76x/mnt, S:3,6 C.x/, P: 18 x/mnt
Ukuran : BB :……kg, TB cm
Keluhan fisik :…………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :……………………………………………………………….

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan………………………………………………………………………………..
Masalah keperawatan :………………………………………………………………..

2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Pasien selalu merasa dirinya tidak bisa apa-apa dan selalu pesimis

b. Identitas diri
Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara

c. Ideal Diri
Pasien mengatakan bisa sembuh dan ingin kembali kepada ibunya

d. Harga Diri
Pasien selalu merasa dirinya tidak bisa apa-apa dan selalu pesimis

Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)


3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/orang terdekat
Ibunya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyakat

Sebelum kepanti selalu menyendiri dan sulit berkomunikasi


c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Ketika berada di panti sulit untuk berkomunikasi dan terlihat menyendiri

Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)


4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Sesuai dengan ajaran agamanya
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Mau melaksanakan jika disuruh
Masalah keperawatan :……………………………………..

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak rapi

Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasa

Jelaskan : Pasien tidak pernah berganti pakaian


Masalah keperawatan : DPD (Defisit Perawatan Diri)
2. Pembicaraan
Cepat Inkoheren
Keras  Lambat
 Gagap Membisu
Jelaskan : ketika diajak komunikasi pasien selalu lambat merespon dan berbicara gagap
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………
3. Aktivitas motorik
Lesu Gelisah
Tik Tremor
Tegang  Agitasi
Grimasem Kompulsif
Jelaskan : pasien selalu gelisah ingin pulang
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………

4. Alam perasaan
 Sedih Putus asa
 Ketakutan Gembira berlebihan
Khawatir
Jelaskan : pasien selalu menangis ketika diajak berbicara dan ingin cepat pulang karena
Tidak betah dengan lingkungan sekitar
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
5. Afek
Datar  Labil

Tumpul Tidak sesuai


Jelaskan :……………………………………………………………………………….
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Kontak mata (-)
Tidak kooperatif Defensif
 Mudah tersinggung  Curiga

Jelaskan : jika awal bertemu dengan orang selalu curiga dan ketika diajak berbicara harus
Stabil jangan pernah menyinggung perasaannya
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)

7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penghidu
Pengecapan Perabaan
 Penglihatan

Jelaskan : selalu melihat ada tetangganya dan benci serta jika halusinasi muncul emosi
Emosi tidak terkontrol
Masalah keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan

8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial
Flight of ideas  Blocking
Pengulangan pembicaraan Kehilangan asosiasi
Jelaskan : ketika berbicara terkadang terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
Kemudian dilanjutkan kembali
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………

9. Isi pikir
Obsesi Ide yang terkait
 Depersonalisasi Hipokondria
Fobia Pikiran magis
Jelaskan : pasien selalu asing dan minder dengan apa yang dilakukan dan jarang
Jarang berkomunikasi dengan sesama teman dipanti
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
Waham
Agama Sisip Pikir
Nihilistik Kebesaran
Somatik Siar Pikir
Curiga Kontrol Pikir
Jelaskan : tidak terkaji /tidak ada
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………

10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi  Stupor
Disorentasi
waktu tempat  orang

Jelaskan : selalu tiak bisa bersosialisasi dengan yang lainnya


Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini


Konfabulasi
Jelaskan : ketika ditanya tentang keluarga atau temannya pasien mengatakan tidak tahu
Dan tidak hapal hanya hapal ibunya dan kakak-kakak nya
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan : ketika berbicara atau berhitung susah dan lama kalau tidak bisa langsung pergi
Dan langsung tidak percaya diri
Masalah keparawatan : HDR (Harga Diri Rendah)

13. Kemampuan penilain


Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : tidak terkaji /tidak ada
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………

14. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal di luar dirinya


Jelaskan : merasa dirinya baik-baik saja dan ingin cepat pulang
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
 Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK
 Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi
 Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 12.30 WIB .s/d 14.00 WIB
Tidur malam, lama 20.00 WIB s/d 04.00 WIB
Aktivitas sebelum/sesudah tidur, ………….s/d………………….
6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tid
a
k
Perawatan lanjutan  ……
System pendukung ….. ……

8. Aktifitas di dalam rumah


Ya Tid
a
k
Mempersiapkan …..
makanan 
Menjaga kerapihan …..
rumah 
.
Mencuci pakaian . ……
Mengatur keuangan …..

9. Aktifitas di luar rumah


Ya Tid
a
k
Belanja …...

Transportasi …...

Lain-lain …... …

.
Jelaskan :………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :…………………………………..

VIII. POLA DAN MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih
Aktifitas konstruktif Menghindar
 Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan ……………………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan :……………………………………

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah
 dengan dukungan kelompok, spesifik.. susah untuk bersosialisasi.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik...............................................
Masalah dengan pendidikan, spesifik...............................................
Masalah dengan pekerjaan, spesifik...............................................
Masalah dengan perumahan, spesifik...............................................
Masalah ekonomi, spesifik...............................................
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik...............................................
Masalah lainnya, spesifik...............................................

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


 Penyakit juwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya.................................................................................................................
Masalah Keperawatan.........................................................................................

Analisa Data
DATA MASALAH

1. a. Subyektif :

Resiko Perilaku Kekerasan


Pasien masih merasa kesal saat dirumah
dan pernah memukul ibunya dan pada
tanggal 7 januari 2021 pasien marah-
marah kepada Tn. I penyebab marah
karena tersinggung dengan Tn.I

b. Obyektif

1. tegang
2. postur tubuh kaku
3. wajah curiga
2. a. Subyektif :

Pasien mengungkapkan dirinya tidak Harga Diri Rendah Kronis


percaya diri dan malu untuk
berinteraksi dengan orang-orang

b. Obyektif
1. mengkritik diri sendiri
2. jarang berbicara dengan
orang-orang
3. Kontak mata (-)
4. Tatapan kosong

3. a. Subyektif : .
selalu melihat ada tetangganya dan
benci serta jika halusinasi muncul
emosi tidak terkontrol
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

b. Obyektif
1. menunjuk-nunjuk kearah
pagar
2. berbicara pergi saya benci
dengan tetangganya

4. a. Subyektif :
pasien tidak mampu merawat DPD : Defisit perawatan diri
kebersihan diri, berhias diri

b. Obyektif
1. berpakai tidak pernah ganti
2. jarang mandi
3. rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau serta
kuku panjang dan kotor
XI. ASPEK MEDIK
Diagnose Medik : Resiko Perilaku Kekerasan
Terapi Medis :

1. Hexymer dosis :2mg , cara : oral ,waktu : 3x1 hari


Indikasi :
1. Mengatasi pada sebagian besar jenis parkinson
2. Mengatasi ganguan ekstra piramidal atau yang disebabkan oleh efek samping obat
tertentu

2. Resperidon dosis : 2 mg, cara : oral, waktu : 3x 1 hari


Indikasi :
1. Terapi pada skizofernia akut dan kronis serta pada kondisi pasikososial lain
2. Mengurangi gejala afektif ( cemas dan depresi ) yang berhubungan dengan skizo

3. Clorilex , Cara : Oral


Indikasi :
1. perawatan cacat mental
2. perawatan gangguan psikososial
3. pengobatan skizofrenia
4. skizofrenia tidak responsif

4. Stelosi, dosis : 5mg , Cara : Oral


Indikasi :
1. Mengendalikan gelisah pikiran tegang dan agitasi berlebihan

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko Prilaku Kekerasan 4. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Harga Diri Rendah Kronis
3. Defisit Perawatan Diri
XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perilaku Kekerasan


2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri

XIV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/jam No.Dx Kep Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan
Keperawatan
RPK 1. Pasien dapat Setelah dilakukan SP 1 (Bina Hubungan saling
(Resiko mengidentifikas SP1 sampai dengan Hubungan Saling percaya
Perilaku i penyebab SP 5 Pasien dapat Percaya, merupakan dasar
Kekerasan) perilaku mengendalikan mengidentifikasi untuk hubungan
kekerasan Resiko Perilaku penyebab selanjutnya
2. Pasien dapat Kekerasan marah,tanda dan 1. Beri
28 Desember mengidentifikas gejala yang kesempatan
2020 jam : i tanda-tanda dirasakan, perilaku untuk
15.00 WIB perilaku kekerasan yang mengungkapk
kekerasan dilakukan, akibat an
3. Pasien dapat dan cara perasaannya
menyebutkan mengendalikan dapat
jenis perilaku perilaku kekerasan membantu
kekerasan yang dengan cara mengurangi
pernah latihan fisik 1 penyebab
dilakukannya (latihan nafas marah
4. Pasien dapat dalam)
menyebutkan 1. Mengucapkan
akibat dari salam
perilaku terapeutik
kekerasan yang 2. Berjabat
dilakukannya tangan
5. Pasien dapat 3. Menjelaskan
menyebutkan tujuan
cara interaksi
mencegah 4. Membuat
/mengendalikan kontrak topik,
perilaku waktu dan
kekerasannya tempat setiap
6. Pasien dapat kali bertemu
mencegah/ dengan klien
mengendalikan
perilaku SP 2 (Membantu
kekerasannya pasien latihan
secara fisik, mengendalikan
spritual, sosial, perilaku kekerasan
dan dengan dengan cara fisik
terapi ke dua dengan cara
psikofarmaka pukul kasur dan
bantal

SP 3 (Membantu
pasien latihan
mengendalikan
perilaku kekerasan
secara
sosial/verbal
dengan cara
menolak dengan
baik, meminta
dengan baik,
mengungkapkan
perasaan dengan
baik

SP 4 : Bantu
pasien latihan
mengendalikan
perilaku
kekerasaan dengan
cara spritual
beribadah dan
berdoa

SP 5: Membantu
pasien
mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan cara
minum obat
28 Desember Harga Diri 1. Pasien dapat Setelah dilakukan SP 1 : Memotivasi
2020 jam : Rendah : mengidentifikas SP1 sampai dengan Mendiskusikan pasien untuk
15.00 WIB Kronis i kemampuan SP 2 Pasien dapat kemampuan dan memandang
dan aspek lebih percaya akan aspek positif yang dirinya secara
positif yang kemampuannya dimiliki pasien, positif
dimiliki dan tidak merasa membantu pasien
2. Pasien dapat harga diri rendah menilai
menilai kemampuan yang
kemampuan masih dapat
yang dapat digunakan,
digunakan membantu pasien
3. Pasien dapat memilih/
melatih menetapkan
kegiatan yang kemampuan yang
dpilih sesuai akan dilatih,
dengan melatih, melatih
kemampuan kemampuan yang
4. Pasien dapat sudah dipilih dan
melakukan menysusn jadwal
kegiatan yang dalam rencana
sudah dilatih harian
sesuai jadwal
SP 2 :
Melatih pasien
melakukan
kegiatan lain yang
sesuai dengan
kemampuan
pasien. Latihan
dapat dilanjutkan
untuk kemampuan
lain sampai semua
kemampuan
dilatih. Setiap
kemampuan yang
dimiliki akan
meningkatkan
harga diri pasien
28 Desember Defisit 1. Pasien mampu setelah dilakukan SP 1 : Mengarahkan
2020 jam : melakukan tindakan Mendiskusikan pasien dalam
15.00 WIB Perawatan kebersihan diri memberitahu Pentingnya kebersihan diri
Diri secara mandiri pentingnya kebersihan diri, dan
2. Pasien mampu menjaga cara-cara merawat meningkatkan
melakukan kebersihan diri dan melatih kemauan pasien
berhias diri ,diharapkan klien pasien tentang untuk kebersihan
secara baik dapat menjaga cara-cara mulut, badan ,
kebersihan dan perawatan rambut dan kuku
kerapihan diri kebersihan diri

SP 2 :
Melatih pasien
berhias (laki-laki :
berpakaian,
menyisir rambut,
dan bercukur.
Perempuan :
berpakaian,
menyisir rambut,
dan berhias
XV. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal/ja Dx.Kep Implementasi Evaluasi TTD
m
RPK SP1: S : Pasien dapat
(Resiko 1.Membina hubungan saling
atau mau
Petilaku percays
Kekerasan) 2.Mengidentifikasi penyebab mengungkap
marah
kan
3.Mengidentifikasi tanda dan
gejala resiko perilaku penyebab
kekerasan
masalah
4.Mengidentifikasi resiko
30 Desember perilaku kekerasan yang biasa yang di
2020 – jam : dilakukan
alami nya
11.00 WIB 5.Mengidentifikasi cara
mengontrol resiko perilaku O : Pasien dapat
kekerasan
menjelaskan
6.Melatih cara kontrol resiko
perilaku kekerasan penyebab
7.Melatih cara kontrol resiko
tanda marah
perilaku kekerasan dengan cara
latihan nafas dalam yang biasa
8.Memberikan reinforcement
dilakukan
positif kepada klien
9.Rencana tindak lanjut perawat akibat marah
a. Mengajurkan pasien dan cara
memasukan kejadwal
harian mengontrol
marah
dengan cara
latihan fisik
1 (nafas
dalam)
A : SP 1 belum
tercapai
P : Mengulang
SP1

30 Desember RPK SP 5: Membantu pasien S : Pasien mau


2020 – jam : (Resiko mengendalikan perilaku
minum obat
11.00 WIB Perilaku kekerasan dengan cara minum
Kekerasan) obat O : Pasien
1. Bantu pasien minum obat
terlihat
secara teratur dengan prinsip
lima benar meminum
2. Susun jadwal minum obat
semua
secara teratur
obatnya
A ; Masalah
Teratasi
P ; Lanjutkan
Intervensi

31 Desember Harga Diri SP 1 : Mendiskusikan S : Pasien mau


2020 – jam : Rendah kemampuan dan aspek positif
berbicara
11.00 WIB Kronis yang dimiliki pasien, membantu
pasien menilai kemampuan yang kegiatan apa
masih dapat digunakan,
ssja yang
membantu pasien memilih/
menetapkan kemampuan yang dapat
akan dilatih, melatih, melatih
dilakukan
kemampuan yang sudah dipilih
dan menysusn jadwal dalam O : Pasien tidak
rencana harian
Kooperatif
hanya diam
saja (-)
tatapan
muka
A : SP 1 Belum
teratasi
P : Mengulang
SP1

30 Desember Defisit SP 1 : Mendiskusikan Pentingnya S: klien mau di


2020 – jam : Perawatan kebersihan diri, cara-cara
11.00 WIB Diri merawat diri dan melatih pasien suruh mandi
tentang cara-cara perawatan
kebersihan diri O: klien
1. Menjelaskan pentingnya
menjaga kebersihan diri terlihat
2. Menjelaskan alat-alat untuk
menjaga kebersihan diri mencuci dan
3. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan drii mandi
4. Melatih pasien mempraktikan
cara menjaga kebersihan diri A : masalah

teratasi

sebagian

P : lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai