Disusun Oleh :
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
c. Rasa frustasi.
d. Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan
mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek
yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut :
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
e.
D. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan
4. Panas, padat, dan bising.
E. Pohon Masalah
Resti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
(Effect)
Perilaku kekerasan
(Core Problem)
G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori b.d Halusinasi
3. harga diri rendah kronis b.d menarik diri
4. Koping tidak efektif
2. 1) Tujuan
9. 2) Tindakan
17. 1) Tujuan
19. 2) Tindakan
26.
2. Gangguan persepsi Tujuan Umum : 27. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
sensori b.d halusinasi klien tidak prinsip komunikasi terapeutik
mencederai diri 28. Klien dapat mengenal halusinasinya
sendiri, orang lain a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
dan lingkungan b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
Tujuan khusus : halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus
1. Klien dapat memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah
membina ada teman bicara
hubungan saling c. Bantu klien mengenal halusinasinya
percaya dasar d. Diskusikan dengan klien : Situasi yang
untuk kelancaran menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
hubungan e. Diskusikan dengan klien : Waktu dan frekuensi
interaksi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
seanjutnya f. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
2. Klien dapat terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri
mengenal kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
halusinasinya 29. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Bantu klien a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
mengenal dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah,
halusinasinya menyibukkan diri dll)
4. Klien mendapat b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien,
dukungan dari jika bermanfaat ber pujian
keluarga dalam c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
mengontrol timbulnya halusinasi
halusinasinya d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus
5. Klien halusinasinya secara bertahap
memanfaatkan e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
obat dengan baik dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita,
stimulasi persepsi
30. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika
mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
31. Klien memanfaatkan obat dengan baik
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat
dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping minum obat yang
dirasakanDiskusikan akibat berhenti obat-obat
tanpa konsultasi
d. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6
benar.
32.
J. Daftar Pustaka
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Lampiran 1
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Sri Mulyati Umur : 47 tahun
No. CM : 162 Jenis Kelamin :
P /Tanggal Pengkajian : 30-12-2020
Pasien datang jam 15.00 WIB diantar oleh keluarganya, keadaan umum saat datang ekspresi
muka tegang, tangan diikat, klien sakit sejak umur 3 tahun, faktor pencetus waktu kecil
pernah sakit panas lalu overdosis obat cacing, dirumah klien marah-marah, mudah
tersinggung, berbicara sendiri, keluyuran, suka ngambil barang orang lain, berbicara sendiri
komunikasi belum terarah, tangan dan kaki masih diikat.
2. Pengobatan sebelumnya
- Berhasil Kurang berhasil - Tidak berhasil
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan………………………………………………………………………………..
Masalah keperawatan :………………………………………………………………..
2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Pasien selalu merasa dirinya tidak bisa apa-apa dan selalu pesimis
b. Identitas diri
Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara
c. Ideal Diri
Pasien mengatakan bisa sembuh dan ingin kembali kepada ibunya
d. Harga Diri
Pasien selalu merasa dirinya tidak bisa apa-apa dan selalu pesimis
4. Alam perasaan
Sedih Putus asa
Ketakutan Gembira berlebihan
Khawatir
Jelaskan : pasien selalu menangis ketika diajak berbicara dan ingin cepat pulang karena
Tidak betah dengan lingkungan sekitar
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
5. Afek
Datar Labil
Jelaskan : jika awal bertemu dengan orang selalu curiga dan ketika diajak berbicara harus
Stabil jangan pernah menyinggung perasaannya
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penghidu
Pengecapan Perabaan
Penglihatan
Jelaskan : selalu melihat ada tetangganya dan benci serta jika halusinasi muncul emosi
Emosi tidak terkontrol
Masalah keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial
Flight of ideas Blocking
Pengulangan pembicaraan Kehilangan asosiasi
Jelaskan : ketika berbicara terkadang terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
Kemudian dilanjutkan kembali
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………
9. Isi pikir
Obsesi Ide yang terkait
Depersonalisasi Hipokondria
Fobia Pikiran magis
Jelaskan : pasien selalu asing dan minder dengan apa yang dilakukan dan jarang
Jarang berkomunikasi dengan sesama teman dipanti
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
Waham
Agama Sisip Pikir
Nihilistik Kebesaran
Somatik Siar Pikir
Curiga Kontrol Pikir
Jelaskan : tidak terkaji /tidak ada
Masalah keperawatan :…………………………………………………………………
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 12.30 WIB .s/d 14.00 WIB
Tidur malam, lama 20.00 WIB s/d 04.00 WIB
Aktivitas sebelum/sesudah tidur, ………….s/d………………….
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tid
a
k
Perawatan lanjutan ……
System pendukung ….. ……
Analisa Data
DATA MASALAH
1. a. Subyektif :
b. Obyektif
1. tegang
2. postur tubuh kaku
3. wajah curiga
2. a. Subyektif :
b. Obyektif
1. mengkritik diri sendiri
2. jarang berbicara dengan
orang-orang
3. Kontak mata (-)
4. Tatapan kosong
3. a. Subyektif : .
selalu melihat ada tetangganya dan
benci serta jika halusinasi muncul
emosi tidak terkontrol
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
b. Obyektif
1. menunjuk-nunjuk kearah
pagar
2. berbicara pergi saya benci
dengan tetangganya
4. a. Subyektif :
pasien tidak mampu merawat DPD : Defisit perawatan diri
kebersihan diri, berhias diri
b. Obyektif
1. berpakai tidak pernah ganti
2. jarang mandi
3. rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau serta
kuku panjang dan kotor
XI. ASPEK MEDIK
Diagnose Medik : Resiko Perilaku Kekerasan
Terapi Medis :
SP 3 (Membantu
pasien latihan
mengendalikan
perilaku kekerasan
secara
sosial/verbal
dengan cara
menolak dengan
baik, meminta
dengan baik,
mengungkapkan
perasaan dengan
baik
SP 4 : Bantu
pasien latihan
mengendalikan
perilaku
kekerasaan dengan
cara spritual
beribadah dan
berdoa
SP 5: Membantu
pasien
mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan cara
minum obat
28 Desember Harga Diri 1. Pasien dapat Setelah dilakukan SP 1 : Memotivasi
2020 jam : Rendah : mengidentifikas SP1 sampai dengan Mendiskusikan pasien untuk
15.00 WIB Kronis i kemampuan SP 2 Pasien dapat kemampuan dan memandang
dan aspek lebih percaya akan aspek positif yang dirinya secara
positif yang kemampuannya dimiliki pasien, positif
dimiliki dan tidak merasa membantu pasien
2. Pasien dapat harga diri rendah menilai
menilai kemampuan yang
kemampuan masih dapat
yang dapat digunakan,
digunakan membantu pasien
3. Pasien dapat memilih/
melatih menetapkan
kegiatan yang kemampuan yang
dpilih sesuai akan dilatih,
dengan melatih, melatih
kemampuan kemampuan yang
4. Pasien dapat sudah dipilih dan
melakukan menysusn jadwal
kegiatan yang dalam rencana
sudah dilatih harian
sesuai jadwal
SP 2 :
Melatih pasien
melakukan
kegiatan lain yang
sesuai dengan
kemampuan
pasien. Latihan
dapat dilanjutkan
untuk kemampuan
lain sampai semua
kemampuan
dilatih. Setiap
kemampuan yang
dimiliki akan
meningkatkan
harga diri pasien
28 Desember Defisit 1. Pasien mampu setelah dilakukan SP 1 : Mengarahkan
2020 jam : melakukan tindakan Mendiskusikan pasien dalam
15.00 WIB Perawatan kebersihan diri memberitahu Pentingnya kebersihan diri
Diri secara mandiri pentingnya kebersihan diri, dan
2. Pasien mampu menjaga cara-cara merawat meningkatkan
melakukan kebersihan diri dan melatih kemauan pasien
berhias diri ,diharapkan klien pasien tentang untuk kebersihan
secara baik dapat menjaga cara-cara mulut, badan ,
kebersihan dan perawatan rambut dan kuku
kerapihan diri kebersihan diri
SP 2 :
Melatih pasien
berhias (laki-laki :
berpakaian,
menyisir rambut,
dan bercukur.
Perempuan :
berpakaian,
menyisir rambut,
dan berhias
XV. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal/ja Dx.Kep Implementasi Evaluasi TTD
m
RPK SP1: S : Pasien dapat
(Resiko 1.Membina hubungan saling
atau mau
Petilaku percays
Kekerasan) 2.Mengidentifikasi penyebab mengungkap
marah
kan
3.Mengidentifikasi tanda dan
gejala resiko perilaku penyebab
kekerasan
masalah
4.Mengidentifikasi resiko
30 Desember perilaku kekerasan yang biasa yang di
2020 – jam : dilakukan
alami nya
11.00 WIB 5.Mengidentifikasi cara
mengontrol resiko perilaku O : Pasien dapat
kekerasan
menjelaskan
6.Melatih cara kontrol resiko
perilaku kekerasan penyebab
7.Melatih cara kontrol resiko
tanda marah
perilaku kekerasan dengan cara
latihan nafas dalam yang biasa
8.Memberikan reinforcement
dilakukan
positif kepada klien
9.Rencana tindak lanjut perawat akibat marah
a. Mengajurkan pasien dan cara
memasukan kejadwal
harian mengontrol
marah
dengan cara
latihan fisik
1 (nafas
dalam)
A : SP 1 belum
tercapai
P : Mengulang
SP1
teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi