Disusun Oleh :
MASLIKAH (JNR0200112)
D. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan
4. Panas, padat, dan bising.
E. Pohon Masalah
Resti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
(Effect)
Perilaku kekerasan
(Core Problem)
Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
Koping tidak efektif
(Causa)
F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Koping tidak efektif
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkunga
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang barang
b. Resiko perilaku kekerasan
Data Subyektif :
1) Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.
2) Klien mengungkapkan perasaan jengkel
3) Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
Data Objektif :
1) Muka merah
2) Mata melotot
3) Rahang dan bibir mengatup
4) Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
5) Tampak mondar-mandir
6) Tampak bicara sendiri dan ketakutan
7) Tampak berbicara dengan suara tinggi
8) Tekanan darah meningkat
9) Frekuensi denyut nadi meningkat
G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan b.d Halusinasi
2. Prilaku kekerasan b.d Halusinasi
H. Rencana Tindakan Keperawatan
DIAGNOSA Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk
TUJUAN UMUM Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Disusun Oleh :
MASLIKAH (JNR0200112)
Kondisi Klien:
Pada saat dilakukan pengkajian, emosi klien stabil dan dapat di ajak berbicara
santai namun penampilan klien kurang rapih.
Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Tujuan khusus : SP 1 Resiko perilaku kekerasan
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat
dari perilaku kekerasan
2. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik
nafas dalam dan cara fisik 2: pukul kasur/bantal
3. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur
4. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/bicara
baik-baik
5. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Tindakan keperawatan:
1. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan
serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur atau bantal
2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
3. Melatih cara verbal/ bicara baik-baik
4. Melatih cara spiritual
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. Selamat sore mas, pekenalkan nama saya Maslikah, saya
mahasiswa keperawatan di kampus 2 STIKKu, Saya akan merawat mas dari
jam 15.00 – 19.00. Nama mas siapa?”
Tn.S : S
“Nama lengkap mas siapa? Mas senang di panggil apa?”
Tn. S : S.. M….., panggil aja A
“Baiklah mba kalau begitu saya panggil mas S ya!”
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas S saat ini?”
Tn. S: Baik
“Apa yang mas rasakan saat ini?”
Tn. S : Pengen pulang, ketemu mamah
“Mamahnya tinggal dimana? Kenapa mas bisa sampai dibawa kesini?”
Tn. S : Gatau dijemput sama pak w di iket
“apakah mas marah-marah sampai di iket oleh pak w?”
Tn. S : Saya marah karena kesel dan saya pukul mereka
“Apakah mas sering marah-marah dan memukul”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
Validasi
“Baiklah mas, untuk mengatasi marah tersebut apa yang sudah mas lakukan?
ibu sudah dilatih apa saja?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
Kontrak
Baiklah sekarang kita akan bercakap-cakap tentang cara mengatasi marah,
tujuannya jika mas marah, mas dapat mengontrol marah mas dengan baik.
Bagaimana kalau waktunya 20 menit? Dan tempatnya disini? Apakah mas
bersedia?
Tn. S tampak menganggukan kepala
Fase Kerja
Predisposisi dan Presipitasi
a. Biologi
“Apakah mas pernah dirawat disini sebelumnya?”
Tn. S : Sudah dua kali saya kesini, saya sudah pulang dan di jemput lagi
“Apakah mas pernah mendengar suara-suara selama disini?”
Tn. S : Mamah mau jemput
“Apakah mas mengetahui/diberitahu penyakit mas saat ini?”
Tn. S : Tidak
“Apakah mas tau tentang obat-obatan yang mas minum setiap hari?”
Tn. S : Biar sehat
“Apakah mas minum obatnya secara rutin?”
Tn. S : Ya pagi sore
“Apakah mas pernah berhenti minum obat? “
Tn. S tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas ada riwayat penyakit fisik sebelumnya (misalnya sakit panas
hingga kejang-kejang, jika ya kapan? “
Tn. S tampak diam
“Apakah mas pernah mengalami jatuh/kecelakaan hingga pingsan, jika ya
kapan?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas pernah menggunakan NAPZA? jika pernah kapan dan apa
jenisnya?”
Tn. S : Tidak
“Adakah keluarga yang lain ada yang mempunyai gejala yang sama
dengan Bapa?”
Tn. S : Tidak
b. Sosial
“Mas pendidikan terakhirnya apa?”
Tn. S : SMA
“Apakah pernah mengalami putus sekolah?Jika ya, karena apa?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah dulu mas bekerja, dimana?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas sudah menikah?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Mas di rumah ibu tinggal dengan siapa?“
Tn. S : Sama mamah, papah tinggal di Jakarta dan mamah di cirebon
“Mas di rumah punya teman?”
Tn. S : Engga, saya tidak suka main
“Siapa orang yang paling berarti dalam kehidupan mas?”
Tn. S : Mamah, kangen sama mamah
“Apakah mas pernah mengalami kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, kehilangan harta benda?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah ada penolakan dari orang di masyarakat?”
Tn. S : Gatau
c. Psikologis
“Bagaimana perasaan mas ketika dibawa kesini?”
Tn. S : Mau pulang, ketemu mamah
“Apakah ada peran mas yang terganggu akibat di rawat disini?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan? Kapan itu
terjadi?”
Tn. S : Mau pulang, ketemu mamah
“Apakah mas termasuk orang yang mudah cemas, mudah marah, mudah
tersinggung atau menutup diri?”
Klien tampak memperhatikan dengan pandangan tajam
d. Penilaian stressor
Baiklah mas, jadi mas ingin pulang dan ketemu mamah ya? Mas pernah
memukul dan sering marah-marah
“Apakah setelah rutin minum obat, mas masih sering marah-marah?
Tn. S : Gatau
“Apakah mas menjadi lebih nyaman setelah minum obat?”
Klien tampak menganggukan kepala
“Apakah mas sulit tidur?”
Tn. S : Jarang tidur siang
“Apakah makan mas selalu habis?”
Tn. S : Habis
“Apakah mas sulit mengontrol marah?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan orang lain?”
Klien tampak menganggukan kepala
“Apakah mas menjadi malu atau minder untuk berbicara dengan orang
lain?”
Tn. S : Orang kalau itu suka nyamain dengan tangan ati, kulit ati putih
jadi mereka ketularan putih jadi ati item (klien tampak berbicara keras,
tangan mengepal dan tanpak kesal)
“Apakah mas selalu ikut kegiatan yang ada di panti?”
Klien tampak menganggukan kepala
e. Sumber koping dan mekanisme koping
Personal ability
“Baiklah mas, apa yang mas lakukan untuk mengatasi masalah ingin
marah atau kesel tadi?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah sudah pernah diajarkan cara mengatasi masalah tersebut?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas sudah pernah melatihnya, bagaimana hasilnya? Apakah
perasaan kesalnya hilang?”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tatapan tajam
f. Sosial support
“Selama ibu sakit dan dirawat, siapa yang menemani ibu di sini?”
Tn. S : bapa K dan E, N
“Siapa yang merawat (care giver) ibu di rumah?”
Tn. S : Pengen pulang, ketemu mamah
g. Material asset
“Selama mas dirawat disini siapa yang membiayai?”
“Aibuah mas mempunyai jaminan kesehatan?”
“Apakah ada asset pribadi seperti tabungan, tanah, piaraaan atau sawah?”
“Kemana biasanya keluarga membawa /mengobati ketika ada anggota
keluarga yang sakit?”
“Apakah ada PKM,. RSJ terdekat dari rumah?”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tatapan tajam
h. Positive belief
Mas harus yakin kalau mba bisa mengatasi marah, mas akan sembuh dan
bisa ketemu mamah di rumah
Tindakan Keperawatan Generalis
“Baiklah, tadi mas mengatakan sering marah dan pernah memukul, Apa yang
menyebabkan perasaan itu muncul?”
Tn. S : Gatau
“Apa yang dilakukan saat perasaan kesel itu muncul?”
Klien tampak diam
“Baiklah mas mari kita latihan untuk mengendalikan perasaan marah itu.
Ada 4 cara untuk mengontrolnya, yaitu latihan fisik tarik nafas dalam dan
pukul bantal atau kasur, kedua latihan minum obat secara teratur, ketiga
latihan berbicara yang benar, keempat latihan melakukan kegiatan spiritual.
Dari keempat latihan tersebut, mana yang akan mas pilih dulu untuk latihan
hari ini?”
Tn. S : Nafas
“Cara yang pertama ya? Baiklah kita akan lakukan latihan yang pertama yaitu
latihan tarik nafas dalam, caranya coba mas hirup udara melalui hidung,
tahan sebentar kemudian keluarkan dari mulut dilakukan sehari 5x dan pada
saat mas mulai kesal. Coba saya praktekkan, mas bisa melihat
(mempraktekan teknik tarik nafas dalam)”
“Coba sekarang mba praktekkan cara tarik nafas dalam tersebut, seperti yang
saya contohkan tadi”
Klien mempraktekan tarik nafas dalam
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan)”
“Nah sekarang kita akan latihan pukul bantal dan kasur, jadi kalau mas lagi
kesal ingin memukul seseorang, luapkan marahnya pada bantal dan kasur
yang ada diruangan ini, caranya seperti ini, mas perhatikan saya dulu ya, baru
mas lakukan (mempraktekan memukul bantal dan kasur)”
“Ya sekarang mas coba lakukan pukul bantal dan kasur”
Klien mempraktekan memukul bantal dan kasur
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan)”
“Nah sekarang kita buat jadwal kegiatannya ya, mau jam berapa aja
melakukan latihan fisik tarik nafas dalam serta memukul bantal dan kasur?.”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tajam
Fase Terminasi:
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas S setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul
bantal?”
Klien hanya menganggukan kepala
Evaluasi Obyektif
“Coba mas S sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah dengan
latihan fisik?”
Tn. S : nafas, mukul kasur dan bantal
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan). Ya benar sekali mas, mas
lakukan tarik nafas dalam 5x sehari dan pukul bantal 5x sehari Jangan lupa
laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai jadwaldan terapkan ini pada
saat mas kesal dan ingin marah ya mas S”.
Rencana Tindak lanjut
“Baik mas, besok jam 17:00 WIB (setelah ashar) ataau sebelum mas makan
sore kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu minum obat yang benar ya mas, mas mau
kan ngobrol lagi dengan saya?”.
Klien tampak menganggukan kepala
“Baik mas sampai jumpa besok dan selamat istirahat”.
Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang lain yaitu minum obat
dengan benar, kita bertemu dan ngobrol lagi jam 17.00 wib waktunya 20
menit, tempatnya disini ya mas?”
Tn. S : Ok
“Baiklah mas, sudah selesai pertemuan kita. Terimakasih sudah mau ngobrol
dengan saya, mas boleh istirahat atau ngobrol dengan teman nya”
Klien tampak meninggalkan mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Edisi 2. Jakarta. EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi
Offset,Yogyakarta.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA:
Mosby Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners Stikkes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM
Disusun Oleh :
MASLIKAH (JNR0200112)
H. Mekanisme koping
Pada saat di panti, klien dapat mengikuti kegiatan yang dijadwalkan oleh perawat panti
seperti merawat diri sendiri dan dapat mengikuti olahraga jika ada senam pagi di panti tetapi
klien sering bereaksi lambat/berlebih saat menanggapi situasi, hal tersebut tergantung pada
keadaan emosional klien.
I. Masalah psikososial dan lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien susah berinteraksi dengan masyarakat, orang asing ataupun orang yang baru di
kenal
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pada saat di rumah klien tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pada
saat di panti klien tampak tak peduli dengan lingkungan sekitar
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan tidak bisa melanjutkan cita-citanya karena tidak sekolah dan tinggal
disini (di panti)
4. Masalah dengan pekerjaan
Selain mengerjakan pekerjaan rumah, klien tidak bekerja
5. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan di rumah tinggal bersama mamah dan tidak ada masalah
6. Masalah ekonomi
Klien mengatakan pada saat masih di rumah, klien sering belanja bersama ibunya dan
suka jalan-jalan
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan jika sakit di rawat dengan perawat panti dan klien tidak menyukai
perawat yang sombong
J. Pengetahuan kurang tentang
Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa, klien bingung dengan alasan mengapa klien
di bawa ke panti.
Masalah keperawatan : defisit pengetahuan
K. Analisa Data
No DATA MASALAH
.
1. a. Subyektif : Resiko Perilaku Kekerasan (D. 0146)
Klien mengatakan merasa kesal saat di
bawa kepanti, klien mengamuk dan
memukul perawat yang menjemput klien
ke panti. Klien juga pernah memukul
ibunya.
b. Obyektif
1. tegang
2. postur tubuh kaku
3. tangan dan kaki bergerak dengan
pergerakan yang diulang-ulang
4. tatapan mata tajam
2. a. Subyektif : Harga Diri Rendah Kronis (D. 0086)
Klien mengungkapkan dirinya tidak bisa
apa-apa, klien tidak percaya diri dan
malu untuk berinteraksi dengan orang
lain, dan klien sering merendahkan diri
nya sendiri
b. Obyektif
1. mengkritik diri sendiri
2. jarang berbicara dengan orang-
orang
3. membandingkan warna kulitnya
dengan pewawancara
4. Tatapan kosong
b. Obyektif
1. berpakai jarang ganti
2. gigi kotor, kulit berdaki dan bau
serta kuku panjang dan kotor
3. bau badan
4. pakaian tidak sesuai (memakai 2
krudung dalam satu waktu)
L. Aspek medik
Diagnose Medik : Resiko Perilaku Kekerasan
Terapi Medis:
1. Hexymer dosis :2mg , cara : oral ,waktu : 3x1 hari
Indikasi :
1. Mengatasi pada sebagian besar jenis parkinson
2. Mengatasi ganguan ekstra piramidal atau yang disebabkan oleh efek samping obat
tertentu
2. Resperidon dosis : 2 mg, cara : oral, waktu : 3x 1 hari
Indikasi :
1. Terapi pada skizofernia akut dan kronis serta pada kondisi pasikososial lain
2. Mengurangi gejala afektif ( cemas dan depresi ) yang berhubungan dengan skizo
3. Clorilex , Cara : Oral
Indikasi :
1. perawatan cacat mental
2. perawatan gangguan psikososial
3. pengobatan skizofrenia
4. skizofrenia tidak responsif
4. Stelosi, dosis : 5mg , Cara : Oral
Indikasi :
1. Mengendalikan gelisah pikiran tegang dan agitasi berlebihan
M. Daftar masalah keperawatan
1. Resiko Prilaku Kekerasan (D. 0146)
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (D. 0085)
3. Harga Diri Rendah Kronis (D. 0086)
4. Defisit Perawatan Diri (D. 0109)
N. Daftar diagnose keperawatan
1. Resiko Prilaku Kekerasan b.d riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau
orang lain atau destruksi properti orang lain
2. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi b.d gangguan pendengaran d.d mendengar
sesuatu bisikan atau melihat bayangan
3. Harga Diri Rendah Kronis b.d gangguan psikiatri d.d menilai diri negative dan merasa
tidak mampu melakukan apapun
4. Defisit Perawatan Diri b.d gangguan psikologis dan/ psikotik d.d menolak melakukan
perawatan diri
O. Rencana tindakan keperawatan
1 februari RPK Setelah dilakukan Setelah dilakukan SP1 1. Dukungan Hubungan saling
2021 jam (Resiko tindakan sampai dengan SP 5 pengungkapan percaya merupakan
16.00 Perilaku keperawatan selama Pasien dapat perasaan (I. 09267) dasar untuk hubungan
WIB Kekerasa 2 hari dinas mengendalikan 2. Dukungan emosional selanjutnya
n) diharapkan: Resiko Perilaku (I. 09256) Beri kesempatan untuk
Kontrol diri Kekerasan 3. Manajemen mengungkapkan
meningkat pengendalian marah perasaannya dapat
(L. 09076) (I. 09290) membantu mengurangi
1. Prilaku melukai penyebab marah
diri sendiri /orang SP 1 (Bina Hubungan
lain meningkat Saling Percaya,
dengan skala 1 mengidentifikasi
2. Prilaku penyebab marah,tanda
agresif/amuk dan gejala yang
meningkat dengan dirasakan, perilaku
skala 1 kekerasan yang
3. Suara keras dan dilakukan, akibat dan
bicara ketus cara mengendalikan
meningkat dengan perilaku kekerasan
skala 1 dengan cara latihan fisik
4. Pasien dapat 1 (latihan nafas dalam)
mengidentifikasi 1. Mengucapkan
penyebab perilaku salam terapeutik
kekerasan 2. Berjabat tangan
5. Pasien dapat 3. Menjelaskan tujuan
mengidentifikasi interaksi
tanda-tanda 4. Membuat kontrak
perilaku topik, waktu dan
kekerasan tempat setiap kali
6. Pasien dapat bertemu dengan klien
menyebutkan
jenis perilaku SP 2 (Membantu pasien
kekerasan yang latihan mengendalikan
pernah perilaku kekerasan
dilakukannya dengan cara fisik ke dua
7. Pasien dapat dengan cara pukul kasur
menyebutkan dan bantal
akibat dari
perilaku SP 3 (Membantu pasien
kekerasan yang latihan mengendalikan
dilakukannya perilaku kekerasan secara
8. Pasien dapat sosial/verbal dengan cara
menyebutkan cara menolak dengan baik,
mencegah meminta dengan baik,
/mengendalikan mengungkapkan
perilaku perasaan dengan baik
kekerasannya
9. Pasien dapat SP 4 : Bantu pasien
mencegah/ latihan mengendalikan
mengendalikan perilaku kekerasaan
perilaku dengan cara spritual
kekerasannya beribadah dan berdoa
secara fisik,
spritual, sosial, SP 5: Membantu pasien
dan dengan terapi mengendalikan perilaku
psikofarmaka kekerasan dengan cara
minum obat
3 Februari Harga Setelah dilakukan Setelah dilakukan SP1 Promosi kepercayaan Memotivasi pasien
2021 jam Diri tindakan sampai dengan SP 2 diri (I. 09310) untuk memandang
09.00 Rendah : keperawatan selama Pasien dapat lebih Tindakan: dirinya secara positif
WIB Kronis 2 hari dinas percaya akan Observasi
diharapkan: kemampuannya dan 1. Identifikasi ungkapan
Harga diri tidak merasa harga verbal dan nonverbal
meningkat diri rendah yang tidak sesuai
(L. 09069) 2. Identifikasi masalah
1. Penilaian diri potensial yang dialami
positif meningkat Terapeutik:
dengan skala 5 1. Gunakan teknik
2. Perasaan mendengarkan aktif
memiliki mengenai harapan
kelebihan atau pasien
kemampuan 2. Diskusikan kekuatan
positif meningkat yang dimiliki serta
dengan skala 5 hal yang penting
3. Penerimaan 3. Diskusikan rencana
penilaian positif mencapai tujuan
terhadap diri yang diharapkan
sendiri meningkat 4. Diskusikan rencana
dengan skala 5 perubahan diri
4. Pasien dapat 5. Motivasi berfikir
mengidentifikasi positif dan
kemampuan dan berkomitmen dalam
aspek positif yang mencapai tujuan
dimiliki 6. Buat dan pilih
5. Pasien dapat keputusan prioritas
menilai untuk memecahkan
kemampuan yang masalah
dapat digunakan 7. Buat catatan pribadi
6. Pasien dapat dalam menentukan
melatih kegiatan pencapaian dan
yang dpilih sesuai menikmati setiap
dengan pencapaian
kemampuan 8. Diskusikan solusi
7. Pasien dapat dalam menghadapi
melakukan masalah
kegiatan yang 9. Diskusikan cara
sudah dilatih menangani situasi
sesuai jadwal tidak terduga secara
efektif
10. Motivasi tetap tenang
saat menghadapi
masalah dengan
kemampuan yang
dimiliki
11. Motivasi efektifitas
keputusan yang
dibuat dalam
mempengaruhi atau
memperbaiki
penilaian
Edukasi
1. Anjurkan
mengevaluasi cara
pemecahan masalah
yang dilakukan
2. Ajarkan pemecahan
masalah dan situasi
yang sulit
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
tim keperawatan
spesialis dalam
memodifikasi
intervensi
SP 1:
Mendiskusikan
kemampuaan dan aspek
positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien
menilai kemampuan
yang masih dapat
digunakan, membantu
pasien memilih/
menetapkan kemampuan
yang akan dilatih,
melatih, melatih
kemampuan yang sudah
dipilih dan menysusn
jadwal dalam rencana
harian
SP 2 :
Melatih pasien
melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
Latihan dapat dilanjutkan
untuk kemampuan lain
sampai semua
kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang
dimiliki akan
meningkatkan harga diri
pasien
Hari/tanggal
Dx. Kep Implementasi Evaluasi TTD
Jam
Selasa, 2 RPK SP1: S : klien mengatakan mau
(Resiko 1. Membina hubungan saling
februari 2021 berbicara dengan
Petilaku percaya
jam 16:00 Kekerasan) 2. Mengidentifikasi penyebab marah pewawancara, klien
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala
WIB mengungkapkan alasan
resiko perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi resiko perilaku klien marah dan kesal
kekerasan yang biasa dilakukan
O : Klien tampak
5. Mengidentifikasi cara mengontrol
resiko perilaku kekerasan memperhatikan
6. Melatih cara kontrol resiko
pewawancara dan dapat
perilaku kekerasan
7. Melatih cara kontrol resiko mengkuti pewawancara
perilaku kekerasan dengan cara latihan
padda saat mempraktekan
nafas dalam
8. Memberikan reinforcement positif cara mengontrol marah
kepada klien
dengan cara latihan fisik 1
9. Rencana tindak lanjut perawat
10. Menganjurkan klien memasukan (nafas dalam)
kejadwal harian
A : SP 1 tercapai
SP 2 (Membantu pasien latihan P : SP 1 dihentikan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik ke dua dengan cara pukul kasur dan S : klien mengatakan tidak
bantal mau mempraktekan
O : klien tampak tidak
bersemangat
SP 3 (Membantu pasien latihan A : SP 2 belum tercapai
mengendalikan perilaku kekerasan secara P : mengulang SP 2
sosial/verbal dengan cara menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan S: Klien tidak berespon, tidak
perasaan dengan baik dapat mengungkapkan
pada pewawancara
SP 4 : Bantu pasien latihan mengendalikan O : Klien tampak diam,
perilaku kekerasaan dengan cara spritual memperhatikan
beribadah dan berdoa pewawancara
A : SP 3 belum tercapai
P : Mengulang SP 3
teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi