Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)


DI PANTI GRAMESIA KEDAWUNG KOTA CIREBON
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners Stikkes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM

Disusun Oleh :
MASLIKAH (JNR0200112)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
CIREBON
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Resiko Perilaku Kekerasan
B. Definisi, Etiologi, Tanda dan Gejala
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang
tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang
menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk
destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko prilaku kekerasan
yautu berisiko membahayakan secara fisik, emosi dan atau seksual pada
diri sendiri atau orang lain (SDKI, 2017).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol
diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
2. Etiologi
Penyebab dari resiko prilaku kekerasan yaitu adanya faktor
predisposisi yang mempengaruhi psikologis klien yang dapat
menimbulkan harga diri rendah dan mengalami isolasi sosial pada klien
sehingga dapat mempengaruhi perubahan persepsi sensori: halusinasi,
halusinasi dapat dibedakan menjadi halusinasi penglihatan dan halusinasi
pendengaran. Halusinasi pendengaran yang tidak sesuai dengan realita
atau tidak baik untuk klien dapat mempengaruhi klien dalam melakukan
prilaku kekerasan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasan terdiri dari :
a. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan.
c. Rasa frustasi.
d. Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya
harga diri pelaku tindak kekerasan.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor
predisposisi biologik.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai dengan
teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku
kekerasan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi
dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata
terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di
sekitarnya. Selain itu berdasarkan teori biologis, ada beberapa hal yang
dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut :
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon
androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6
dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting
yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.

D. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan
4. Panas, padat, dan bising.
E. Pohon Masalah
Resti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
(Effect)

Perilaku kekerasan
(Core Problem)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
Koping tidak efektif
(Causa)
F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Koping tidak efektif
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkunga
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang barang
b. Resiko perilaku kekerasan
Data Subyektif :
1) Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.
2) Klien mengungkapkan perasaan jengkel
3) Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
Data Objektif :
1) Muka merah
2) Mata melotot
3) Rahang dan bibir mengatup
4) Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
5) Tampak mondar-mandir
6) Tampak bicara sendiri dan ketakutan
7) Tampak berbicara dengan suara tinggi
8) Tekanan darah meningkat
9) Frekuensi denyut nadi meningkat
G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan b.d Halusinasi
2. Prilaku kekerasan b.d Halusinasi
H. Rencana Tindakan Keperawatan
DIAGNOSA Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk

TUJUAN UMUM Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

TUJUAN Rencana Tindakan:


KHUSUS 1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
Klien dapat empati, sebut nama dan jelaskan tujuan interaksi
membina hubungan 2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
saling percaya 3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tapi sering

Klien dapat Rencana Tindakan:


mengidentifikasi 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
kekerasan 3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
tanda-tanda perilaku dirasakan saat jengkel/kesal
kekerasan 2. Observasi tanda perilaku kekerasan
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal
yang dialami klien
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan biasa dilakukan
yang biasa 2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku
dilakukan kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan: apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?

Klien dapat Rencana Tindakan:


mengidentifikasi 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
akibat perilaku 2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
kekerasan digunakan
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang
sehat

Klien dapat Rencana Tindakan:


mengidentifikasi 1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari
cara konstruktif cara baru yang sehat
dalam berespon 2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
terhadap kemarahan 3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
a. Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolahraga, memukul bantal/kasur atau pekerjaan
yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah
atau kesal/tersinggung
c. Secara sosial: lakukan dengan kelompok cara marah
yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen
perilaku kekerasan
d. Secara spiritual: berdoa, sembahyang, memohon
kepada Tuhan untuk diberi kesabaran

Klien dapat Rencana Tindakan:


mendemonstrasikan 1. Bantu memilih cara yang paling tepat
cara mengontrol 2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
perilaku kekerasan dipilih
3. Bantu menstimulasikan cara yang telah dipilih
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang
dicapai dalam stimulasi
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel/marah
6. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipilih

Klien dapat Rencana Tindakan:


menggunakan obat 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada
dengan benar (sesuai klien dan keluarga
program) 2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa seizin dokter
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu)
4. Anjurkan untuk membicarakan efek samping obat
yang perlu diperhatikan
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar

Klien mendapat Rencana Tindakan:


dukungan dari 1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari
keluarga dalam sikap keluarga selama ini
mengontrol perilaku 2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
kekerasan 3. Jelaskan cara-cara merawat klien
a. Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
b. Sikap tenang, bicara tenang, dan jelas
c. Membantu klien mengenal penyebab ia marah
4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien
5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi

Klien mendapat Rencana Tindakan:


perlindungan dari 1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara
lingkungan untuk rendah, tunjukkan kepedulian
mengontrol perilaku 2. Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain dan
kekerasan lingkungan
3. Jika tidak dapat diatasi, lakukan pembatasan gerak
atau pengekangan
(Abdul Muhith, 2015)

I. Trend Issue Keperawatan Jiwa Di Masa Pandemi Covid-19


1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan
mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang
berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine, bila
tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik
seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
2. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula dijadikan media
yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau
berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi
ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program
kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,
yaitumengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada
masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengtasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan
memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif (pencegahan tersier)
sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara
optimal (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
4. Terapi somatik
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi
somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku
adaftif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik
pasien, terapi adalah perilaku pasien (Eko Prabowo, 2014: hal 146).
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT)
adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand
mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah
setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014: hal 146
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners Stikkes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM

Disusun Oleh :

MASLIKAH (JNR0200112)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
CIREBON
2021
A. Proses Keperawatan

Kondisi Klien:
Pada saat dilakukan pengkajian, emosi klien stabil dan dapat di ajak berbicara
santai namun penampilan klien kurang rapih.
Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Tujuan khusus : SP 1 Resiko perilaku kekerasan
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat
dari perilaku kekerasan
2. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik
nafas dalam dan cara fisik 2: pukul kasur/bantal
3. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur
4. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/bicara
baik-baik
5. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

Tindakan keperawatan:
1. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan
serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur atau bantal
2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
3. Melatih cara verbal/ bicara baik-baik
4. Melatih cara spiritual
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. Selamat sore mas, pekenalkan nama saya Maslikah, saya
mahasiswa keperawatan di kampus 2 STIKKu, Saya akan merawat mas dari
jam 15.00 – 19.00. Nama mas siapa?”
Tn.S : S
“Nama lengkap mas siapa? Mas senang di panggil apa?”
Tn. S : S.. M….., panggil aja A
“Baiklah mba kalau begitu saya panggil mas S ya!”

Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas S saat ini?”
Tn. S: Baik
“Apa yang mas rasakan saat ini?”
Tn. S : Pengen pulang, ketemu mamah
“Mamahnya tinggal dimana? Kenapa mas bisa sampai dibawa kesini?”
Tn. S : Gatau dijemput sama pak w di iket
“apakah mas marah-marah sampai di iket oleh pak w?”
Tn. S : Saya marah karena kesel dan saya pukul mereka
“Apakah mas sering marah-marah dan memukul”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
Validasi
“Baiklah mas, untuk mengatasi marah tersebut apa yang sudah mas lakukan?
ibu sudah dilatih apa saja?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
Kontrak
Baiklah sekarang kita akan bercakap-cakap tentang cara mengatasi marah,
tujuannya jika mas marah, mas dapat mengontrol marah mas dengan baik.
Bagaimana kalau waktunya 20 menit? Dan tempatnya disini? Apakah mas
bersedia?
Tn. S tampak menganggukan kepala
Fase Kerja
Predisposisi dan Presipitasi
a. Biologi
“Apakah mas pernah dirawat disini sebelumnya?”
Tn. S : Sudah dua kali saya kesini, saya sudah pulang dan di jemput lagi
“Apakah mas pernah mendengar suara-suara selama disini?”
Tn. S : Mamah mau jemput
“Apakah mas mengetahui/diberitahu penyakit mas saat ini?”
Tn. S : Tidak
“Apakah mas tau tentang obat-obatan yang mas minum setiap hari?”
Tn. S : Biar sehat
“Apakah mas minum obatnya secara rutin?”
Tn. S : Ya pagi sore
“Apakah mas pernah berhenti minum obat? “
Tn. S tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas ada riwayat penyakit fisik sebelumnya (misalnya sakit panas
hingga kejang-kejang, jika ya kapan? “
Tn. S tampak diam
“Apakah mas pernah mengalami jatuh/kecelakaan hingga pingsan, jika ya
kapan?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas pernah menggunakan NAPZA? jika pernah kapan dan apa
jenisnya?”
Tn. S : Tidak
“Adakah keluarga yang lain ada yang mempunyai gejala yang sama
dengan Bapa?”
Tn. S : Tidak
b. Sosial
“Mas pendidikan terakhirnya apa?”
Tn. S : SMA
“Apakah pernah mengalami putus sekolah?Jika ya, karena apa?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah dulu mas bekerja, dimana?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas sudah menikah?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Mas di rumah ibu tinggal dengan siapa?“
Tn. S : Sama mamah, papah tinggal di Jakarta dan mamah di cirebon
“Mas di rumah punya teman?”
Tn. S : Engga, saya tidak suka main
“Siapa orang yang paling berarti dalam kehidupan mas?”
Tn. S : Mamah, kangen sama mamah
“Apakah mas pernah mengalami kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, kehilangan harta benda?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah ada penolakan dari orang di masyarakat?”
Tn. S : Gatau
c. Psikologis
“Bagaimana perasaan mas ketika dibawa kesini?”
Tn. S : Mau pulang, ketemu mamah
“Apakah ada peran mas yang terganggu akibat di rawat disini?”
Klien tampak menggelengkan kepala
“Apakah mas memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan? Kapan itu
terjadi?”
Tn. S : Mau pulang, ketemu mamah
“Apakah mas termasuk orang yang mudah cemas, mudah marah, mudah
tersinggung atau menutup diri?”
Klien tampak memperhatikan dengan pandangan tajam
d. Penilaian stressor
Baiklah mas, jadi mas ingin pulang dan ketemu mamah ya? Mas pernah
memukul dan sering marah-marah
“Apakah setelah rutin minum obat, mas masih sering marah-marah?
Tn. S : Gatau
“Apakah mas menjadi lebih nyaman setelah minum obat?”
Klien tampak menganggukan kepala
“Apakah mas sulit tidur?”
Tn. S : Jarang tidur siang
“Apakah makan mas selalu habis?”
Tn. S : Habis
“Apakah mas sulit mengontrol marah?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan orang lain?”
Klien tampak menganggukan kepala
“Apakah mas menjadi malu atau minder untuk berbicara dengan orang
lain?”
Tn. S : Orang kalau itu suka nyamain dengan tangan ati, kulit ati putih
jadi mereka ketularan putih jadi ati item (klien tampak berbicara keras,
tangan mengepal dan tanpak kesal)
“Apakah mas selalu ikut kegiatan yang ada di panti?”
Klien tampak menganggukan kepala
e. Sumber koping dan mekanisme koping
Personal ability
“Baiklah mas, apa yang mas lakukan untuk mengatasi masalah ingin
marah atau kesel tadi?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah sudah pernah diajarkan cara mengatasi masalah tersebut?”
Klien tampak diam dan memalingkan pandangan nya
“Apakah mas sudah pernah melatihnya, bagaimana hasilnya? Apakah
perasaan kesalnya hilang?”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tatapan tajam
f. Sosial support
“Selama ibu sakit dan dirawat, siapa yang menemani ibu di sini?”
Tn. S : bapa K dan E, N
“Siapa yang merawat (care giver) ibu di rumah?”
Tn. S : Pengen pulang, ketemu mamah
g. Material asset
“Selama mas dirawat disini siapa yang membiayai?”
“Aibuah mas mempunyai jaminan kesehatan?”
“Apakah ada asset pribadi seperti tabungan, tanah, piaraaan atau sawah?”
“Kemana biasanya keluarga membawa /mengobati ketika ada anggota
keluarga yang sakit?”
“Apakah ada PKM,. RSJ terdekat dari rumah?”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tatapan tajam
h. Positive belief
Mas harus yakin kalau mba bisa mengatasi marah, mas akan sembuh dan
bisa ketemu mamah di rumah
Tindakan Keperawatan Generalis
“Baiklah, tadi mas mengatakan sering marah dan pernah memukul, Apa yang
menyebabkan perasaan itu muncul?”
Tn. S : Gatau
“Apa yang dilakukan saat perasaan kesel itu muncul?”
Klien tampak diam
“Baiklah mas mari kita latihan untuk mengendalikan perasaan marah itu.
Ada 4 cara untuk mengontrolnya, yaitu latihan fisik tarik nafas dalam dan
pukul bantal atau kasur, kedua latihan minum obat secara teratur, ketiga
latihan berbicara yang benar, keempat latihan melakukan kegiatan spiritual.
Dari keempat latihan tersebut, mana yang akan mas pilih dulu untuk latihan
hari ini?”
Tn. S : Nafas
“Cara yang pertama ya? Baiklah kita akan lakukan latihan yang pertama yaitu
latihan tarik nafas dalam, caranya coba mas hirup udara melalui hidung,
tahan sebentar kemudian keluarkan dari mulut dilakukan sehari 5x dan pada
saat mas mulai kesal. Coba saya praktekkan, mas bisa melihat
(mempraktekan teknik tarik nafas dalam)”
“Coba sekarang mba praktekkan cara tarik nafas dalam tersebut, seperti yang
saya contohkan tadi”
Klien mempraktekan tarik nafas dalam
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan)”
“Nah sekarang kita akan latihan pukul bantal dan kasur, jadi kalau mas lagi
kesal ingin memukul seseorang, luapkan marahnya pada bantal dan kasur
yang ada diruangan ini, caranya seperti ini, mas perhatikan saya dulu ya, baru
mas lakukan (mempraktekan memukul bantal dan kasur)”
“Ya sekarang mas coba lakukan pukul bantal dan kasur”
Klien mempraktekan memukul bantal dan kasur
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan)”
“Nah sekarang kita buat jadwal kegiatannya ya, mau jam berapa aja
melakukan latihan fisik tarik nafas dalam serta memukul bantal dan kasur?.”
Klien tampak diam dan memperhatikan dengan tajam
Fase Terminasi:
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas S setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol perasaan marah dengan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul
bantal?”
Klien hanya menganggukan kepala
Evaluasi Obyektif
“Coba mas S sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah dengan
latihan fisik?”
Tn. S : nafas, mukul kasur dan bantal
“Bagus…… (dengan menunjukan jempol tangan). Ya benar sekali mas, mas
lakukan tarik nafas dalam 5x sehari dan pukul bantal 5x sehari Jangan lupa
laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai jadwaldan terapkan ini pada
saat mas kesal dan ingin marah ya mas S”.
Rencana Tindak lanjut
“Baik mas, besok jam 17:00 WIB (setelah ashar) ataau sebelum mas makan
sore kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu minum obat yang benar ya mas, mas mau
kan ngobrol lagi dengan saya?”.
Klien tampak menganggukan kepala
“Baik mas sampai jumpa besok dan selamat istirahat”.
Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang lain yaitu minum obat
dengan benar, kita bertemu dan ngobrol lagi jam 17.00 wib waktunya 20
menit, tempatnya disini ya mas?”
Tn. S : Ok
“Baiklah mas, sudah selesai pertemuan kita. Terimakasih sudah mau ngobrol
dengan saya, mas boleh istirahat atau ngobrol dengan teman nya”
Klien tampak meninggalkan mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Edisi 2. Jakarta. EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi
Offset,Yogyakarta.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA:
Mosby Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners Stikkes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM

Disusun Oleh :

MASLIKAH (JNR0200112)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
CIREBON
2021
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat : Panti Gramesia


Tanggal dirawat : 08-04-2018
A. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Sukarya Umur: 37 tahun
No. CM : 162
Jenis Kelamin :L
Tanggal Pengkajian : 08-02-2021
B. ALASAN MASUK
Klien datang ke panti gramesia karena ngamuk, susah tidur, merusak dan melempar
barang – barang
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebelumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan sudah melakukan pengobatan
namun tidak berhasil. Saat masih dirumah klien marah-marah, mudah tersinggung, berbicara
sendiri, keluyuran, suka ngambil barang orang lain, dan suka memukul dirinya sendiri. Klien
pernah ingin menikah tetapi ditinggal calon suaminya setelah itu melampiaskan kekesalan
kepada ibunya dan memukul ibunya, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
Masalah keperawatan : RPK (Resiko Prilaku Kekerasan)
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital:
TD : 120/75.mmHg, N : 76x/mnt, S: 3,6 ˚c, RR: 18 x/mnt
Ukuran : BB: kg, TB: cm
Keluhan fisik : Tidak ada keluhan fisik
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan: Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami seperti yang saat ini
klien alami
2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan suka rambutnya yang panjang tetapi klien selalu merasa dirinya
tidak bisa apa-apa dan selalu pesimis.
b. Identitas diri
Klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Klien mengatakan pada saat di rumah
klien selalu bantu mamah nyuci piring, nyuci baju, nyapu, ngepel, masak dan klien
menyukai itu.
c. Fungsi peran
Klien mengatakan pada saat di rumah klien selalu bantu mamah nyuci piring, nyuci
baju, nyapu, ngepel, masak tetapi setelah kesini klien tidak pernah masak lagi.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bisa sembuh dan ingin kembali kepada ibunya karena klien
merindukan momen saat bersama ibunya.
e. Harga Diri
Klien selalu merasa dirinya tidak bisa apa-apa dan selalu pesimis karena itu klien
jarang berkomunikasi dengan tetangga rumah dan teman-teman di panti hanya
beberapa yang dapat di ajak berbicara oleh klien.
Pada saat di puji, klien memuji balik dan merendahkan dirinya bahwa pujian untuk
dirinya salah.
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/orang terdekat
Ibunya
b. Upaya yang dilakukan bila ada masalah
Klien mengatakan jika ada apa-apa selalu cerita dengan manah
c. Kelompok yang diikuti dalam masyarakat
Tidak ada
d. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyakat
Klien mengatakan sebelum kepanti selalu di rumah dan tidak berkomunikasi dengan
tetangga.
e. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Ketika berada di panti sulit untuk berkomunikasi dan terlihat menyendiri, klien
mengatakan tidak mau berbicara.
f. Minat dalam berinteraksi dengan orang lain
Klien mengatakan ingin pulang dan bertemu mamah
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa Allah akan membantu dan menyembuhkan segala penyakit
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan selalu shalat 5 waktu dan berdo’a untuk kedua orang tua
c. Kepuasan dalam menjalankan keyakinan
Klien mengatakan akan berdosa jika tidak shalat
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak tidak rapih, memakai keridung tetapi rambut bagian depan keluar (terlihat),
seringkali klien menggunakan krudung 2 dalam satu waktu sekaligus, ganti pakaian
jarang dilakukan klien, klien mengatakan baju atau celana di ganti satu sampai 2 hari
kemudian, bau badan klien tercium dan kuku tampak sedikit panjang dan ada kotoran
pada kuku.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Pada saat klien tenang, bicara tampak pelan dan lambat namun pada saat marah atau
sedang emosi, klien berbicara cepat, kasar dan keras. Jika klien sedang tenang, klien
dapat berbicara mengikuti pertanyaan atau topik pembicaraan namun sering mengatakan
ingin pulang dan akan di jemput ibunya.
Masalah Keperawatan: Koping tidak efektif
3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu dan sering menangis, klien sering membuka tutup atau mengepalkan
lalu membuka kembali tangan nya dan jika duduk di kursi selalu menggerakan kakinya.
Klien tampak gelisah, sering menangis dan ingin pulang
Masalah Keperawatan: Gangguan rasa nyama
4. Alam perasaan
Klien sering menangis ketika diajak berbicara dan ingin pulang karena tidak betah
dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan ingin bertemu ibunya dan klien sering
memuji orang lain dan merendahkan diri sendiri.
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
5. Afek
Emosi klie cepat berubah-ubah (afek labil)
6. Interaksi selama wawancara
Klien berespon dengan baik terhadap pewawancara, selama interaksi suara klien kecil
dan sering mengatakan pewawancara cantik dan memiliki barang bagus sedangkan klien
tidak memiliki barang-barang seperti yang di miliki pewawancara. Seringkali klien tidak
menjawab pertanyaan dan klien mudah tersinggung. Pada saat wawancara , apabila tidak
dapat menjawab pertanyaan klien terdian dan memalingkan muka, namun pada saat klien
merasa tersinggung klien langsung bernada tinggi dan melihat pewawancara dengan
tatapan tajam.
Masalah keperawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
7. Persepsi
a. Jenis halusinasi : Halusinasi pendengaran
b. Isi halusinasi, frekuensi dan gejala yang tampak pada saat berhalusinasi
Klien mengatakan sering mendengar suara ibunya yang akan menjemput klien, pada
saat klien berhalusinasi, klien tampak menangis dan terkadang klien marah-marah
dengan mengatakan bahwa klien sudah mandi ataupun seperti sedang bertengkar
sambil memukul dada klien dengan tangannya sendiri sangat keras.
Masalah keperawatan : Resiko prilaku kekerasan
8. Proses pikir
Pada saat pengkajian, terkadang klien menghentikan pembicaraan dengan tiba-tiba
tanpa ada gangguan dari luar (blocking) kemudian dilanjutkan kembali dan sering
mengulang kalimat berkali-kali (perbigerasi) seperti kalimat “ingin pulang ingin ketemu
mamah”.
9. Isi pikir
Klien selalu berpikir bahwa ibunya akan segera menjemput
10. Tingkat kesadaran
Klien selalu menggerakan tangan dan kaki nya dengan gerakan yang di ulang-ulang dan
klien mengerti dengan semua yang terjadi di lingkungannya (stupor) tetapi klien tampak
diam.
11. Memori
Klien tidak mengingat hari, tanggal, bulan dan waktu. Klien tidak dapat menjawab
pertanyaan pewawancara terkait masalalu klien seperti ketika ditanya tentang keluarga
atau temannya, klien mengatakan tidak tahu. Klien hanya hapal ibunya dan kakak nya dan
tante nya.
Masalah keperawatan : Gangguan memori
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkonsentrasi sehingga kllien selalu meminta agar pertanyaan
atau penjelasan tentang perhitungan atau waktu agar di ulang karena tidak dapat menangkap
atau menjelaskan kembali. Klien sering berkata pewawancara pintar dank lien tidak bisa,
dan jika tidak bisa menjawab setelah beberapa kali di ulang, klien langsung pergi
meninggalkan pewawancara dan merasa tidak percaya diri.
Masalah keparawatan : HDR (Harga Diri Rendah)
13. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari gejala penyakit pada dirinya dan merasa sehat sehingga klien
tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dikasih oleh panti dank lien biasa makan di
kursi/mejamakan dengan menggunakan tangan kanan sendiri, porsi makan selalu habis.
2. BAB/BAK : Mandiri
3. Mandi : Mandiri
4. Berpakaian/berhias : Klien mengatakan tidak suka berhias, klien sering memkai daster
lengan pendek atau baju gamis dan mengenakan krudung blus ukuran sedang.
5. Istirahat tidur
Klien mengatakan jarang tidur siangtetapi jika tidur siang, klien tidur jam 12.30 WIB .s/d
14.00 WIB, dan tidur malam, lama 20.00 WIB s/d 04.00 WIB.
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 2 kali sehari, Hexymer, Resperidon, Clorilex, Stelosi, diminum 3x1
sehari
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika klien sakit, akan diberi obat oleh perawat panti
8. Aktivitas

Jenis Aktivitas Saat Di Rumah Saat Di Panti


Ya Tidak Ya Tidak
Merencanakan, mengolah dan menyajikan

makanan

Merapihkan rumah (kamar tidur, dapur,
menyapu, mengepel) √
Mencuci pakaian sendiri √ √
Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari √ √
Belanja untuk keperluan sehari-hari √ √
Melakukan perjalanan mandiri dengan
berjalan kaki, menggunakan kendaraan √ √
pribadi, atau kendaraan umum
Aktivitas lain yang dilakukan di luar
rumah seperti : Bayar listrik, telpon, air, √ √
kantor, pos dan Bank

H. Mekanisme koping
Pada saat di panti, klien dapat mengikuti kegiatan yang dijadwalkan oleh perawat panti
seperti merawat diri sendiri dan dapat mengikuti olahraga jika ada senam pagi di panti tetapi
klien sering bereaksi lambat/berlebih saat menanggapi situasi, hal tersebut tergantung pada
keadaan emosional klien.
I. Masalah psikososial dan lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien susah berinteraksi dengan masyarakat, orang asing ataupun orang yang baru di
kenal
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pada saat di rumah klien tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pada
saat di panti klien tampak tak peduli dengan lingkungan sekitar
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan tidak bisa melanjutkan cita-citanya karena tidak sekolah dan tinggal
disini (di panti)
4. Masalah dengan pekerjaan
Selain mengerjakan pekerjaan rumah, klien tidak bekerja
5. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan di rumah tinggal bersama mamah dan tidak ada masalah
6. Masalah ekonomi
Klien mengatakan pada saat masih di rumah, klien sering belanja bersama ibunya dan
suka jalan-jalan
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan jika sakit di rawat dengan perawat panti dan klien tidak menyukai
perawat yang sombong
J. Pengetahuan kurang tentang
Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa, klien bingung dengan alasan mengapa klien
di bawa ke panti.
Masalah keperawatan : defisit pengetahuan
K. Analisa Data

No DATA MASALAH
.
1. a. Subyektif : Resiko Perilaku Kekerasan (D. 0146)
Klien mengatakan merasa kesal saat di
bawa kepanti, klien mengamuk dan
memukul perawat yang menjemput klien
ke panti. Klien juga pernah memukul
ibunya.

b. Obyektif
1. tegang
2. postur tubuh kaku
3. tangan dan kaki bergerak dengan
pergerakan yang diulang-ulang
4. tatapan mata tajam
2. a. Subyektif : Harga Diri Rendah Kronis (D. 0086)
Klien mengungkapkan dirinya tidak bisa
apa-apa, klien tidak percaya diri dan
malu untuk berinteraksi dengan orang
lain, dan klien sering merendahkan diri
nya sendiri

b. Obyektif
1. mengkritik diri sendiri
2. jarang berbicara dengan orang-
orang
3. membandingkan warna kulitnya
dengan pewawancara
4. Tatapan kosong

3. a. Subyektif : DPD : Defisit perawatan diri (D. 0109)


Klien tidak mampu merawat kebersihan
diri, berhias diri dan menjaga penampilan

b. Obyektif
1. berpakai jarang ganti
2. gigi kotor, kulit berdaki dan bau
serta kuku panjang dan kotor
3. bau badan
4. pakaian tidak sesuai (memakai 2
krudung dalam satu waktu)

L. Aspek medik
Diagnose Medik : Resiko Perilaku Kekerasan
Terapi Medis:
1. Hexymer dosis :2mg , cara : oral ,waktu : 3x1 hari
Indikasi :
1. Mengatasi pada sebagian besar jenis parkinson
2. Mengatasi ganguan ekstra piramidal atau yang disebabkan oleh efek samping obat
tertentu
2. Resperidon dosis : 2 mg, cara : oral, waktu : 3x 1 hari
Indikasi :
1. Terapi pada skizofernia akut dan kronis serta pada kondisi pasikososial lain
2. Mengurangi gejala afektif ( cemas dan depresi ) yang berhubungan dengan skizo
3. Clorilex , Cara : Oral
Indikasi :
1. perawatan cacat mental
2. perawatan gangguan psikososial
3. pengobatan skizofrenia
4. skizofrenia tidak responsif
4. Stelosi, dosis : 5mg , Cara : Oral
Indikasi :
1. Mengendalikan gelisah pikiran tegang dan agitasi berlebihan
M. Daftar masalah keperawatan
1. Resiko Prilaku Kekerasan (D. 0146)
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (D. 0085)
3. Harga Diri Rendah Kronis (D. 0086)
4. Defisit Perawatan Diri (D. 0109)
N. Daftar diagnose keperawatan
1. Resiko Prilaku Kekerasan b.d riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau
orang lain atau destruksi properti orang lain
2. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi b.d gangguan pendengaran d.d mendengar
sesuatu bisikan atau melihat bayangan
3. Harga Diri Rendah Kronis b.d gangguan psikiatri d.d menilai diri negative dan merasa
tidak mampu melakukan apapun
4. Defisit Perawatan Diri b.d gangguan psikologis dan/ psikotik d.d menolak melakukan
perawatan diri
O. Rencana tindakan keperawatan

Tanggal Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Jam Dx Kep
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

1 februari RPK Setelah dilakukan Setelah dilakukan SP1 1. Dukungan Hubungan saling
2021 jam (Resiko tindakan sampai dengan SP 5 pengungkapan percaya merupakan
16.00 Perilaku keperawatan selama Pasien dapat perasaan (I. 09267) dasar untuk hubungan
WIB Kekerasa 2 hari dinas mengendalikan 2. Dukungan emosional selanjutnya
n) diharapkan: Resiko Perilaku (I. 09256) Beri kesempatan untuk
Kontrol diri Kekerasan 3. Manajemen mengungkapkan
meningkat pengendalian marah perasaannya dapat
(L. 09076) (I. 09290) membantu mengurangi
1. Prilaku melukai penyebab marah
diri sendiri /orang SP 1 (Bina Hubungan
lain meningkat Saling Percaya,
dengan skala 1 mengidentifikasi
2. Prilaku penyebab marah,tanda
agresif/amuk dan gejala yang
meningkat dengan dirasakan, perilaku
skala 1 kekerasan yang
3. Suara keras dan dilakukan, akibat dan
bicara ketus cara mengendalikan
meningkat dengan perilaku kekerasan
skala 1 dengan cara latihan fisik
4. Pasien dapat 1 (latihan nafas dalam)
mengidentifikasi 1. Mengucapkan
penyebab perilaku salam terapeutik
kekerasan 2. Berjabat tangan
5. Pasien dapat 3. Menjelaskan tujuan
mengidentifikasi interaksi
tanda-tanda 4. Membuat kontrak
perilaku topik, waktu dan
kekerasan tempat setiap kali
6. Pasien dapat bertemu dengan klien
menyebutkan
jenis perilaku SP 2 (Membantu pasien
kekerasan yang latihan mengendalikan
pernah perilaku kekerasan
dilakukannya dengan cara fisik ke dua
7. Pasien dapat dengan cara pukul kasur
menyebutkan dan bantal
akibat dari
perilaku SP 3 (Membantu pasien
kekerasan yang latihan mengendalikan
dilakukannya perilaku kekerasan secara
8. Pasien dapat sosial/verbal dengan cara
menyebutkan cara menolak dengan baik,
mencegah meminta dengan baik,
/mengendalikan mengungkapkan
perilaku perasaan dengan baik
kekerasannya
9. Pasien dapat SP 4 : Bantu pasien
mencegah/ latihan mengendalikan
mengendalikan perilaku kekerasaan
perilaku dengan cara spritual
kekerasannya beribadah dan berdoa
secara fisik,
spritual, sosial, SP 5: Membantu pasien
dan dengan terapi mengendalikan perilaku
psikofarmaka kekerasan dengan cara
minum obat

3 Februari Harga Setelah dilakukan Setelah dilakukan SP1 Promosi kepercayaan Memotivasi pasien
2021 jam Diri tindakan sampai dengan SP 2 diri (I. 09310) untuk memandang
09.00 Rendah : keperawatan selama Pasien dapat lebih Tindakan: dirinya secara positif
WIB Kronis 2 hari dinas percaya akan Observasi
diharapkan: kemampuannya dan 1. Identifikasi ungkapan
Harga diri tidak merasa harga verbal dan nonverbal
meningkat diri rendah yang tidak sesuai
(L. 09069) 2. Identifikasi masalah
1. Penilaian diri potensial yang dialami
positif meningkat Terapeutik:
dengan skala 5 1. Gunakan teknik
2. Perasaan mendengarkan aktif
memiliki mengenai harapan
kelebihan atau pasien
kemampuan 2. Diskusikan kekuatan
positif meningkat yang dimiliki serta
dengan skala 5 hal yang penting
3. Penerimaan 3. Diskusikan rencana
penilaian positif mencapai tujuan
terhadap diri yang diharapkan
sendiri meningkat 4. Diskusikan rencana
dengan skala 5 perubahan diri
4. Pasien dapat 5. Motivasi berfikir
mengidentifikasi positif dan
kemampuan dan berkomitmen dalam
aspek positif yang mencapai tujuan
dimiliki 6. Buat dan pilih
5. Pasien dapat keputusan prioritas
menilai untuk memecahkan
kemampuan yang masalah
dapat digunakan 7. Buat catatan pribadi
6. Pasien dapat dalam menentukan
melatih kegiatan pencapaian dan
yang dpilih sesuai menikmati setiap
dengan pencapaian
kemampuan 8. Diskusikan solusi
7. Pasien dapat dalam menghadapi
melakukan masalah
kegiatan yang 9. Diskusikan cara
sudah dilatih menangani situasi
sesuai jadwal tidak terduga secara
efektif
10. Motivasi tetap tenang
saat menghadapi
masalah dengan
kemampuan yang
dimiliki
11. Motivasi efektifitas
keputusan yang
dibuat dalam
mempengaruhi atau
memperbaiki
penilaian
Edukasi
1. Anjurkan
mengevaluasi cara
pemecahan masalah
yang dilakukan
2. Ajarkan pemecahan
masalah dan situasi
yang sulit
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
tim keperawatan
spesialis dalam
memodifikasi
intervensi

SP 1:
Mendiskusikan
kemampuaan dan aspek
positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien
menilai kemampuan
yang masih dapat
digunakan, membantu
pasien memilih/
menetapkan kemampuan
yang akan dilatih,
melatih, melatih
kemampuan yang sudah
dipilih dan menysusn
jadwal dalam rencana
harian

SP 2 :
Melatih pasien
melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
Latihan dapat dilanjutkan
untuk kemampuan lain
sampai semua
kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang
dimiliki akan
meningkatkan harga diri
pasien

5 Februari Defisit Setelah dilakukan setelah dilakukan 1. Dukungan Mengarahkan klien


2021 jam Perawata tindakan tindakan memberitahu perawatan diri(I. dalam kebersihan diri
16:00 n Diri keperawatan selama pentingnya menjaga 11348) dan meningkatkan
WIB 2 hari dinas kebersihan 2. Dukungan kemauan klien untuk
diharapkan: ,diharapkan klien perawatan diri : mandi,
perawatan diri dapat menjaga Berpakaian (I. mempertahankan
meningkat kebersihan dan 11350) kebersihan pakaian,
(L. 11103) kerapihn dir 3. Dukungan mulut, badan , rambut
1. kemampuan perawatan diri : dan kuku
mandi meningkat Mandi (I. 11352)
dengan skala 5
2. kemampuan SP 1 : Mendiskusikan
mengenakan Pentingnya kebersihan
pakaian diri, cara-cara merawat
meningkat diri dan melatih klien
dengan skala 5 tentang cara-cara
3. minat melakukan perawatan kebersihan
perawatan diri diri
meningkat
dengan skala 5 SP 2 :
4. mempertahankan Melatih klien berhias:
kenersihan diri berpakaian, kebersihan
meningkat mulut, badan, kuku,
dengan sskala 5 menyisir rambut, dan
5. mempertahankan bercukur.
kebersihan mulut
meningkat
dengan skala 5
P. Catatan perkembangan

Hari/tanggal
Dx. Kep Implementasi Evaluasi TTD
Jam
Selasa, 2 RPK SP1: S : klien mengatakan mau
(Resiko 1. Membina hubungan saling
februari 2021 berbicara dengan
Petilaku percaya
jam 16:00 Kekerasan) 2. Mengidentifikasi penyebab marah pewawancara, klien
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala
WIB mengungkapkan alasan
resiko perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi resiko perilaku klien marah dan kesal
kekerasan yang biasa dilakukan
O : Klien tampak
5. Mengidentifikasi cara mengontrol
resiko perilaku kekerasan memperhatikan
6. Melatih cara kontrol resiko
pewawancara dan dapat
perilaku kekerasan
7. Melatih cara kontrol resiko mengkuti pewawancara
perilaku kekerasan dengan cara latihan
padda saat mempraktekan
nafas dalam
8. Memberikan reinforcement positif cara mengontrol marah
kepada klien
dengan cara latihan fisik 1
9. Rencana tindak lanjut perawat
10. Menganjurkan klien memasukan (nafas dalam)
kejadwal harian
A : SP 1 tercapai
SP 2 (Membantu pasien latihan P : SP 1 dihentikan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik ke dua dengan cara pukul kasur dan S : klien mengatakan tidak
bantal mau mempraktekan
O : klien tampak tidak
bersemangat
SP 3 (Membantu pasien latihan A : SP 2 belum tercapai
mengendalikan perilaku kekerasan secara P : mengulang SP 2
sosial/verbal dengan cara menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan S: Klien tidak berespon, tidak
perasaan dengan baik dapat mengungkapkan
pada pewawancara
SP 4 : Bantu pasien latihan mengendalikan O : Klien tampak diam,
perilaku kekerasaan dengan cara spritual memperhatikan
beribadah dan berdoa pewawancara
A : SP 3 belum tercapai
P : Mengulang SP 3

S : Klien mengatakan selalu


berdo’a setiap shalat
SP 5: Membantu pasien mengendalikan O : klien tampak
perilaku kekerasan dengan cara minum obat mempraktekan dan
mengungkapkan isi do’a
nya
A : SP 4 tercapai
P : SP 4dihentikan

S : klien mengatakan selalu


rutin minum obat
O : klien menjelaskan dengan
suara tinggi kemudian
meninggalkan wawancara
A : SP 5 tercapai
P : SP 5 dihentikan
Rabu, 3 Harga Diri SP 1: S : klien mengatakan tidak
Februari 2021 Rendah Kronis Mendiskusikan kemampuaan dan aspek bisa apa-apa
jam 09.00 positif yang dimiliki pasien, membantu pasien O : klien berbicara pelan,
WIB menilai kemampuan yang masih dapat klien membandingkan
digunakan, membantu pasien memilih/ warna kulit dirinya
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, dengan kulit
melatih, melatih kemampuan yang sudah pewawancara, klien
dipilih dan menysusn jadwal dalam rencana memuji pewawancara
harian dan merendahkan dirinya
A : SP 1 Belum teratasi
SP 2 : P : Mengulang SP 1
Melatih klien melakukan kegiatan lain yang
sesuai dengan kemampuan klien. Latihan
dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain
sampai semua kemampuan dilatih. Setiap S : klien tidak berespon
kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan O : klien tampak diam dan
harga diri klien memalingkan muka
A : SP 2 Belum teratasi
P : Mengulang SP 2

S : klien mau berbicara


kegiatan apa saja yang
dapat dilakukan
O : klien tidak Kooperatif
hanya diam saja (-)
Kamis, 4 tatapan muka
februari 2021 A : SP 1dan 2 Belum teratasi
jam 10:00 P : Mengulang SP 1 dan SP
2
S : klien mau berbicara dan
menyanyi di depan
pewawancara
O : klien dapat menjawab
pertanyaan pewawancara,
klien tampak memahami
apa yang dijelaskan
pewawancara
A : SP 1dan 2 tercapai
P : SP 1 dan SP 2
dihentikan
Jum’at, 5 Defisit SP 1 : Mendiskusikan Pentingnya kebersihan S: klien mau di suruh mandi
Februari 2021 Perawatan Diri diri, cara-cara merawat diri dan melatih klien
O: klien terlihat langsung
jam 16:00 tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
mandi dan kramas,
WIB mencuci baju bekai pakai
SP 2 :
dan memakai pakaian
Melatih klien berhias: berpakaian, kebersihan
sesuai
mulut, badan, kuku, menyisir rambut, dan
bercukur. A : masalah

teratasi

sebagian

P : lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai