Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA UTERNIE FETAL DEATH (IUFD) PADA KLIEN Ny. S


DI RUANG PONEK RS. CIREMAI KOTA CIREBON
2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Dosen Pembimbing
TIM

Oleh:
MASLIKAH
JNR0200112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020 – 2021
A. Konsep Dasar Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

I. Pengertian

Menurut Whord Helth Organitation (WHO) dan The American College Of


Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah yang mati
dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam
kandungan merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, atau infeksi. (Sarwono, 2012). Sedangkan menurut (Agustina.2014) yang
dimaksud kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan
lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau
lebih. Umumnya kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia
kehamilan sudah memasuki delapan bulan.

Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda


kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau
Intra Uterine Fethal Death (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan
dibawah dua puluh minggu maupun sesudah kehamilan dua puluh minggu.
(Rosfanty.2012)

1. Sebelum dua puluh minggu kematian janin dapat terjadi dan biasanya
berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak
dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
2. Sesudah dua puluh minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak
kehamilan dua puluh minggu dan seterusnya. Apabila wanita hamil tidak
meraskan gerakan janin dapat dicurigai terjadi kematian janin dalam rahim.
II. Etiologi (Agustina, 2015)
1. Faktor plasenta :
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor Ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklamsi dan eklamsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor Intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Partus macet
d. Persalinan presiptatus
e. Persalinan sungsang
f. Obat-obatan
4. Faktor Janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor Tali Pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Tali pusat pendek

Kecuali itu ada sebagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin
dalam kandungan, diantaranya :

1) ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.


Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara ayah
rhesus positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan menjadi rhesus
positif. “Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan
rhesus”.
2) Ketidakcocokan Golongan Darah antara Ibu dan Janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. “Yang kerap terjadi antara
golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolngan darah O atau
sebaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dengan
janin akan saling mengalir melalui plasenta. Bila darah janin tidak cocok
dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodynya.
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya
dapat terjadi hidrop sfetalis suatu reaksi imunologis yang menimbulkan
gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akiabat
terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan
kulit janin, penumpukan cairan pada rongga dada atau ronngga jantung dan
lain-lain. Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh
janin akan membengkak.”Bahkan darahnya pun bisa bercampur air.”
Biasanya kalau sudah demikian janin tidak akan tertolong lagi. Hidrops
fetalis merupakan manifestasi dari bermacam penyakit bisa karena kelainan
darah, rhesus atau kelainan genetik.“Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis,
maka tak ada manfaatnya kehamilan dipertahankan.Karena janinnya pasti
mati.”Sayangnya, seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang mati
tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops fetalis.“Padahal
dengan mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada
kehamilan berikutnya.”
3) Gerakan janin berlebihan
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi
gerakan satu arah saja. Karena gerakannya berlebihan, maka tali pusat yang
menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat
terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalir ke plasenta bayi jadi
tersumbat. “kalau janin sampai memberontak, yang ditandai dengan
gerakan “liar” biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi,
entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus
segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan
janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya
riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu
jangan berlebihan. “sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat
makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relative
kekurangan”
4) Berbagai Penyakit pada Ibu Hamil
Salah satu contohnya preeklamsia dan diabetes.Itulah mengapa pada ibu
hamil perlu dilakukan Cardiotopogravi (CTG) untuk melihat kesejahteraan
janin dalam rahim.
5) Trauma saat Hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta atau plasenta
terlepas. Trauma terjadi, misalnya karena benturan pada perut, entah karena
kecelakaan atau pemukulan.“Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh
darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta ataau plasenta
lepas sebagian. Akhirnya aliran ke bayi pun jadi tak ada.
6) Infeksi pada Ibu Hamil
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat
bakteri maupun virus. “Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa
menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya”
7) Kelainan Bawaan Bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa
mengakibatkan kematian di kandungan.

III. Manifestasi Klinis UIFD (Agustina, 2015)

1. Kematian janin dapat di bagi menjadi empat golongan :


a. Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai dua
puluh minggu penuh.
b. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil dua puluh minggu hingga
dua puluh delapan minggu.
c. Golongan III : Kematian sesudah kehamilan lebih dari dua puluh
delapan minggu (Late Fetal Death).
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan diatas.
2. Jenis-jenis pertolongan perslainan untuk janin mati
a. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronitomi

Perforasi kronitomi merupakan tindakan beruntung yang


dilakukan pada bayi yang meninggal didalam kandungan untuk
memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya
menarik kepala janin (dengan kronitomi) tindakan ini dapat
dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan
persalinan kepala. Dengan kemajuan pengawasan antenatal yang
baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik, maka tindakan
proferasi dan kronitomi sudah jarang dilakukan (Agustina, 2011).
Bahaya tindakan proferasi dan kronitomi adalah perdarahan
infeksi, trauma jalan lahir dan yang paling berat rupture uteri
pecah/robeknya jalan lahir).

3. Pertolongan persalinan dengan dekapitasi


Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit
untuk dapat lahir normal pervaginam. Kegagalan pertolongan pada letak
lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin
tidak layak dilakukan dengan section seesarea kecuali pada keadaan
khusus seperti plasnta previa totalis, kesempitan panggul absolute.
Persalinan dilakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong
leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat dilahirkan.
A. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
a. Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan
lebihdahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin
kecil untuk selanjutnya dilahirkan.
b. Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja
diruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang
selalu mengancam adalah perdarahan, infeksi dan trauma jalan
lahir dengan pengawasan antenatal yang baik, situasi kehamilan
dengan letak lintang selalu dapat diatasi dengan versi luar. Atau
sectsio sesaria.
B. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang
selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan
bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila
diperlukan pada keadaan gangguan perslainan bahu pada anak yang
besar.
IV. Penatalaksana

1. Ibu tidak merasakan gerakan janin


Diagnosis :
a. Nilai denyut jantung janin
b. Bila ibu mendapatkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat,
kemudian nilai ulang
c. Bila denyut jantung janin abnormal, lihat penatalaksanaan denyut
jantung janin abnormal.
d. Bila denyut jantung janin tidak terdengar, pastikan adanya kematian
janin dengan stetoskop (Doppler)
e. Bila denyut jantung janin baik, berarti bayi tidur
f. Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) atau dengan
menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila
denyut jantung janin meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan
janin, maka janin dapat dikatakan normal.
g. Bila denyut jantung janin cenderung turun saat janin bergerak, maka
dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Diagnosis :
a. Gejala dan tanda selalu ada kadang-kadang ada diagnosis kemungkinan
b. Gerakan janin berkurang atau hilang
c. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
d. Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu
e. Uterus tegang/kaku
f. Gawat janin atau denyut jantung janin tidak terdengar
g. Solusio plasenta
h. Gerakan janin dan denyut jantung janin tidak ada
i. Perdarahan
j. Nyeri perut hebat/syok
k. Perut kembung/cairan bebas intra abdominal
l. Kontraksi uterus abnormal
m. Abdomen nyeri
n. Denyut nadi ibu cepat
o. Rupture uteri
p. Gerakan janin berkurang atau hilang
q. Denyut jantung janin abnormal (<100 x/menit/>160 x/menit)
r. Gerakan janin/ denyut jantung janin hilang. Tanda-tanda kehamilan
berhenti
s. Tinggi fundus uteri berkurang
t. Kematian janin

V. Komplikasi

1) Syok berat dapat terjadi bila waktu antara kematian janin dan perslinan
cukup lama
2) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3) Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari dua
minggu

VI. Diagnosa Banding Menurut (Agustina. 2011)


1) Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin
sangat berkurang.Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan
bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.
2) Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin , yang biasanya dapat terlihat terutama
pada ibu yang kurus
3) Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba
gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi
pada tulang kepala janin
4) Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoralmaupun dengan deptone akan terdengar
denyut jantung janin
5) Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
- Tainda Nojosk : Adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
- Tanda Gerhard : Adanya hiperekstensi kepala dan tulang leher janin
- Tanda Spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin
- Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat
-
6) Ultrasonografi
Tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin
B. Pengkajian
1. Wawancara
a. Anamnesis

Ditanyakan mengenai usia, tanya jawab yang dilakukan oleh bidan dan

dengan klien, keluarga atau tim kesehatan lainnya. Data yang dikumpulkan

mencakup semua keluhan klien tentang masalah kesehatan kebidanan yang

dialami oleh klien.

Menurut Agustina 2015 gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien

dengan IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin

dalam kandungan.

1) Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan data

yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah melihat memperhatikan

sesuatu pada pemeriksaan fisik.Pada saat observasi juga dilakukan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi.Pemeriksaan fisik pada klien dilakukan dari

ujung kaki sampai ujung rambut.

2) Pengelolahan data dan pengelompokan data

a. Data subjektif

Termasuk dalam data subjektif adalah data yang berhubungan dengan

klien melalui pengamatan tidak langsung yang berkaitan dengan identitas

klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat menstruasi, riwayat


kehamilan, riwayat persalinan dan nifas yang lalu, riwayat ginekology,

pengetahuan, pendidikan, dukungan keluarga, serta keadaan psikososial dan

cultural.

Menurut Agustina 2015, diagnosis ditegahkan berdasarkan gejala dan

hasil pemeriksaan fisik, klien mengatakan nyeri pada pinggang dan perut

bagian bawah, serta janinnya tidak bergerak sejak tiga hari yang lalu.

b. Data Objektif

Termasuk dalam data ini adalah data yang berhubungan dengan

intervensi langsung oleh tenaga medik, berupa keadaan umum, tinggi badan,

tanda-tanda vital, keadaan fisik obstetrik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi

dan perkusi.

2. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi

Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat

terutama pada ibu yang kurus

2. Palpasi

Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak

teraba gerakan janin.Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya

krepitasi pada tulang kepala janin.

3. Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan deptone tidak

terdengar denyut jantung janin


4. Reaksi Kehamilan

Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati

dalam kandungan.

Data yang dikelompokan adalah hasil pemeriksaaan laboratorium, USG

dan lain-lain. Menurut Agustina 2015, USG adalah untuk memastikan

kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda

kehidupan serta pemeriksaan HCG urine menjadi negatif.

3. Pemeriksaan Diagnostik
1. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Pada tahap ini merupakan pengembangan dari interpretasi data

dalam identifikasi yang spesifik (khusus) mengenai masalah atau

diagnosa masalah yang lebih sering berhubungan dengan apa yang

dialami oleh klien dan diagnosa yang ditetapkan dan sering di identifikasi

oleh bidan dengan berfokus pada hasil penuturan klien secara individu.

Diagnosa merupakan hasil analisa dan perumusan masalah yang

diputuskan oleh bidan dan menetapkan diagnosa, bidan menggunakan

pengetahuan professional sebagai dasar arahan untuk mengambil

tindakan. Diagnosa kebidanan sebagai dasar tindakan untuk mengatsai

ancaman kehidupan klien (Depkes RI)

Menurut Agustina 2015, gambaran yang diperoleh pada masalah

aktual antara lain


1) Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu

2) Gawat janin atau denyut jantung janin tidak terdengar

3) Solusio plasenta

4) Perdarahan

5) Nyeri perutt hebat

2. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosa kebidanan

adalah masalah yang mungkin akan timbul dan bila tidak segera diatasi

akan mengancam keselamatan klien. Identifikasi adanya diagnosa atau

masalah potensial dari diagnosa atau masalah aktual. Masalah aktual

merupakan persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi (Depkes RI)

Menurut Agustina 2015, Masalah potensial dapat terjadi antara lain :

1) Syok berat dapat terjadi bila waktu antara kematian janin dan

persalinan cukup lama.

2) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

3) Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari

dua minggu
3. Analisis Data

Identifikasi dan analisa data dasar merupakan langkah awal dari asuhan

kebidanan, langkah ini merupakan kemampuan berfikir yang harus

dimiliki sejak dini, langkah ini merupakan langkah dasar dari langkah

berikutnya, kegiatan yang dilaksankan pada kegiatan ini adalah

1. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data harus menggali data atau fakta,

informasi baik dari klien maupun keluarga dan tim kesehatan.

Adapun beberapa cara yang digunakan dalam pengumpulan data :

a. Anamnese/wawancara

Adalah Tanya jawab yang dilakukan antara bidan dan klien,

keluarga dan tim kesehatan lainnya, selama penulis melakukan

pengkajian tidak mendapat hambatan karena ibu sangat terbuka

dan aktif dalam memberikan keterangan, adapun data selama

pengkajian adalah Ny “S” umur 34 tahun, G.III P.I A.1 dengan

IUFD.

b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dilakukan melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi serta pemeriksaan fisik dimulai dari ujung rambut

sampai kaki, agar data yang dikumpulkan menjadi akurat.


2. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar, mulailah

pengolahan data serta analisa seluruh data dan di interpretasikan serta

dikelompokan menjadi 2 yaitu :

Data Subyektif

 Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ke III

 Ibu mengatakan Keguguran 1 x

 Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir

 Ibu menngeluh lemas

 Ibu mengeluh pusing

 Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

 Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan sekarang

Data objektif

 G.III P.I A.I

 Adanya nyeri tekan pada daerah pinggang dan perut bagian bawah

 Ekspresi wajah nampak muram

 Konjungtiva pucat

 Nampak pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan

 Ekspresi wajah ibu nampak cemas dan tidak tenang


 Ibu sering menanyakan keadaannya dirinya

 Observasi tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Suhu : 370C

Nadi : 80 x / menit

Pernapasan : 20 x / menit

 Pemeriksaan Laboratorium

HB : 7,5 gr %

DDR : (-) Negative

Leokosit : 3,8 103/mm3

Trombosit : 386 103/mm3

 Pemeriksaan USG, hasil : belum ada

Step II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Adapun diagnosa/masalah aktual yang dapat di identifikasi pada Ny. “S” adalah :

1) G.III P.I A.I hamil 33 minggu dengan IUFD

2) Anemia Sedang

3) Nyeri Abdomen

4) Kecemasan

Step III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial


Berdasarkan hasil perumusan diagnosa atau masalah actual diharapkan inpartu kala

II dengan IUFD pada Ny. s dapat berlangsung dengan baik, namun perlu

diantisipasi masalah potensial yang dapat timbul yaitu : terjadinya infeksi pada ibu.

Step IV. Tindakan Emergency dan Kolaborasi

Tindakan emergency tidak dilakukan tetapi melakukan tindakan :

 Tindakan Kolaborasi di lakukan oleh bidan dengan dr. SpOG dan Petugas Lab,

Hasil :

- dr. SpOG :

1) Pemasangan infuse cairan RL 20 tetes/menit

2) Pemberian gastrul ¼ tablet / 6 jam / vagina

3) Amoxillin 3 x 1 kap

- Petugas Lab :

1) HB : 7,5 gr %

2) DDR : (-) Negative

3) Leokosit : 3,8 103/mm3

4) Trombosit : 386 103/mm3

Tindakan Mandiri : Mengobservasi tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Suhu : 370C

Nadi : 80 x / meni
Pernapasan : 20 x / menit

4. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jalan


lahir.
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan bayi klien
3. Cemas berhubungan dengan tindakan curetage
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri Manajemen Nyeri 1. Mengarahkan S : Pasien
nyeri berkurang atau hilang
berhubungan dengan trauma relaksasi, mengatakan nyeri
jalan lahir. a. Lakukan pengkajian menurunkan pada abdomen
nyeri secara tegangan otot dan O : Skala Nyeri 4
menyeluruh meliputi meningkatkan A : Nyeri Akut
lokasi, durasi, kooping P:
kualitas, keparahan 2. Mengarahkan 1. Perhatikan adanya
nyeri dan faktor kembali perhatian keluhan
pencetus nyeri. dan membantu peningkatan atau
b. Observasi dalam relaksasi menetapnya nyeri
ketidaknyamanan otot abdomen dan
non-verbal 3. Membantu punggung bawah
c. Ajarkan untuk mengurangi rasa 2. Ajarkan teknik
teknik nyeri distraksi dan
nonfarmakologi 4. Analgetik relaksasi
misal : relaksasi, diberikan untuk 3. Istirahatkan atau
guide imajiner, mengurangi nyeri atur posisi pasien
terapi musik,
distraksi. senyaman mungkin
d. Kendalikan faktor 4. Berikan atau
lingkungan yang edukasikan
dapat mempengaruhi tindakan nyaman
respon pasien seperti pijatan
terhadap punggung
ketidaknyamanan 5. Kolaborasi dengan
misal suhu, tim medis
lingkungan, cahaya, pemberian obat
kegaduhan. analgesik
e. Kolaborasi :
I : Pasien dapat
pemberian analgetik
mengontrol nyeri
sesuai indikasi.
E : Pasien belum
mampu mengontrol
nyeri
R : Pertahankan
Intervensi

2. Berduka berhubungan dengan pasien dapat melalui proses Tahap penyangkalan a. Tingkatkan S : Pasien
kehilangan bayi klien berduka secara normal dan (memberikan kesadaran pasien mengatakan dirinya
sehat kesempatan untuk secara bertahap, merasa kehilangan
mengungkapkan siap mental (berduka)
perasaan) O : Pasien nampak
a. Dorong pasien tidak tenang dan
mengungkapkan gelisah
perasaan duka A : Berduka
b. Dengarkan pasien (Kehilangan)
dengan penuh P:
pengertian, jangan 1. Berikan dorongan
menghukum atau dan berikan waktu
menghakimi untuk
c. Jelaskan bahwa mengungkapkan
sikap pasien wajar pikiran dan
terjadi dengarkan
d. Beri dukungan keluhannya
nonverbal : 2. Jelaskan semua
memegang tangan, prosedur dan
menepuk bahu pengobatan
e. Jawab pertanyaan 3. Berikan dorongan
pasien dengan spritual
bahasa sederhana,
I : Pasien dapat
jelas dan singkat
tenang dan tidak
f. Amati respon
berduka
pasien selama
E : Pasien belum
berbicara
dapat tenang dan
g. ingkatkan kesadaran
masih terlihat
pasien secara
berduka
bertahap
R : Pertahankan
Intervensi

3. Cemas berhubungan dengan Tingkat Ansietas menurun Reduksi Anxietas 1. Mengetahui S : Pasien
Observasi
tindakan curetage 1. Tingkat ansietas 1. sejauh mana mengatakan dirinya
Identifik
menurun asi saat tingkat tingkat kecemasan cemas akan
2. Harga diri terpenuhi anxietas berubah
3. Proses informasi yang dirasakan dilakukan nya
(mis. Kondisi,
4. Tingkat pengetahuan waktu, stressor) oleh klien sehingga tindakan operasi
2. Identifik
memudahkan O : Pasien nampak
asi kemampuan
mengambil dalam tindakan tidak tenang dan
keputusan
3. Monitor selanjutnya gelisah
tanda anxietas
2. Pasien A : Ansietas
(verbal dan non
verbal) merasa ada yang P :

Terapeutik memperhatikan 4. Kaji tingkat


sehingga aman kecemasan
1. Ciptakan suasana 
terapeutik untuk dalam segala hal 5. Berikan dorongan
menumbuhkan tindakan yang dan berikan waktu
kepercayaan
2. Temani pasien diberikan untuk
untuk mengurangi 3. Pasien mengungkapkan
kecemasan , jika
memungkinkan memahami dan pikiran dan
3. Pahami situasi mngerti tentang dengarkan
yang membuat
anxietas prosedur tentang keluhannya
4. Dengarkan dengan sehingga mau 6. Jelaskan semua
penuh perhatian
5. Gunakan berkerjasama prosedur dan
pedekatan yang dalam pengobatan
tenang dan
meyakinkan perawatannya 7. Berikan dorongan
6. Motivasi spritual
mengidentifikasi Bahwa segala
situasi yang
memicu tindakan yang I : Pasien dapat
kecemasan diberikan untuk tenang dan tidak
7. Diskusikan proses penyembuhan cemas
perencanaan 
penyakitnya, masih E : Pasien belum
realistis tentang
peristiwa yang ada yang berkuasa dapat tenang dan
akan datang.
menyembuhkan masih terlihat cemas
yaitu Tuhan Yang R : Pertahankan
Edukasi
Maha Esa. Intervensi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap
bersama pasien,
jika perlu
4. Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
anti anxietas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

riana, A. (2015). Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru . Associated Hb and
Parity with the Incidence of Intra Uterine Fetal Death (IUFD) General Hospital
Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(05), 20–25.

Maryunani,anikdanyulianingsih. 2012. AsuhanKegawat DaruratandalamKebidanan.


Jakarta :CV.Trans Info Media.

Prawirohardjo,sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Bina Pustaka.

Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan).Jakarta:TIM 4 Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2009.Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rahayu, E. B. (2015). RESPON DAN KOPING IBU DENGAN KEMATIAN


JANIN : STUDI GROUNDED THEORY. Retrieved from
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-10/126756-Esti Budi Rahayu.pdf

Sari, R. A. (2015). PENGALAMAN KEHILANGAN (LOSS) PADA IBU


PREEKLAMPSI YANG KEHILANGAN BAYINYA. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/47270/1/bagian_awal-bab_3.pdf

Farrer, Helen. 2001. Keperawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Bobak, Lowdermilk, Jense. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.


Jakarta : EGC
Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2013). Maternity Nursing 8th
Edition. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai