Anda di halaman 1dari 15

 

MAKALAH TENTANG
IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Chrisna Wahyu R. 6. Lia Sari


2. Dian Kurniawan 7. Imam Abdan Shiddiq
3. Ericha Endrianti 8. Sena Bayu Putra
4. Ferdy Bayu Saputra 9. Trianti Rusmia Anggraeni
5. Andri Kurniawan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2020/2021
Tinjauan Kasus

Pengertian IUFD
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal
Death (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun
sebelum kehamilan dua puluh minggu. (Rosfanty. 2009) Menurut Whord Helth Organitation
(WHO) dan The American College OfAhli Obstetri dan Ginekolog yang disebut kematian
janin adalah yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian
janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam kandungan
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. (Sarwono,
2009). Sedangkan menurut (Agustina.2011) yang dimaksud kematian janin adalah kematian
yang terjadi saat kehamilan sudah dari 20 minggu dimana janin mencapaiukuran 500 gram
atau lebih. Umumnya kematian terjadi menjelang satusia kehamilan sudah memasuki delapan
bulan.
Penyebab
IUFD terjadi tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna
(kehamilan tanpa komplikasi). Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
kejadian IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor kelainan tali pusat (termasuk plasenta)
(Winkjosastro, 2005). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya IUFD, di antaranya :
 
1. Faktor Plasenta
a. Insufisiensi plasenta 
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa

2. Faktor Ibu
a. Diabetes mellitus 
b. Preeklamsi dan eklamsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Kapal
f. penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatibilitas rhesus 
j. AIDS
3. Faktor Intrapartum
a. sebelum antepartum 
b. Partus lama
c. Partus macet
d. Persalinan presiptatus
e. Persalinan sungsang
f. Obat-obatan

4. Faktor Janin 
a. Prematuritas 
b. Postmaturitas
c. kelainan bawaan
d. otak

 Adapun menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
1) 50% kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
2)  Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan dengan
peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang sesuai akan
mengurangai risiko IUFD.
3) komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat Menyebabkan
kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan,
tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar
monokorionik/monoamn iotik sebelum usia gestasi 32 minggu.
4) Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian janin
untuk Mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus
ditemukannya abnormalitas janin struktural. Keberhasilan analisis sitogenetik
menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis dilakukan
untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik.
5) janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu) dapat
menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan, tetapi
biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 mL). Pada kondisi yang jarang, perdarahan
janin-ibu mungkin b ersifat masif. Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam) mendukung
perkiraan volume darah janin dalam sirkulasi ibu.
6) Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan klitidak ada
yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan
trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa
tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan.
7) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlitopi pada
pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histologi terhadap janin, plasenta/selaput
janin, dan tali pusat akan membantu.

Tanda gejala
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin Diagnosa:
a. Nilai jantung janin
b. Bila ibu mendapatkan obat penenang, tunggu pengaruh obat, kemudian nilai ulang
c. Bila denyut jantung janin abnormal, lihat penatalaksanaan denyut jantung janin
tidak normal
d. Bila jantung janin tidak terdengar, pastikan adanya kematian janindengan
stetoskop (Doppler)
e. Bila denyut jantung janin baik, berarti bayi tidur
f. Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) dengan menggoyangkan perut ibu
sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila denyut jantung janin meningkat
frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan biasa.
g. Bila detak jantung janin cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat Kunci
adanya gawat darurat.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi


Diagnosa:
a. Gejala dan tanda selalu ada kadang-kadang ada diagnosis kemungkinan
b. Gerakan janin berkurang atau hilang
c. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
d. pervaginam sebelum hamil 22 minggu
e. Rahim tegang/kaku
f. Gawat janin ataudenyut jantung janin tidak terdengar
g. Solusio plasenta
h. Gerakan janin dan detak jantung janin tidak ada
i. Nyeri perut hebat/syokk
j. Perut kembung/cairan bebas intra abdominal
k. Kontraksi uterus abnormal
l. nyeri perutn.
m. Denyut nadi ibu cepat
n. ruptur uteri 
o. Gerakan janin berkurang atau hilang
p. Denyut jantung janin abnormal (<100 x/menit/>160 x/menit)
q. Gerakan janin/ denyut jantung janin hilang. Tanda-tanda berhentis.
r. Tinggi fundus uteri berkurang
s. Kematian janin

3. Perubahan payudara ibu


4. tekanan darah turun drastis
5. Ukuran rahim mengecil
6. Payudara mengeluarkan kolostrum
7. Kantung janin ada gas dan janin tumpang tindih
8. Berat badan ibu menurun.
9. Tulang kepal kolaps.
10. USG: merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikankematian
janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan.
11. Catatan: pemeriksaan radiologi dapat menimbulkan masalah dan tidak perlu. Bila
dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut:
- Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain
- Tulang belakang mengalamihiperfleksi
- Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
- Edema disekitar tulang kepala.
12. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah
kematian janin.

Faktor resiko
Etiologi Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor ibu, janin, ata au kelainan patologik plasenta
(Prawirohardjo,2014:733)Kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
1) faktor ibu, meliputi: umur, kehamilan post term (> 42 minggu) dan penyakit yang
diderita oleh ibu seperti anemia, preeklampsia, eklampsia, diabetes mellitus, rhesus
isoimunisasi, infeksi dalam kehamilan, Ketuban Pecah Dini (KPD), ruptura uteri,
hipotensi akut ibu. 
2) Faktor plasental antara lain kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban. pecah dini,
vasa previa.
3) Faktor janin antara lain adalah hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan
kongenital, kelainan genetik, infeksid.
4) Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intrauteri meningkat padausia ibu
>40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat ibu dengan berat
badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum)
5) Usia diatas 35 tahun membahayakan 40-50 % terjadi IUFD
6) Merokok selama kehamilan
7) Kelebihan berat badan (IMT 25-29,9) memiliki resiko 2x lipat akan terjadinya IUFD
dibandingkan wanita dengan IMT < 19,9h.
8) Faktor sosial seperti status sosio ekonomi dan edukasi rendah

Jenis-jenis
Kematian janin dapat di bagi menjadi empat golongan :
a) Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai dua puluh minggu penuh.
b) Golongan II : kematian sesudah ibu hamil dua puluh minggu hingga dua puluh
delapan minggu.
c) Golongan III : Kematian sebelum kehamilan lebih dari dua puluh delapan minggu
(Kematian Janin Akhir).
d) Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

Patofisiologi
Kematian janin dalam kandungan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) juga bisa terjadi
karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut
menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan
janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu
pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan
Fe dampak pada janin adalaah irefersibel. Kerja organ-organ maupun aliran darah janin tidak
seimbang dengan pertumbuhan IUGR.
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada Kehamilan yang telahlanjut,
maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemaskembali.
2) Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh inimula-mula terisicairan
jernih, tapi kemudian menjadi merah coklat.
3) Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mengungkapkan udara ketuban
menjadimerah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4) Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat
lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar di bawahkulit.

2. Adaptasi fisik dan psikologis ibu dengan IUFD


 Hormonal
- Hormon plasenta
Keluarnya plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon ini menurun dengan cepat sehingga menyebabkan kadar
guladarah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7
post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke 3 post partum.
- Hormon hipofisis
Hormon prolaktin, FSH, LH. Hormon prolaktin darah meningkat
dengancepat, pada wanita tidak menyusui menurun d alam waktu 2
minggu. Hormon satu prolaktin berperan dalam payudara baik untuk merang sang
produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
- Hipotalamik hipofisis ovarium
Hipotalamik hipofisis ovarium akan mempengaruhi pengaruh mendapatkan
menstruasi pada wanita yang sedang menyusui maupun yang tidak
menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu
melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca
melahirkan. Sedangkan padawanita yang tidak sedang menyusui, akan
mendapatkan menstruasi beriksar 40% setelah6 minggu pasca melahirkan dan
90% setelah 24 minggu.
- Hormon oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot rahim
dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon ksitosin
berperandalam mencegah dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Selain itu, lancarnya pengeluaran ASI juga dipengaruhi
oleh hormone oksitosin.
- Hormon prolactin
Hormone prolaktin bekerja sebagai perangsang produksi ASI.
- Hormon Progesteron dan Estrogen
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang
tinggikan hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan
volumedarah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus
yangmengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal
inimempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum, dan vulva serta vagina

 Sistem Reproduksi
Adapun sistem reproduksi yang mengalami perubahan yakni :
- Involusi Rahim
- Involusi tempat Plasenta
- Perubahan Ligamen, serviks, lokia, vulva, vagina, dan perineum

 Adaptasi Psikologis
Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi
meskipunkematian yang terjadi saat kehamilan. Berduka adalah respon psikologis
terhadap kehilangan. Proses sure sukhaeha itu normal, dantugas sure sukhae penting
agar sure sukhae tetap normal. Kegagalan pada tugas sure sukha, biasanya disebabkan
oleh keinginan untukmenghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta ekspresi
yang penuh emosi. Kadang-kadang menyebabkan reaksi sure
sukahaeabnormal patologis.Seorang ibu hamil yang kehilangan anaknya pasti
mengalami proses sure sure, secarafisik dan psikologis terganggu. Secara psikologis,
ibu yang pada awalnya sudah siapkan diri untuk bertemu dengan bayi yang
telah dikandungnya selama 9 bulan,tiba tiba harus sure berduka dan menerima
kenyataan bahwa bayinya sudah tidak hiduplagi. Sehingga, kondisi psikologis ibu
terganggu.
Ada 3 tahappada proses berduka ini:
- Syok
Ini merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Ibu, ayah dan
keluargalain pasti mengalami syok. Manifestasi perilaku dan perasaan
meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, pu tus asa, ketakutan, ansietas, rasa
bersalah, kesepian, kesepian, kesepian, kesepian, mati rasa, introversi
(memikirkandirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran,
kewaspadaanakut, kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri,
berkhianat, frustasi,memberontak, dan kurang konsentrasi.
- Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap kehilangan dan
upayaterhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Sakit
karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dan memanjang dalam ingatan
setiaphari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Dalam hal ini, ibu pasti
merasakan yang teramati dalam, sehingga penting untukmengekspresikan emosi
yang penuh untuk resolusi yang sehat
- Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini,
seseorangyang menerima kehilangan kehilangan, penyesuaian telah komplet dan
individukembali berfungsi secara penuh. Tanggung jawab utama petugas
kesehatanadalah membagi informasi pada orangtua. Selain itu, harus mendorong
danmenciptakan lingkungan yang aman untuk memanfaatkan emosi suree
sukha. Jika kehilangan pada awal kehamilan. Bidan dapat dipanggil
untuk keikutsertaan dalam perawatan.

3. Manajemen laktasi padaibu dengan IUFD


Salah satu cara mengatasinya adalah dengan melilitkan kain atau stagen selamat 72
jam.Lalu observasi keluaran ASI yang terjadi.

4. Respon kehilangan
Brier (2004) menambahkan bahwa Kehilangan kehamilan  termasuk didalamnya
peristiwaIUFD, selain itu menimbulkan respons suree sukha sukha merupakan sebuah
stresor psikososial bagi ibu yang dapat mengakibatkan ketidaknyaman amanan dan
perasaan sedih dan mendalamhingga gangguan pandangan terhadap kehamilan
selanjutnya Schneider pada tahun 1984 mengklasifikasikan dimensi proses sure sure
menjadilima bagian, yaitu
1. Respon Kognitif terhadap Dukacita penderitaan saat suree sueekee beberapa hal
merupakan akibat gangguan kepercayaan. Asumsi dan keyakian dasar tentang
makna dan tujuan hidup terganggu, bahkan mungkin hancur.
Perubahan lain dalam pemikiran nilai- nilai yang dimiliki, menjadi
lebih bijaksana, menghilangkan ilusi tentang keabadian diri, memperhatikan duni
secara lebih realistis, dan kembali keyakinan keyakinan atau keyakinan spiritual.
Percaya pada kehidupan akhirat dan percaya bahwa orang yang meninggal
menjadi pembimbing pribadi merupakan tanggapan kognitif yang berfungsi memp
ertahankankeberadaan orang yang meniggal. Metode mempertahankan
keberadaan orang yangmeninggal membantu mengurangi kehilangan ketika
individu terus memahami realistis kehilangan.
2. Respon Emosional
Respons emosional terlihat pada semua fase proses dukacita menurut Bowlby.
Selama fase mati rasa, respon awal yang umum terhadap kehilangan kehilangan
adalah perasaan syok, seolah-olah tidak dapat menyadari kehilangan
kehilangan. Pada fase kedua, kerinduandan pencarian, realitas mulai muncul dan
individu yang mempertanyakansedih, penderitaa yang besar dan menangis. Dalam
keadaan putus asa, tapimemiliki keinginan kuat untuk mengembalikan dengan
individu yang meninggal, mendorong individu yang khawatir untuk memeriksa
dan menemukan dirinya. Suara, pengelihatan, dan aroma yang terkait dengan
individu yang meninggal diinterpretasisebagai tanda-tanda keberadaan orang yang
meninggal dan merupakan hiburan bagi klien danmenimbulkan harapan untuk
bertemu kembali. Selama fase disorganisasi dankeputusasaan, individu yang
khawatir mulai memahami kehilangan bahwa tetap ada.
pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang terkait kehidupan dengan orang yang 
telahmeninggal perlu diubah. Saat semua harapan kembalinya orang yang
meninggal telahhilang, individu pasti mengalami waktu depresi, apatis atau putus
asa. Pada fasereorganisasi akhir, individu yang suree sukha mulai membangun
kembali rasa identitas personal, arah dan tujuan hidup, rasa mandiri dan percaya
diri dirasakan. Dengan mencobadan menjalankan peran dan fungsi yang baru
ditetapkan, individu yang berduka menjadikuat pribadinya. Pada fase ini, orang
yang meninggal masih dirindukan, tetapimenjelaskannya tidak lagi menimbulkan
perasaan sedih.
3. Respon Rohani
Memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka merupakan aspek
asuhankeperawatan yang sangat penting. Respon emosional dan spiritual klien
saling terikatketika klien mengalami penderitaaan.
4. Respon Perilaku
Perawat mengenali perilaku yang umum saat berduka, hal tersebut akan
memberikan bimbingan pendukung untuk mengkaji keadaan emosional dan
kognitif klien secara garis besar. Dengan mengamati individu yang berduka saat
melakukan fungsi secara otomatisatau rutin tanpa banyak pemikiran dapat
menunjukan bahwa individu tersebut beradadalam fase mati rasa proses berdua
realistis kehilangan belum terjadi. Menangis terisak, menangis tidak terkontrol,
sangat gelisah, dan perilaku mencari adalah tanda kerinduandan pencarian figur
yang hilang.
5. Respon Fisiologis
Klien dapat mengeluh insomnia, sakit kepala, gangguan nafsu makan, berat
badanturun, tidak bertenaga, palpitasi dan gangguan pencernaan, serta perubahan
sistem imundan endokrin. Isolasi sosial juga merupakan tindakan yang dilakukan
oleh ibu yang khawatir karenakematian janinnya. Ibu orang lain di sekitarnya
sebagai bentuk melindungi dirisendiri dari interaksi sosial yang dapat
mencetuskan stres emosional. Ibu tidakmenjalankan fungsi sosialnya karena
khawatir akan situasi yang tidak nyaman, tidakmemperdulikan kehilangan yang
didalamnya. Ibu juga menghindari lingkungan sosialnyakarena ibu takut akan
semakin bertambah jika melihat perempuan yangsedang hamil atau sedang
bersama dengan anak-anak mereka (Patterson, 2000).
Ibu melakukan berbagai upaya dalam bentuk koping yang adaptif yaitu
berfikir positif, berusaha melupakan, bicara dengan orang terdekat, pembuatan ada
, menerima kenyataan dan peningkatkan spiritual. Namun, ibu juga melakukan
koping yang bersifat maladaptif yaitu menyalahkan diri sendiri, meno lak melihat
bayi dan menghindarihal-hal yang berkaitan dengan hal-hal.

5. Masalah sosial budaya akibat kehilangan


Respon tiap individu berbeda dari segi sosial dan budaya, namun beberapa
halyang mungkin terjadi adalah:
1) Perasaan malu Ibu kepada masyarakat sekitar, karena sudah menunggu
berbulan- bulan kelahiran anaknya. Sehingg ada kemungkinan bahwa Ibu akan
mengurungdiri dan menghindari kontak sosial dengan orang lain dan
lingkungannya.
2) Perasaan ibu terhadap kejadian yang menimpanya/kematian anaknya, karena tidak
mampu dalam merawat bayi yang dikandungnya.
3) Tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa Ibu yang merasa iri
terhadaporang lain yang memiliki anak yang lahir dengan normal.

6. Efek kehilangan bayi pada keluarga


Efek yang terjadi pada ibu yang kehilangan bayi adalah stres emosional yangcukup
besar. Ibu tanpa bayi tetap meiliki kebutuhan yang sama akan perawatan fisik
danobservasi. Ibu juga sangat membutuhkan kesempatan untuk berbicara
mengenai perasaannya sudah siap. Komunikasi antara suami istri harus lebih.
Pemberian waktu dan privasi kepada pasangan suami istri tersebut akan
sangatmembantu untuk memperingan kehilangan bayi pada keluarga.

7. Perawatan untuk keluarga yang kehilangan


 Support
a. membantu akan kehilangan Perawat perlu memastikan bahwa orangtua telah
mengatakan dengan sejujurnyatentang keadaannya sekarang. Perawat bisa
menemani orangtua agaryang sedang berduk a dapat menerima
kenyataan kehilangan. Hal-hal yang dapatdilakukan agar menerima
kehilangannya adalah denganjenis kelamin bayi dan biarkan mereka memberi
nama sang bayisebelum dimakamkan. biarkan orangtua melihat wajah bayi
agar dapatkurangi rasa sakit dan sebagai kesempatan untuk melakukan
perpisahan. Namun yang harus diperhatikan adalah perawat adalah penting
merawat bayiselayaknya bayi hidup sebelum dibawa kepada orangtuanya,
perawat harusmembuat bayi terlihat senormal mungkin agar orangtua
memiliki ingatan yangmenyenangkan mengenai bayinya. Berikan keluarga
waktu bersama bayinya untuk mencium, mengejar, dan memperhatikan
bayinya. Jika perlu, berikanruangan yang privat untuk keluarga. Orang tua
akan menyampaikan secara verbal maupun nonverbal jika sudah siap berpisah.
b. membantu orang tua dalam mengambil keputusan. Orang tua yang
mengalami akan kehilangan bany ak keputusan yangharus dibuat dalam tekanan yang
sangat besar karena kehilangan bayi. orang tuaakan mencari tenaga kesehatan untuk
bertanya mengenai keputusan yang merekaambil. Perawat harus dapat memfasilitasi
kebutuhan tersebut.
c. Membantu orang berkabung untuk mengakui dan mengungkapkan perasaannya
Perawat perlu mendorong orang tua untuk menceritakan bagaimana perasaannyadan
mendengarkannya dengan baik. Perawat harus sabardan mengendalikanemosi selama
mendengarkan cerita tentang pekerjaan tersebut sangan berat dan dapat sakit bagi
seorang perawat. Berikan dukungan tanpamenasehati atau menggunakan kata klise
pada orang yang berkabung.
d. Menormalkan proses ksesedihan dan memfasilitasi koping positif Perawat dapat
membantu orang tua untuk siap menghadapi kehampaan, kesendiran, dan kerinduan
agar tidak menjadi respons kemaharahan, rasa bersalah, dan cemas. Perawat perlu
meningkatkan koping positif dengan caramengingatkan bahwa penting
menghadapinya dengan sabar. Dapat disarankan juga untuk melakukan kembali
aktivitas normal dan berperilaku demi. positif merasa dirinya sendiri.
e. Membantu orang berkabung dalam berkomunikasi, mendukung, dan mendapatkan
dukungan dari keluarga
Peran keluarga sangat penting bagi seseorang yang sedang kehilangan, namun halini
kembali lagi apakah pasien menginginkannya atau tidak. Jika orang tuabiarkan
keluarga untuk melihat sang bayi, ini akan membantu keluargauntuk mengenal si bayi
dan mengerti bagaimana perasaan orang tua. Sehingga keluarga akan memberikan
dukungan yang baik kepada yang sedang berduka.
f. Kenangan bagi orang tua untuk dibawa pulang
Orangtua membutuhkan bukti nyata yang dapat membuat mereka mengakui
kehilangan. Perawat dapat memberikan barang kenangan seperti foto, gelang,
dan baju yang sempat dikenakan oleh sang bayi.
g. Memberikan perawatan sesitif di saat dan setelah pulang
Orang tua yang kehilangan perlu berhadap-hadapan dengan yangsangat besar
terhadap perasaannya, memberikan bunga saat pulang akan menjadi pilihan yang
baik. Saat sudah ulang, ada beberapa cara yang dapat digunakan perawat untuk
mengetahui keadaan orang tua, seperti melakukan panggilan telepon ada waktu sulit
seperti 1 minggu pertama di rumah, 1 bulan sampai 6 bulan setelahnya, atau pada saat
peringatan kehilangan.
Tapi perlu diketahu iorang tua mana yang tidak menginginkannya. Pertemuan dengan
orangtua dapatdirencanakan saat mereka memiliki janji dengan dokter untuk
melakukan pengkajian lebih jauh mengenai perasaan ibu menghadapi kehilangan.
h. Menyediakan layanan dan pengurusan jenazah
Prosedur makanan dan persiapan pada prosedur dan protokol yang dikembangkan
oleh rumah sakit. Perawat dapat menawarkan kepada keluarga untuk
layanan pengurus jenazah. Apakah akan dilakukan oleh rumah sakit atau keluarga
sendiri yang akan melakukannya.

 Perawatan dan dukungan untuk caregiver


Dalam penelitiannya tentang wanita dan keluarga yang mengalami kematian ataupada
kehilangan masa perinatal, Swanson-Kauffmasn (1990) Identifikasi suatukerangka kerja
teoritis tentang memberi Perhatian (peduli) kepada orang yang berkabung. Kerangka kerja ini
dibagi menjadi 5 komponen konsep dalam memberi Perhatian, yaitu :
- Caregiver (penuh arti)
Caregiver menggunakan waktu untuk mengajukan pertanyaan kepada individuyang sure
sure untuk memahami apa yang dimaksud dengan kehilangan dan artikehilangan tersebut
bagi wanita dan keluarganya. 
- Bersama dengan (bersama dengan)
Yaitu cara menerima pengasuh wanita dan keluarganya serta memahami berbagai
perasaan dan persepsi yang dialami setiap anggota keluarga.
- Melakukan untuk (melakukan untuk)
Berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengasuh yang meliputikenyamanan dan
kemanan wanita dan keluarganya, seperti perawatan fisik pemijatan punggung, dll.
- Memampukan (memungkinkan )
Upaya pengasuh dalam menawarkan pilihan pelayanan perawatan kepada wanitadan
keluargany a. Pada awalnya pengasuh harus memahami cara setiap angg otakeluarga
kehilangan yang dialami dan arti kehilangan tersebut bagianggota keluarga. Pemberin
informasi, bimbingan antisipasi, pilihan dalammengambil keputusan, dan dukungan
selama perawatan membantu keluargauntuk dapat lebih mengendalikan situasi saat
mereka merasa tidak memiliki atau kehilangan kendali. Konsep ini akan meningkatkan
harga diri mereka, membuatmereka merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang pilihan
yang didasarkan pada kebutuhan mereka untuk melup akan kenangan mereka.
- Mempertahankan keyakinan (mempertahankan keyakinan)
Upaya pengasuh mendorong wanita dan keluarganya untuk mempercayaikemampuan
mereka sendiri dalam mengumpulkan kekuatan mereka dan berusahauntuk pulih.

 Perawat respon
Tujuan perawat adalah memberi asuhan, dukungan, informasi dan bimbinganantisipasi untuk
membantu klien mengambil keputusan. Keluarga biasanya tidak mengharapkan kehilangan
yang terjadi pada mereka, sifatidak alamiyang dan tidak diharapkan akibat suatu kehilangan
kehilangan merekatidak siap, yang mereka perlukanadalah agar mendapatkan kenangan
yang positif selama waktu tragis ini dalam kehidupan mereka. Berikut tangg ung jawab
perawat untuk melakukan hal-hal berikut:
- Memiliki pengetahuan tentang suree sukhae
- Mengantisipasi hal-hal yang mungkin diperlukan keluarga atau menghargaikenangan tsb
- Menciptakan lingkungan yang tidak menghakimi, dimana keluarga dapatmengungkapkan
perasaan dan emosi mereka, mengambil keputusan berdasarkan kebutuhan dan merasa
mendapat duk ungan atas keputusannya.

 Kerja tim dalam perawatan ibu dengan kehilangan janin (IUFD)


a. Teknik komunikasi dan Teknik memberikan Perhatian
- Mengaktualisasikan kehilangan
- Membantu orang bertahan hidup dengan Mengidentifikasi danmenghidupkan
perasaan
- Sediakan waktu untuk sure sukhae
- Menginterpretasi perasaan normal
- Menerima perbedaan individu 

b. fisik Kenyaman
c. Pilihan untuk kenangan
- Memandang dan memeluk
- Mengetahui jenis kelamin atau memberikan nama bayi
- Otopsi/Donasi organ
- Memandikan bayi
- Kunjungan bersama anggota keluarga lain atau teman

8. Asuhan Keperawatan pada IUFD


1. Pengkajian
1) Nama : Ny2.
2) Usia : 27 tahun
3) G..P..A.. : G1P0A0
4) Usia Kehamilan: 36 Minggu
5) Riwayat kesehatan kehamilan
- Kondisi ibu & janin baik
- Kontrol secara rutin
6) Riwayat kesehatan saat ini:
- Datang ke RS jam 03.00 WIB (dini hari)
- keluhan kontraksi
7) Hasil pemeriksaan fisik :
- TD 120/80 mmHg
- RR 84x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,5
- Perut tampak tegang
- TFU setengah antara PX dan pusat
- DJJ (-)
- Pembukaan 7 cm
- Kontraksi secara teratur
- Ketuban (+)
- Presentasi kepala
Hasil USG: bayi tunggal, mati, gerak janin (-)
-
8) Bayi lahir 3 jam kemudian dalam keadaan:
- IUFD
- BB 2,5kg
- APGAR (-)
- kulit pucat
- Vernik kaseosa (+)
- Ketuban hijau tercampur meconium
- plasenta lengkap
- Tidak ada robekan jalan lahir
- Riwayat Psikologi (saat ini)
- Ibu terus menangis, selalu bilang mengapa ini terjadi pada dirinya
- Ibu juga bingung dengan payudaranya yang sudah keluar ASI sejak usia 9
bln,sekarang harus bagaimana, dan kapan dia boleh hamil lagi
- tidak ada keluarga lain hanya suami, yang tampak diam dan tertunduk.

 Diagnosa dan Intervensi


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jalan lahir.
Kriteria hasil :
- Klien menyatakan tidak nyeri
- Klien menyatakan nyaman
- Skala nyeri berkurang
- Klien dapat beraktivitas tanya merasa nyeriTujuan : nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :
manajemen nyeri
a. lakukan pengkajian secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas,keparahan nyeri dan
faktor pencetus nyeri. 
b. Observasi non-verbal ketidaknyamanan
c. Ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal : relaksasi, guide imajiner, terapimusik,
gangguan.
d. Kendalikan faktor lingk unganyang dapat mempeng aruhi respon pasien terhadapmisal suhu,
lingkungan, cahaya, kegaduhan.
e. Kolaborasi : pemberian analgetik sesuaiindikasi.

2. Berduka berhubunga n dengan kehilangan bayi klien


Kriteria hasil :
- Klien mampu mengungkapkan tahap - tahap suree sukha secara normal
- Klien mampu merencanakan kehamilan selanjutnya
- Klien mampu menjalani aktivitas hidup secara mandiri tanpa menunjukkandisfungsi sure
sukhaTujuan : pasien dapat melalui proses suree sukha secara normal dan sehat
Intervensi:

- Tahap penyakalan (memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan)


a. Dorong pasien mengungkapkan perasaan duka 
b. Tingkatkan kesadaran kesadaran secara bertahap, siap mental
c. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan hukum atau menghakimi
d. Jelaskan bahwa sikap wajar yang wajar terjadi
e. Beri dukungan nonverbal : memegang tangan, slap bahu
f. Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat
g. Amati respon pasien selamat berbicara
h. Tingkatkan kesadaran kesadaran secara bertahap

DAFTAR PUSTAKA
riana, A. (2012). Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian Kematian Janin Intra
Uterine(IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru . Terkait Hb dan Paritas denganKejadian
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) RSU Arifin AchmadPekanbaru.
  Jurnal Kesehatan Komunitas, 2 (05), 20 – 25
Maryunani,anik dan yulianingsih. 2012. Asuhan Kegawat Darurat andalam
Kebidanan. Jakarta:CV.Trans Info Media.Prawirohardjo,sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : BinaPustaka.Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti.2010. Asuhan
Kebidanan IV (PatologiKebidanan).Jakarta:TIM 4 Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2009. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono PrawirohardjoSaifuddin, Abdul Bari,dkk. 2010. I lmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta:PT BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo

Rahayu, EB (2008). RESPON DAN KOPING IBU DENGAN KEMATIAN JANIN :


STUDI TEORI GROUNDED. Diterima darihttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-
10/126756-Esti Budi Rahayu.pdfSari, RA (2015). PENGALAMAN KEHILANGAN (LOSS)
PADA IBU PREKLAMPSIYANG KEHILANGAN BAYINYA. Diterima
darihttp://eprints.undip.ac.id/47270/1/bagian_awal-bab_3.pdf  Farer, Helen. 2001.
Keperawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGCBobak, Lowdermilk, Jense. (2005). Buk u
Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGCSusu Rendah, DL, Perry, SE, &
Cashion, K. (2013).
  Keperawatan Maternitas Edisi 8.
 Singapura: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai