Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2022


UNIVERSITAS TADULAKO

INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)

Disusun Oleh :

Elsa Ananda Alfiany

N 111 21 017

Pembimbing Klinik:

dr. Ni Made Astijani Giri, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Elsa Ananda Alfiany


Stambuk : N 111 21 017
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako
Judul Refleksi Kasus : Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
Bagian : Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Undata Palu,Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako.

Palu, Oktober 2022

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr.Ni Made Astijani Giri, Sp.OG Elsa Ananda Alfiany, S.Ked


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Berdasarkan the National Center for Health Statistics definisi kematian


janin adalah kematian sebelum kelahiran komplit atau ekstraksi dari ibu.
Tanda kematian janin saat lahir, antara lain bayi tidak bergerak atau
menunjukan tandatanda kehidupan lainnya seperti denyut jantung, pulsasi
tali pusat atau gerakan otot volunteer.
Dari data the National Vital Statistics Report tahun 2005 menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah kematian janin dalam kandungan terjadi sekitar 6.2
per 1000 kelahiran. Hal ini tergantung dari kualitas pelayanan kesehatan tiap
Negara.
Untuk mendiagnosa suatu kematian janin atau Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) dapat ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik (denyut
jantung janin, gerakan janin), dan pemeriksaan penunjang (USG, HCG).
Penyeb terbanyak terjadinya IUFD disebabkan oleh janin yang di kandung
oleh ibu yaitu sekitar 20-40%.
Bila terjadi kematian janin dalam rahim maka pilihan perawatannya
adalah menunggu terjadinya persalinan spontan atau dilakukan tindakan
induksi persalinan. Sekitar 90% perempuan akan melahirkan spontan pada
minggu ketiga setelah janin meninggal dalam kandungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi IUFD

Gambar 1. Bayi yang lahir dengan IUFD

Menurut WHO dan the American, college of obstetricians and


Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan
hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau akibat infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.

2.2   Insidensi IUFD 


Di Negara berkembang, angka lahir mati ini telah menurun dari 15-16
per 1000 kelahiran total pada tahun 1960-an menjadi 7-8 per 1000 kelahiran
pada tahun 1990.3
Dari data the National Vital Statistics Report tahun 2005 menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah kematian janin dalam kandungan terjadi sekitar 6.2
per 1000 kelahiran.6
Tabel 1.1 Insiden terjadinya kematian janin berdasarkan usia
kehamilan.5

2.3   Etiologi
Kematian janin dapat disebabkan oleh banyak hal dan dikelompokkkan
menjadi penyebab janin, penyebab plasenta, penyebab Ibu, tidak diketahui
penyebabnya .

a. Penyebab Janin : 25-40 % karena kelainan kromosom, cacat lahir non-


kromosom, hidrops non imun, dan infeksi (virus, bakteri dan protozoa).

b. Penyebab plasenta : 25-35% karena solusio, perdarahan janin ke Ibu,


cedera tali pusat, insufisisnsi plasenta, asfiksia intrapartum, plasenta
previa, transfusi antarkembar, dan korioamnionitis.

c. Penyebab Ibu : 5-10% karena, antibodi fosfolipid, diabetes, penyakit


hipertensi, trauma, persalinan normal, sepsis, asidosis, hipoksia, ruptura
uteri, kehamilan posterm, obat.

d. Tidak diketahui penyebabnya 25-35%.2

2.4   Tanda Dan Gejala


Gejala adanya IUFD dapat diketahui antara lain dengan:
1. Tidak adanya denyut jantung janin (Funandoskop, doppler, maupun USG)
2. Rahim tidak membesar, malahan mengecil.
3. Gerak janin tidak dapat dirasakan terutama oleh Ibu sendiri.
4. Palpasi janin oleh pemeriksa tidak begitu jelas.
5. Test kehamilan menjadi negatif (-), terutama setelah janin mati 10 hari.4
2.5 Diagnosis
Diagnosis suatu IUFD dapat ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa

2. Gejala. Jika kematian janin terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak


akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang
biasa dialami (mual, muntah, sering berkemih, kepekaan pada payudara).
Di usia kehamilan berikutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin
tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.

3. Tanda-tanda. Ketidak mampuan mengidentifikasi denyut jantung janin


pada ANC (Antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu dan/atau tidak
adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis

4. Pemeriksaan laboratorium. Penurunan kadar gonadotropin korionik


manusia (Human Chorionis Gonadotropin/ HCG) mungkin dapat
membantu diagnosis dini selama kehamilan.

5. Pemeriksaan radiologi. Secara histologis, foto rontgen abdominal


digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat
menunjukkan adanya kematian janin yaitu penumpukan tulang tengkorak
janin ( tanda Spalding), tulang punggung janin melengkung secara
berlebihan, dan adanya gas di dalam janin. Saat ini foto rontgen sudah
tidak digunakan lagi dan sekarang beralih pada USG,dimana USG
sebagai baku emas untuk mengkonfirmasi suatu IUFD dengan
mendokumentasikan tidak adanya aktivitas jantung janin setelah usia
gestasi 6 minggu, selain itu dapat ditemukan juga adanya edema kulit
kepala dan maserasi janin.3
Gambar 2. Tanda ’Spalding sign’ pada pemeriksaan USG

Tingkatan/ perubahan-perubahan yang terjadi pada janin yang meninggal


antara lain :

1. Baru meninggal (± 2.5 jam) : bayi lemas dan ada tanda-tanda lebam
2. Maserasi tingkat I ( 48 jam) : lecet-lecet lebih banyak.
3. Maserasi tingkat II (> 48 jam) : lecet-lecet lebih banyak.
4. Maserasi tingkat III (± 3 minggu): janin lemas sekali,tulang-tulang
longgar, otak membubur.4

2.6 Penanganan IUFD


Penanganan IUFD tergantung dari banya faktor seperti usia kehamilan,
ukuran janin, dan berapa lama sejak denyut jantung janin berhenti.
Penanganannya antara lain :
1. Tunggu hingga bayi lahir
2. Dilatasi serviks dan menggunakan alat untuk mengambil jaringan-jaringan
fetus.
3. Induksi persalinan dengan obat untuk membuka serviks dan membuat uterus
kontraksi dan akhirnya dapat mendorong jaringan fetus keluar rahim.

Sekitar 90% perempuan akan melahirkan spontan pada minggu ketiga


setelah janin meninggal dalam kandungan. Jika kelahiran spontan tidak
terjadi dalam 3-4 minggu resiko Disseminated Intravascular Coagulopathy
(DIC) meningkat.3
Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab
kematian janin, yang akan membantu proses berduka cita dan untuk koseling
di masa depan. Autopsi merupakan satu-satunya cara yang paling bermanfaat
untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyebab kematian janin.3

 Induksi persalinan :
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.

Indikasi induksi persalinan antara lain:


A. Indikasi janin
1) Kehamilan lewat waktu
2) Ketuban pecah dini
3) Janin mati
B. Indikasi Ibu
1) Kehamilan dengan hipertensi
2) Kehamilan dengan diabetes mellitus

Kontraindikasi induksi persalinan antara lain:


1) Malposisi janin
2) Insufisisensi plasenta
3) Disporposi sefalopelvik
4) Cacat rahim, misalnya pernah megalami seksio sesarea, enukleasi miom.
5) Grande multipara
6) Gemelli
7) Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion
8) Plasenta previa

Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi,


diantaranya :
1. Hendaknya serviks uteri sudah “matang”, yaitu serviks sudah mendatar
dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks
menghadap ke depan.
2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)
3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan
4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.
Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor bishop. Jika skor
Bishop kurang atau sama dengan 3 maka angka kegagalan induksi
mencapai lebih dari 20% dan berakhir pada seksio sesaria. Bila nilai
lebih dari 8 induksi persalinan kemungkinan akan berhasil. Angka yang
tinggi menunjukkan kematangan serviks.

Tabel 2. Skor Bishop untuk menilai kematangan serviks untk induksi


persalinan
Jika bishop skor kurang dari 6 direkomendasikan menggunakan
agen pematangan servik sebelum induksi persalinan. Pendekatan non
farmakologi dalam pematangan servik dan induksi persalinan meliputi
senyawa herbal, minyak merica, mandi air hangat, enema, hubungan
seksual, stimulasi payudara, akupuntur, akupresur, stimulasi saraf
transkutaneus, serta modalitas mekanis dan bedah. Dari metode-metode
non farmakologis ini, hanya metode-metode mekanis dan bedah yang
telah membuktikan manfaat dalam pematangan serviks dan induksi
persalinan meliputi prostaglandin, misoprostol, mifepristone, dan relaxin.
Apabila skor bishop cukup, agen farmakologi yang lebih disukai adalah
oksitosin.
Pada janin mati dan tidak mungkin lahir spontan pervaginam dan
ibu dalam keadaan bahaya (maternal distress) seksio sesarea tidak
dilakukan, sebagai gantinya dapat dilakukan embriotomi.

 Evaluasi pada bayi lahir mati


Evaluasi pada bayi lahir mati berfungsi untuk:
1. Adaptasi psikologis terhadap kehilangan yang mendalam dapat
dipermudah apabila etiologi spesifiknya dapat diketahui.
2. Dapat meredakan rasa bersalah yang merupakan bagian dari kedukaan.
3. Diagnosis yang tepat menyebabkan penyuluhan mengenai kekambuhan
akan lebih akurat dan bahkan memungkinkan dilakukanya terapi atau
intervensi untuk mencegah terjadinya hal yang sama pada kehamilan
berikutnya.
4. Memberi informasi identifikasi sindrom-sindrom herediter.

Protokol pemeriksaan bayi lahir mati harus diulas secara sistematik


dan terperinci tentang kejadian-kejadian prenatal, dan bayi, plasenta, serta
selaput ketuban harus diperiksa secara cermat disertai pencatatan
temuan,baik yang positif maupun negative. Dianjurkan tindakan otopsi,
baik secara lengkap (lebi dianjurkan) atua terbatas. Sampel dikirim untuk
penelitian sitogenetik pada kasus malformasi janin, kematian janin
berulang, atau hambatan pertumbuhan.2

2.7 Komplikasi IUFD


1. Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)
Janin yang mati -> kebocoran tromboplastin dan bahan seperti
tromboplastin yang melintasi plasenta menuju sirkulasi ibu -> konsumsi
factor-faktor koagulasi termasuk factor V,VIII, protrombin,dan trombosit ->
manifestasi klinis koagulopati intravascular diseminata (DIC).
2. Ensefalomalasia multikistik
Hal ini dapat terjadi pada kehamilan kembar, terutama kehamilan
monozigotik dimana memiliki sirkulasi bersama antara janin kembar yang
masih hidup dengan yang salah satu janinnya meninggal. Dalam hal ini sering
kali mengakibatkan kematian segera janin lainnya. Jika janin kedua masih
dapat bertahan hidup, maka janin tersebut memiliki risiko tinggi terkena
ensefalomalasia multikistik.
Bila salah satu bayi kembar ada yang meninggal dapat terjadi
embolisasi bahan tromboplastik dari janin yang meninggal melalui
komunikasi vaskular plasenta ke janin yang masih hidup dengan atau tanpa
perubahan hemodinamik (hipotensi) pada saat kematian janin seingga terjadi
infark cedera selular pada otak (ensefalomalasia multikistik, yang
diagnosisnya dikonfirmasi dengan ekoensefalografi), usus, ginjal, dan paru.3
3. Hemoragic Post Partum
Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5
minggu sesudah IUFD (kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah
300- 700mg%). Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik
post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
4. Dampak psikologis
Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2
minggu kematian janin yang dikandungnya

2.8 Pencegahan IUFD


1. Antenatal care yang rutin dan berkala.
2. Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai keseimbangan diet
makanan, jangan merokok, tidak meminum minuman beralkohol, obat-
obatan dan hatihati terhadap infeksi atau bahan-bahan yang berbahaya.
3. Mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi IUFD dan pemberian
pengobatan.
4. Medeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress.
BAB III 
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 25 Tahun
Alamat : Kec. Sirenja kota KAB. Donggala
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Tanggal pemeriksaan : 18 September 2022
Tempat : IGD Kebidanan RSUD. Undata Palu

B. ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Sakit Perut Tembus Belakang

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien GIIP1A0 rujukan dari Puskesmas Tompe dengan keluhan nyeri
perut tembus belakang yang dialami sejak malam tanggal 17 september. Pada
18 september 2022 pukul 10.00, pasien masuk puskesmas tompe, pembukaan
lengkap pada pukul 13.30, kemudian pada pukul 14.00 ketuban pecah. Pada
pukul 14. 20 terlihat tali pusat keluar didepan vulva, dengan BJF 160 x/m
sehingga dirujuk ke RS Undata palu dengan diagnosis GIIPIA0+ Inpartu +
Gawat Janin. Saat diperjalanan pada pukul 16.30 BJF terdeteksi 148 x/m.
Saat tiba di RSUD Undata Palu pada pukul 18.00 wita, BJF tidak terdeteksi,
pelepasan darah (+), lendir (+). Pada mengaku pada saat kesulitan melahirkan
anak pertama dikarenakan panggul pasien yang sempit. Bab biasa, bak lancar.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Asma : (-)
 Alergi makanan : (-)
 Alergi obat: (-)
 Hipertensi : (-)
 DM : (-)
 Merokok : (-)
 Alkohol : (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga :


 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
 Asma : (-)
 Alergi makanan : (-)
 Alergi obat: (-)
 Hipertensi : (-)
 DM : (-)
 Merokok : (-)
 Alkohol : (-)

 Riwayat Menstruasi :
Haid pertama kali usia 17 tahun, lama 5-7 hari, teratur dan mengganti
pembalut 3 x/hari, nyeri saat haid (+). Pasien mengaku belum pernah
menggunakan KB.

 Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah pada usia 16 tahun, jumlah pernikahan 1x bersama suami
yang sekarang sejak 9 tahun yang lalu.
 Riwayat Obstetri :
Gravid : 2 Para : 1 Abortus : 0

No. Tahun Tempat Umur Jenis Penyulit Jenis


Partus Partus Kehamila Persalinan Kelamin /
n Berat

1 2017 Rumah Bidan Normal Bokong Perempuan/


Sempit 3200 gr

2 2022 IGD RS Bidan Normal Prolapsus Laki-Laki /


Undata Tali 3800 gr
Palu Pusat

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Tanda Vital
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 78 x/m
Pernapasan : 24 x/m
Suhu badan : 36,60C
SpO2 : 98 %
 Pemeriksaan Fisik Umum
Kepala dan leher
- Kepala : normochepal.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera icterus (-/-), pupil isokor (2,5
mm / 2,5 mm).
- Mulut : mukosa bibis kering (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis (-).
- Leher : tidak ada pembesaran KGB.
Thorax

- Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan simetris (+/+)


- Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), vocal fremitus kanan dan kiri
sama
- Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung

- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak.


- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS V midline clavicula sinistra
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni regular, bising (-/-)
Abdomen

- Inspeksi : tampak cembung pada area suprapubic


- Auskultasi : perastaltik usus normal
- Perkusi : timpani semua lapang abdomen
- Palpasi :
- Leopold 1 : TFU 31 cm ( 2 jari BPX)
- Leopold 2 : Pu-Ka
- Leopold 3 : Pres-Kep
- Leopold 4 : Sudah masuk PAP
- BJF : (-)
- HIS : 4 x durasi 40 detik dalam 10 menit
 Pemeriksaan Dalam
Uterus : membesar
Portio : Lunak
Pembukaan : 10 cm (lengkap)
Adnexa Dextra : Dalam Batas Normal
Adnexa Sinistra : Dalam Batas Normal
Vulva : Tampak tali pusat menggantung di depan vulva berwarna
kehitaman, denyutan (-)
Pelepasan : Darah (+), Lendir (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Rutin (18-09-2022)

Hasil Rujukan Satuan

Hemoglobin 10.3 12-16 g/dl


(HGB)

Leukosit (WBC) 22 4.0-11.0 Ribu/uL

Eritrosit (RBC) 4.9 4.1-5.1 Juta/uL

Hematokrit 33.1 36-47 %


(HCT)

Trombosit (PLT) 192 150-450 Ribu/uL

Glukosa darah 90 70-200 mg/dl


sewaktu (GDS)

E. RESUME
Pasien GIIP1A0 rujukan dari Puskesmas Tompe dengan keluhan nyeri
perut tembus belakang yang dialami sejak malam tanggal 17 september. Pada 18
september 2022 pukul 10.00, pasien masuk puskesmas tompe, pembukaan
lengkap pada pukul 13.30, kemudian pada pukul 14.00 ketuban pecah. Pada
pukul 14. 20 terlihat tali pusat keluar didepan vulva, dengan BJF 160 x/m
sehingga dirujuk ke RS Undata palu dengan diagnosis GIIPIA0+ Inpartu +
Gawat Janin. Saat diperjalanan pada pukul 16.30 BJF terdeteksi 148 x/m.
Saat tiba di RSUD Undata Palu pada pukul 18.00 wita, BJF tidak terdeteksi,
pelepasan darah (+), lendir (+). Pada mengaku pada saat kesulitan melahirkan
anak pertama dikarenakan panggul pasien yang sempit. Bab biasa, bak lancar.
Tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78 x/m,
pernafasan 24 x/m, suhu badan 36,60C dan SpO2 98%. Pemeriksaan abdomen
didapatkan inspeksi perut tampak cembung pada area suprapubic . –Pada
pememeriksaan palpasi Leopold 1 : TFU 31 cm ( 2 jari BPX), Leopold 2 : Pu-
Ka, Leopold 3 : Pres-Kep, Leopold 4 : Sudah masuk PAP, BJF : (-), HIS : 4 x
durasi 40 detik dalam 10 menit. Perkusi kesan timpani pada semua lapang
abdomen. Pada pemeriksaan dalam uterus membesar, portio lunak, pembukaan
10 cm (lengkap), tampak tali pusat menggantung di depan vulva berwarna
kehitaman, denyutan (-)pelepasan : darah (-), lendir (-)
Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan HGB : 10.3
g/dl, WBC : 22 ribu/uL, RBC : 4.9 juta/uL, HCT : 33.1 %, PLT : 192 ribu/uL,
GDS 90 mg/dl.

F. DIAGNOSIS
 Diagnosa : GIIPIA0 In partu + Prolapsus Tali Pusat + IUFD

G. PENATALAKSANAAN
Terapi sebelum persalinan normal
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Anbacim 1 gr/12 jam/iv
- Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Rencana Partus Pervaginam

Diagnosis Setelah Persalinan Normal :

P2A0 pp induksi + Prolapsus Tali Pusat + IUFD

Instruksi Setelah Persalinan Normal:

- IVFD RL + Oxytocin 1 amp 28 tpm


- Inj Anbacim 1 g/12 jam/ iv
- Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam/ iv
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
Follow Up :

Waktu Keterangan
18/09/2022
S : Telah lahir bayi laki-laki pada pukul 19.20 WITA,
19.20 dengan BB 3800 gram, PB 50 cm.

O : KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis (E4M6V5)

TD: 110/70 mmHg

N: 78 x/menit

R: 24 x/menit

S: 36.6 ◦ C

SpO2: 98%.

A : P2A0 pp induksi + Prolapsus Tali Pusat + IUFD

P:
- IVFD RL + Oxytocin 1 amp 28 tpm
- Inj Anbacim 1 g/12 jam/ iv
- Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam/ iv
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab

19/09/2022
S : Nyeri perut (+),nyeri bekas jahitan di perineum (+),
Asi (+), Darah (+), Kontraksi (+), Flatus (+), BAB belum

O : KU: Baik

Kesadaran: Compos Mentis (E4M6V5)

TD: 90/60 mmHg

N: 90 x/menit

R: 20 x/menit

S: 36.2◦ C

SpO2: 98%.
Pemeriksaan Obstetri : TFU teraba 3 jari bawah pusat,
Nyeri perut (+), Asi (+), Darah (+), Kontraksi (+), Flatus
(+), BAB belum

A : P2A0 pp induksi + Prolapsus Tali Pusat + IUFD

P:- IVFD RL + Oxytocin 1 amp 28 tpm

- Inj Anbacim 1 g/12 jam/ iv

- Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam/ iv

- Asam Mefenamat 3 x 500 mg

- Bebat Payudara

- Selesai injeksi (18.00), ganti oral


- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 x 250 mg
- SF 1 X 1 Tab

20/09/2022
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam data subjektif didapatkan riwayat ibu mengalami KPD, meneran
sebelum dipimpin, dan dari hasil persalinan didapatkan adanya lilitan tali
pusat.Dalam Buku Ilmu Kebidanan (2009) disebutkan bahwa faktor dasar yang
merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak terisinya secara penuh
pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Factor-faktor etiologi
prolapse tali pusat meliputi beberapa factor yang sering berhubungan dengan ibu,
janin, plasenta, tali pusat, iatrogenic. Beberapa di antaranya adalah panjang tali pusat
abnormal dan ketuban pecah dini. Hal ini mendukung terjadinya kejadian prolaps tali
pusat pada Ny. N.Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan pada saat pasien dibawa ke
puskemas tompe didapatkan hasil KU sedang, TD: 110/70 mmHg, N: 78 kali/menit,
R: 24kali/menit, pemeriksaan dalam menunjukan vulva uretra tenang, dinding vagina
licin, portio lunak, pembukaan 10 cm, presentasi belakang kepala, selaput
ketuban(-),teraba tali pusat, BJF 160 x/m Dalam kasus ini menggambarkan terjadinya
fetal distress dan prolaps talin pusat. Fetal distress terjadi bila janin tidak menerima
O2 cukup, sehingga mengalami hipoksia.Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam
jangka waktu lama) atau akut.1

Selama trimester ketiga, rata-rata denyut jantung janin basal normal yang
telah umum diterima berkisar antara 120dan 160 kali/menit.Bradikardia dalam
kisaran 80 sampai 120 denyut/menit dengan variabilitas yang baik tidaklah
bermasalah .Masalah timbul jika interpretasikecepatan kurang dari 80 denyut/menit
dan kecepatan itu umumnya dianggap bermasalah. 2
Detak jantung janin irregular
dalam persalinansangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa waktu. Bila
DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukkan adanya
hipoksia.Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah
kontraksi menunjukkan adanya kegawatan janin.

Fetal distress merupakan suatureaksi yang terjadi ketika janin tidak


memperoleh oksigen yang cukup. 3 Sedangkan dalam pemeriksan dalam didapatkan
hasil perabaan bagian kecil janin (tali pusat) menandakan adanya prolaps tali
pusat.Prolaps tali pusatdidefinisikan sebagai kehadiran tali pusat di antara bagian
presentasi janin dan leher rahim, terlepas dari selaput ketuban utuh atau
pecah.Penurunan tali pusat melalui leher rahim sangat penting untuk mendiagnosa
prolaps tali pusat. Hal ini dapat terjadi secara jelas (melewati bagian terendah janin)
atau okultisme(bersama bagian terendah janin). 4 Dalam kasus ini, klasifikasi prolaps
tali pusat termasuk ke dalam occult prolapse, yaitu tali pusat berada disamping bagian
terendah janin turun ke vagina.Tali pusat dapat teraba atau tidak,ketuban dapat pecah
atau tidak. 5 Sehingga hasil pemeriksaan tersebut sesuai dengan kejadian prolaps tali
pusat.

Penegakkan diagnosa pada kasus Ny. N dilakukan dengan hasil pemeriksaan


dalam. Menurut Buku Ilmu Kebidanan (2009), diagnosis pada prolaps tali pusat dapat
melalui beberapa cara, antara lain teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu
pemeriksaan dalam, auskultasi terdengar jantung janin yang irregular, sering dengan
bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus, Monitoring
denyut jantung janin yang berkesinambungan.

Menurut Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal


(2009) bila tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup dan lakukan penanganan,
beri oksigen 4-6 liter/menitdengan masker atau kanula hidung. Pada kasus Ny.N saat
pembukaan 10 tidak dilakukan upaya reposisi tali pusat dan atau memposisikan ibu
trendelenberg maupun esaggrated sims position dan tidak ada pemberian obat
tokolitik. Sehingga hal ini merupakan kesenjangan dalam penatalaksanaan prolaps
tali pusat.Sedangkan bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi
persalinan segera diselesaikan sesuai dengan presentasi janin. Pada presentasi
kepala :Pimpin mengedan dan ekstrasi vakum, bila janin telah meninggal biarkan
partus spontan. Sedangkan pada presentasi bokong/kaki : reposisi tali pusat dan
usahakan persalinan pervaginam dengan segera, jika reposisi gagal lakukanekstrasi
bokong atau seksio sesarea. Serta pada letak lintang :pertahankan posisi
trendelenburg dan dorong bahu janin ke atas dan segera lakukan seksio sesarea.Pada
kasus Ny. N presentasi janin adalah kepala, namun dilakukan persalinansecara
pervaginam tanpa vakum ekstrasi.

Kelainan tali pusat merupakan faktor yang dapat menimbulkan IUFD.


Kejadian ini terutama terjadi pada trimester ketiga. Mekanisme ini umumnya sulit
diprediksi dan dicegah. Diantara kelainan tali pusat yang dapat menimbulkan IUFD
adalah prolaps tali pusat, konstriksi tali pusat, kelainan insersi, dan lain-lain. Janin
pada kasus ini mati disebabkan oleh proses hipoksia kronis. Hipoksia kronis ini
didukung oleh temuan adanya warna air ketuban yang hijau kecoklatan, yang
menunjukkan telah terjadinya meconeal staining yang merupakan proses lanjutan dari
hipoksia janin karena adanya kompresi tali pusat. 6, Kompresi tali pusat dapat terjadi
pada kasus ini diperkirakan karena besarnya janin yang berada dalam rahim sehingga
menekan tali pusatnya sendiri.
BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Pada kasus Ny. N, sebaiknya mendapatkan penanganan kegawatdaruratan


yang tepat yaitudengan stabilisasi, oksigenansi, dan juga mengalami
keterlambatan untukdilakukan SC emergency.

2. Terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan antara lain


tidak memposisikan pasien trendelenburg atauasiggrated sims position, tidak
diberikan obat tokolitik pada saat kala I, dan persalinan dilakukan secara
normal tanpa bantuan VE. Semakin cepat mengetahui tanda-tanda prolaps tali
pusat, semakin cepat kita dapat menyelamatkan janin maupun ibu sehingga
dapat membantu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) diIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Botefilia. 2009. Agar Janin Tak Meninggal dalam Kandungan.(Online)


http://cpddokter.com/home/index2.phpoption=com_content&do_pdf=1
&id=938
2. Cunningham FG, dkk. 2006. Obstetri Wiliams vol.2 edisi 21 ’Penyakit dan
cedera pada janin dan neonatus’. EGC: Jakarta.
3. Norwitz,E. Schorge,J. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi edisi kedua
’Kematian Janin Intra Uterin’. EMS : Jakarta
4. Hendaryono,H. 2007. Patologi kebidanan.
5. Kliman, HJ. Dkk. 2000. Fetal death: etiology and pathological findings.
(Online)http://www.med.yale.edu/obgyn/kliman/placenta/articles/UpTo
Date.html
6. Lindsay,JL. 2010. Evaluation of Fetal Death. (Online)
http://emedicine.medscape.com/article/259165-overview
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai