Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN PATOLOGIS

PADA IBU DENGAN INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)


DI RUANG VK BERSALIN RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN TAHUN 2020

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan III

Dosen Pembimbing : Hj. Noorhayati Maslani, S.Pd, S.Si.T, M.Pd

Disusun Oleh :
Siti Sri Wahyuningsih
P07124217166

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN


BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS
PADA IBU DENGAN INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMSIN

Oleh :
Nama : Siti Sri Wahyuningsih
NIM : P07124217166

Telah disetujui oleh pembimbing Asuhan Kebidanan untuk dijadikan sebagai


salah satu tugas Praktik Klinik Kebidanan III bagi Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan.

Banjarbaru, Januari 2020

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Hj. Noorhayati M, S.Pd, S.Si.T, M.Pd Siti Sri Wahyuningsih


NIP : 19590606 1981032003 NIM. P07124217166
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah disetujui dan diterima untuk pengambilan kasus Asuhan Kebidanan dengan
judul “ Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis pada Ibu Dengan Intra Uterin
Fetal Death (IUFD) di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh”

Nama : Ny. R
Umur : 26 tahun
Alamat: Jl. S.Parman Gang Tera RT/22 No. 38
Lembar persetujuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banjarmasin, Januari 2020

Mengetahui,
Pembimbing Lahan Praktik Mahasiswa

Mirna Ariani, S.Si.T Siti Sri Wahyuningsih


NIP. 197810152003122011 NIM. P07124217166
TINJAUAN PUSTAKA
INTRA UTERIN FETAL DEATH

A. Pengertian
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)
atau Intra Uterine Fethal Death (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan
dibawah dua puluh minggu maupun sesudah kehamilan dua puluh minggu.
(Rosfanty. 2009)

Menurut Whord Helth Organitation (WHO) dan The American College Of


Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah yang mati
dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam
kandungan merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, atau infeksi. (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut (Agustina.2011)
yang dimaksud kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500
gram atau lebih. Umumnya kematian janin terjadi menjelang persalinan saat
usia kehamilan sudah memasuki delapan bulan.

B. Penyebab
IUFD terjadi tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak
sempurna (uncomplicated pregnancy). Namun ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor
kelainan tali pusat (termasuk plasenta) (Winkjosastro, 2005).
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya IUFD, diantaranya :
1. Faktor plasenta :
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor Ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklamsi dan eklamsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor Intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Partus macet
d. Persalinan presiptatus
e. Persalinan sungsang
f. Obat-obatan
4. Faktor Janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor Tali Pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Tali pusat pendek

Adapun menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim


yaitu:

1) 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).


2) Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes
mellitus)berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin.
Deteksi dini dan tata laksana yang yang sesuai akan mengurangai risiko
IUFD.
3) Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat
menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali
pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada
kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32
minggu.
4) Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom,
khususnya dalam kasus ditemukannya abnormalitas struktural janin.
Keberhasilan analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten
meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis dilakukan untuk mengambil
amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik.
5) Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin
menuju ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada
semua kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 mL).
Pada kondisi yang jarang, perdarahan janin-ibu mungkin bersifat masif.
Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam) memungkinkan perhitungan estimasi
volume darah janin dalam sirkulasi ibu.
6) Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan
klinis yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan
kehamilan trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan,
peristiwa tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan.
7) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas
terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap
janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.
C. Faktor resiko

Etiologi Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian
janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik
plasenta (Prawirohardjo, 2014:733)
Kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. faktor ibu ,meliputi : umur, kehamilan post term (> 42 minggu) dan
penyakit yang diderita oleh ibu seperti anemia, preeklampsia,eklampsia,
diabetes mellitus, rhesus isoimunisasi, infeksi dalam kehamilan, Ketuban
Pecah Dini (KPD),ruptura uteri, hipotensi akut ibu.
2. Faktor plasental antara lain kelainan tali pusat, lepasnya plasenta,
ketuban. pecah dini, vasa previa.
3. Faktor fetal antara lain adalah hamil kembar, hamil tumbuh terhambat,
kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi
4. Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intrauteri meningkat
pada usia ibu >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu,
riwayat ibu dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma
urealitikum)
5. Usia diatas 35 tahun beresiko 40-50 % terjadi IUFD
6. Meroko selama kehamilan
7. Kelebihan berat badan (IMT 25-29,9) memiliki resiko 2x lipat akan
terjadinya IUFD dibandingkan wanita dengan IMT < 19,9
8. Faktor sosial seperti status sosioekonomi dan edukasi rendah

D. Jenis-jenis
Kematian janin dapat di bagi menjadi empat golongan :
1. Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai dua puluh
minggu penuh.
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil dua puluh minggu hingga dua
puluh delapan minggu.
3. Golongan III : Kematian sesudah kehamilan lebih dari dua puluh delapan
minggu (Late Fetal Death).
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan diatas.

E. Patofisiologi
Kematian janin dalam kandungan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) juga
bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia
dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan
yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula
dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu
kekurangan Fe dampak pada janin adalaah irefersibel. Kerja organ-organ
maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan IUGR.
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada Kehamilan
yang telah lanjut, maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai
berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali.
2. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh inimula-
mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
3. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.
Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat
longgar edema di bawah kulit.
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS
PADA IBU DENGAN INTRA UTERI FETAL DEATH (IUFD)
DI RUANG VK BERSALIN RSUD Dr. MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN TAHUN 2020

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Januari 2020
Pukul : 09.00 WITA

IDENTITAS
Ibu Suami
Nama Ny. R Tn. D
Umur 26 Tahun 27 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan D III SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Jl. S.Parman Gang Tera RT/22 No. 38

PROLOG
Ibu dipindahkan dari IGD Ponek ke ruang VK Bersalin pukul 04.30 WITA. Ini
merupakan kehamilan ibu yang ke dua, pada kehamilan pertama ibu mengalami
keguguran pada usia kehamilan 2 minggu. Jarak kehamilan pertama dan kedua
yaitu 6 bulan dan selama itu ibu menggunakan KB pil. HPHT : 23 April 2019,
TP : 30 Januari 2020, usia kehamilan 39 minggu. Sudah 3 hari ibu merasakan
gerakan janinnya berkurang kemudian pada tanggal 28 Januari 2020 ibu
memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan dan dokter mengatakan sudah
tidak ada detak jantung janin lagi maka janin ibu di diagnosa telah meninggal di
dalam kandungan. Hasil pemeriksaan di IGD Ponek TD 120/80 mmHg, N : 88
x/menit, R : 22 x/menit, T : 36,7 °C. TFU 27 cm, DJJ (-), presentasi kepala,
pembukaan 2 cm. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun alergi
terhadap obat dan makanan.
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa cemas dengan kehamilannya, karena pada tanggal 26
Januari gerakan janin sudah berkurang dari biasanya yaitu sekitar 5 kali dalam
sehari, kemudian tanggal 27 januari gerakan janin hanya 3 kali dalam sehari,
kemudian tanggal 28 januari janin sudah tidak bergerak lagi. Ibu mengatakan ini
merupakan kehamilan kedua ibu dan pada kehamilan pertama ibu mengalami
keguguran pada usia kehamilan 2 minggu di tahun 2018. Ibu mengatakan saat
hamil kedua ini ibu sering diurut perutnya oleh dukun kampung. Ibu mengeluh
perutnya terasa mules menjalar hingga kepinggang dan keluar lendir darah dari
jalan lahir sejak pukul 16.00 WITA.

OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 110/70 mmHg, N: 82x/menit,
R: 24x/menit, T: 36,8°C. Palpasi: TFU sekarang 3 jari dibawah prx (27 cm) ( pada
tanggal 20 januari ibu melakukan pemeriksaan di bidan dan TFU :30 cm ),
presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP (3/5), his 4x/10’/40’’, DJJ (-).
Genitalia odem dan varises (-/-), VT pukul 09.00 WITA portio tipis, pembukaan
serviks 8 cm, selaput ketuban utuh, penurunan kepala di hodge III, kandung
kemih kosong, tampak keluar lendir bercampur darah.

ANALISA

Ny.R G2P0A1 hamil 39 minggu, inpartu kala I fase aktif dengan Intra Uterin
Fetal Death (IUFD)

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu penyebab dari Intra Uterin Fetak Death ( janin


meninggal dalam kandungan ) yaitu karena pada saat hamil ibu sering
mengurut perutnya yang dapat menyebabkan salah satunya lilitan tali
pusat dan menyebabkan kematian janin. Ibu mengerti dan tidak akan
mengulanginya lagi pada kehamilan selanjutnya.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu memasuki proses
persalinan pembukaan 8 cm. Ibu mengerti.
3. Memberikan dukungan mental dan spiritual pada ibu untuk mengurangi
rasa cemas pada ibu. Rasa cemas ibu berkurang.
4. Memberitahu ibu untuk memilih pendamping persalinan karena saat ini
ibu merasa sedih dan perlu dukungan mental.
Ibu didampingi oleh suaminya.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi.
Ibu makan sedikit roti dan segelas air putih.
6. Mempersiapkan ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin berkemih.
Ibu mengerti.

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN PERSALINAN

No Pengkajian Catatan Perkembangan


1. Rabu, 29 Januari 2020 SUBJEKTIF
Jam 09.50 WITA Ibu mengeluh sakit perut yang semakin lama
semakin sering dan dorongan ingin mengedan
seperti ingin BAB.

OBJEKTIF
Keadaan umum tampak kesakitan, kesadaran
composmentis, TD 100/70 mmHg, N: 88x/menit, R:
22x/menit, T: 36,5°C. Presentasi kepala, penurunan
kepala 1/5. His 5x/10’/50’’, perineum menonjol,
tekanan pada anus, vulva membuka, kandung kemih
kosong, VT: portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
ketuban pecah jam 09.55 WITA. Air ketuban keruh
bercampur darah, kepala di hodge IV. Ubun-ubun
kecil didepan.

ANALISA
Ny.R G2P0A1 Hamil 39 minggu inpartu kala II
dengan IUFD.

PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu memasuki
kala pengeluaran janin yaitu pembukaan lengkap
(10 cm).
Ibu memahami penjelasan yang diberikan.
2. Mengatur posisi ibu yang membuat ibu merasa
nyaman.
Ibu dalam posisi litotomi.
3. Memfasilitasi pendamping persalinan oleh
suami ibu agar dapat memberikan dukungan
kepada ibu.
Ibu didampingi oleh suami ibu.
4. Mengajarkan cara mengedan yang baik dan
benar yaitu bila terasa sakit (HIS) ibu diminta
mengedan, kedua tangan menarik pangkal paha
kearah dada, kepala diangkat, mata melihat
kearah perut, mulut ditutup saat mengedan.
5. Memberi dukungan dan semangat kepada ibu
saat mengedan dan memberitahu ibu untuk
istirahat diantara kontraksi. Ibu memahami dan
melakukan dengan baik.
6. Menahan perineum saat kepala janin sudah
masuk pintu bawah panggul dengan diameter 5-
6 cm, kemudian lahirkan janin.
7. Memeriksa lilitan tali pusat pada bayi dan ada
lilitan tali pusat kencang pada bayi, kemudian
longgarkan lilitan tali pusat.
8. Menempatkan tangan secara biparietal pada
kepala bayi, tarik secara berhati-hati kearah
bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian
tarik keatas untuk melahirkan bahu belakang,
selanjutnya lahirkan seluruh tubuh.
9. Bayi lahir meninggal spontan belakang kepala
tanggal 29 Januari 2020 pukul 10.00 WITA,
jenis kelamin laki-laki.
10. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem ±
3 cm dari pusat bayi dan klem kedua 2 cm dari
klem pertama.
11. Memotong tali pusat diantara 2 klem dengan
perlindungan tangan kiri.

2. Rabu, 29 Januari 2020 SUBJEKTIF


Jam 10.05 WITA Ibu mengatakan mules pada perut bagian bawah.

OBJEKTIF
Keadaan umum baik, TFU setinggi pusat, kontraksi
uterus baik, perdarahan normal (100 cc), tali pusat
memanjang, uterus membundar, kandung kemih
kosong, terdapat semburan darah mendadak dan
singkat.

ANALISA
Ny.K G2P0A1 hamil 39 minggu inpartu kala III

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa sudah
terlihat tanda-tanda perlepasan plasenta dan akan
dilakukan tindakan untuk melahirkan plasenta.
Ibu mengerti dan setuju dengan asuhan yang
akan diberikan.
2. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan
tidak ada janin kedua.
3. Melakukan informed consent untuk penyuntikan
oksitosin agar kontraksi uterus ibu baik dan
plasenta cepat lahir. Ibu setuju untuk dilakukan
penyuntikan oksitosin.
4. Penyuntikan oksitosin 10 UI secara
intramuskular pada 1/3 paha bagian luar (paha
kiri), 1 menit setelah bayi lahir. Oksitosin telah
disuntikan.
5. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
(PTT), plasenta lahir lengkap dengan selaputnya
pada pukul 10.05 WITA.
6. Melakukan masase uterus. Uterus berkontraksi
dengan baik.
3. Rabu, 29 Januari 2020 SUBJEKTIF
Jam 10.20 WITA Ibu mengatakan merasa mules pada perutnya dan
ibu merasa sedih karena kematian bayinya.
OBJEKTIF
Keadaan umum baik, TD: 120/80 mmHg, N:
85x/menit, R: 24x/menit, T: 36,5°C, TFU 2jari
bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong, perdarahan normal (50cc) dan terdapat
laserasi pada derajat I. Bayi dan plasenta beserta
selaputnya lahir lengkap.

ANALISA
Ny.R G2P0A1 hamil 39 minggu inpartu kala IV

PENATALAKSANAAN
1. Mengajarkan ibu untuk masase uterus untuk
mempertahankan kontraksi. Ibu melakukan
masase dengan baik dan uterus berkontraksi
dengan baik.
2. Memfasilitasi personal hygiene, meliputi
membersihkan tubuh ibu dari paparan darah,
mengganti pakaian ibu, membersihkan tempat
tidur ibu. Tubuh ibu sudah bersih, pakaian ibu
diganti, dan tempat tidur ibu bersih.
3. Memberikan dukungan mental dan spiritual
kepada ibu untuk mengurangi kesedihan ibu.
4. Memberitahu ibu untuk melakukan ANC secara
rutin pada kehamilan selanjutnya untuk
mengantisipasi adanya komplikasi pada
kehamilan. Ibu bersedia.
5. Memfasilitasi pemberian nutrisi dan cairan. Ibu
sudah minum satu gelas air putih dan makan
sedikit kue.
6. Melakukan dekontaminasi dan sterilisasi alat.
Alat sudah steril.
7. Melakukan observasi 2 jam post partum meliputi
TFU, kontraksi uterus, kandung kemih,
perdarahan dan tanda-tanda vital.

Anda mungkin juga menyukai