Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY. “N” G1P0A0 UK 42 MINGGU

DENGAN KEHAMILAN POSTDATE

DI BPM ASRI TUBAN

OLEH:
LISTYANING AJENG PAMBUDI
P27820518031

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 2 Tuban
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik klinik keperawatan maternitas dengan judul “Asuhan


Keperawatan Maternitas Pada Ny. “N” G1P0A0 UK 42 Minggu Dengan Kehamilan
Postdate Di BPM Asri Tuban”.

Telah disahkan pada tanggal 25 April 2020.

Pembimbing Akademik

Teresia Retna P.,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP. 196803261992032010

i
Kasus :

Seorang ibu berusia 29 tahun, G1P0A0, hamil 42 minggu, datang ke


Puskesmas jam 17.00. Saat dilakukan TFU 36 cm, sudah merasakan mulas–
mulas namun tidak teratur sejak 12 jam yang lalu. Klien mengatakan mulas
terasa 2 x setiap 10 menit selama 15 detik. Klien juga mengeluh sudah ada
keluar darah bercampur lendir dari kemaluannya. Saat dilakukan periksa
dalam oleh perawat, klien sudah mengalami pembukaan 2 cm, serviks tipis
dan mender.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
patologis. Tetapi kondisi normal dapat menjadi patologis/abnormal. Masa hamil
berlangsung 280 hari atau 40 minggu (Moudy Lombogia, 2017). Kehamilan
postdate/postmatur/postterm adalah kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan
usia >42 minggu penuh (294 hari) terhitung sejak hari pertama haid terakhir
(Didien Ika Setyarini dkk., 2016). Persalinan postterm ini cukup berisiko karena
dapat menimbulkan komplikasi baik pada ibu maupun pada bayi. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa persalinan postterm dapat meningkatkan risiko
kejadian endometritis, perdarahan postpartum, dan thromboembolic disease pada
ibu bersalin (Vitale, Marilli, & Cianci, 2015). Menurut Ratnawati dan Yusnawati
dalam penelitiannya, kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi dari
kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum,
intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi meconium dan asfiksia,
kematian janin akibat persalinan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan,
55% dalam persalinan, dan 15% pascanatal. Penelitian lain juga menunjukkan
bahwa persalinan postterm dapat meningkatkan risiko penurunan nilai Activity,
Pulse, Grimace, Appearance, Respiration (APGAR) pada bayi baru lahir pada
menit pertama dan kelima, serta meningkatkan risiko kejadian disabilitas pada
intelektual bayi (Seikku et al., 2016). Persalinan postterm dikaitkan dengan
peningkatan risiko mortalitas dan morbiditas perinatal termasuk ketuban yang
mengandung mekonium, sindrom aspirasi mekonium, oligohidramnion,
makrosomia, cedera lahir janin atau gangguan janin intrapartum. Angka
morbiditas di wilayah Asia lebih rendah dari pada wilayah Ethiopia, yaitu 9,10%
(Mengesha, Lerebo, Kidanemariam, Gebrezgiabher, & Berhane, 2016). Penelitian
lain juga mengungkapkan dari 205 responden yang mengalami persalinan
postterm 33,70% bayi memiliki riwayat Intrauterine Growth Restriction (IUGR),
19% mengalami asfiksia, 20% mengalami fetal distress, 18% mengalami aspirasi
mekonium dan 4,90% bayi meninggal saat dilahirkan (Samad, Naz, Akhtar, &
Akhtar, 2017).
Menurut (WHO, 2020) setiap tahun 300.000 wanita meninggal karena
penyebab kematian yang dapat dicegah selama kehamilan dan persalinan dan 5,1
juta bayi meninggal dunia atau mati di bulan pertama kehidupan mereka. Menurut
(WHO, 2020) morbiditas maternal dan neonatal adalah beban kesehatan yang
besar. Namun, ada sedikit data tentang jumlahnya. Diperkirakan bahwa untuk

1
setiap kematian ibu, ada 20 hingga 30 kasus morbiditas ibu. Untuk bayi baru
lahir, diperkirakan bahwa 10,6% dari semua kelahiran hidup pada tahun 2014
adalah prematur dan (Estimasi Berat Badan Rendah Harus Diterbitkan Awal
2019). Menurut (WHO, 2020) kematian ibu: Setiap hari pada tahun 2015, sekitar
830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Hampir
semua kematian ini terjadi di rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian besar
bisa dicegah. Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi,
dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan. Risiko seorang wanita di
negara berkembang meninggal karena sebab terkait ibu selama masa hidupnya
adalah sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di
negara maju. Kematian ibu adalah indikator kesehatan yang menunjukkan
kesenjangan yang sangat luas antara kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan,
baik antar negara dan di dalamnya. Menurut (WHO, 2020) di Indonesia pada
tahun 2017 rasio kematian ibu hamil adalah 177 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut (DEPKES PROV. JATIM, 2018) pada tahun 2017, AKI Provinsi Jawa
Timur mencapai 91,92 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 91 per 100.000 kelahiran
hidup. Tiga penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun 2017 adalah penyebab
lain-lain yaitu 29,11% atau 154 orang, Pre Eklamsi / Eklamsi yaitu sebesar
28,92% atau sebanyak 153 orang dan perdarahan yaitu 26,28% atau sebanyak 139
orang. Sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi sebesar 3,59% atau
sebanyak 19 orang. penyebab kematian ibu menunjukkan bahwa penyebab
kematian ibu oleh karena penyebab lain-lain cenderung meningkat dalam tiga
tahun terakhir, penyebab lain-lain ini lebih banyak disebabkan oeh faktor penyakit
yang menyertai kehamilan. Upaya menurunkan kematian Ibu karena perdarahan
dan Pre Eklamsi / Eklamsi terus dilakukan dan waspada pada penyebab lain-lain.
Tahun 2017 Angka Kematian Bayi pada posisi 23,1 per 1.000 kelahiran hidup
(angka estimasi dari BPS Provinsi), Angka Kematian Bayi Jatim sampai dengan
tahun 2017 masih diatas target Nasional (Survey Penduduk Antar
Sensus/SUPAS). Menurut (BPS Prov Jatim, 2017) AKB di Kab Tuban pada tahun
2012 adalah 30,99 per 1000 kelairan hidup, pada tahun 2013 adalah 29,87 per
1000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 adalah 29,03 per 1000 kelahiran hidup,
pada tahun 2015 adalah 28,18 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2016 adalah
27,31 per 1000 kelahiran hidup.
Kejadian kehamilan lewat waktu berkisar 10% dengan variasi 4 sampai 15%.
Perlu diperhatikan bahwa sebagian besar ibu di daerah pedesaan tida mengetahui

2
dengan pasti tanggal hari pertama haid terakhir, sehingga sulit melakukan
evaluasi. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2 atau O2 sehingga janin mempunyai resiko
asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah
menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat,
terjadi perubahan metabolisme janin, air ketuban berkurang dan makin kental,
sebagian janin bertambah berat, sehingga mmerlukan tindakan operasi persalinan,
berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat
dapat meninggal dalam rahim, saat persalinan janin lebih mudah mengalami
asfiksia. Kematian janin pada kehamilan lewat waktu dapat terjadi sekitar 25-35%
dalam rahim dan makin meingkat pertolongan persalinan dengan tindakan.
Penyebab kehamilan lewat waktu menjelang persalinan ter dapat penurunan
progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin
sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau klainan pada rahim (Ida Ayu Chandranita Manuaba dkk, 2010).
Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penangan
sehingga hasil akhir mnuju well born baby dan well health mother dapat tercapai
(Ida Ayu Chandranita Manuaba dkk, 2010). Cara mencegah terjadinya kegawat
daruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan
yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/klien.
Kita sebagai tenaga kesehatan bisa memberi tatalaksana umum seperti Sedapat
mungkin rujuk pasien ke rumah sakit, Tawaran induksi persalinan (persalinan
anjuran) mulai dari usia kehamilan 41 minggu dengan syarat cervix sudah matang
dan Indikasi sectio caesaria pada primitua (umur > 40 tahun) (Didien Ika
Setyarini dkk, 2016).

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Kehamilan Lewat Waktu (post matur) Adalah kehamilan lewat waktu
sebagai kehamilan usia ≥42 minggu penuh (294 hari) terhitung sejak hari
pertama haid terakhir (Didien Ika Setyarini dkk, 2016). Jika usia kehamilan
lebih dari 42 minggu, maka kehamilannya adalah kehamilan postmatur/
serotinus (Atin Karjatin, 2016). Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu (Ari Kurniarum,
2016). Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang terus berlanjut
sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah
3 kali lebih besar (Yuanita Syaiful dkk, 2019).

2.2 ETIOLOGI
Penyebab kehamilan lewat waktu belum diketahui secara pasti, namun
penyebab kehamilan lewat waktu ini bisa jadi karena faktor psikologi ibu,
faktor hormonal dan kelainan anatomis alat kandungan. Menjelang persalinan
terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor
terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan,
karena ketegangan psikologis atau klainan pada rahim (Ida Ayu Chandranita
Manuaba dkk, 2010). Hal ini memberikan petunjuk bahwa kekurangan
progesteron yang berlebihan dapat menunda persalinan. Penyebab lain yang
dikemukakan ialah faktor hereditas karena lewat waktu tidak jarang terjadi
pada suatu keluarga tertentu dan mempunyai kecenderungan untuk terulang
pada wanita yang sama. Selain itu tidak jarang kehamilan dengan janin
anensefal, persalinannya melebihi 42 minggu walaupun disertai hidramnion.
Hal ini mungkin berhubungan dengan kelainan aksis pituitaria-adrenal,
berkurangnya konsentrasi kartisol dalam air ketuban mmperpanjang waktu
induksi (Sarwono Prawirohardjo, 1984).

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Ida Ayu Chandranita Manuaba (2010) kehamilan lewat waktu
dapat diperkirakan jika pada saat:
1) Anamnsis (kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu, grak
janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali).
Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.

4
2) Hasil pemeriksaan dapat dijumpai berat badan ibu tetap atau menurun, air
ketuban terasa berkurang, dan gerak janin menurun.
3) Menyarankan penderita untuk konsultasi dengan dokter, menganjurkan
untuk melaksanakan persalinan di Rumah Sakit dan penderita dirujuk ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Atin Karjatin (2016) Pemeriksaan laboratorium dilakukan di
awal kehamilan untuk memberikan data tentang perubahan fisiologis dalam
kehamilan dan untuk mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi (Reeder,
Martin, Griffin, 2011). Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan
antara lain pemeriksaan golongan darah, ultrasonografi (USG), pemeriksaan
urin (apakah terdapat proteinuri atau glukosuria).
Menurut Kemenkes RI. (2018) tes laboratorium meliputi :
1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan
2) Tes Hb, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia)
3) Tes pemeriksaan urine (air kencing)
4) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan Sifilis, sementara
pmeriksaan malaria dilakukan didaerah endemis.

2.5 PERMASALAHAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU


Bahaya yang kemungkinan terjadi dari khamilan lewat waktu adalah
kemungkinan kematian anak di dalam Rahim bertambah. Besarnya anak yang
berlebihan dapat menimbulkan kesukaran pada persalinan. Atau anak dapat
kecil karena penurunan fungsi placenta. Masalah dengan persalinan serotinus
adalah pada bayi tak ada lanugo, kuku panjang, rambut kepala banyak, kulit
keriput, mengelupas sering berwarna kekuningan, kadang-kadang anak agak
kurus, air ketuban sedikit dan mengandung meconium (Ari Kurniarum, 2016).

2.6 PENATALAKSANAAN
Menurut Ari Kurniarum, 2016 tatalaksana Umum :
1) Sedapat mungkin rujuk pasien ke rumah sakit
2) Tawaran induksi persalinan (persalinan anjuran) mulai dari usia
kehamilan 41 minggu dengan syarat cervix sudah matang
3) Indikasi sectio caesaria pada primitua (umur > 40 tahun)

5
2.7 PATOFISIOLOGIS
Penyebab kehamilan lewat waktu belum diketahui secara pasti, namun
penyebab kehamilan lewat waktu ini bisa jadi karena faktor psikologi ibu,
faktor hormonal dan kelainan anatomis alat kandungan. Menjelang persalinan
terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor
terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan,
karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Ida Ayu Chandranita
Manuaba dkk, 2010). Hal ini memberikan petunjuk bahwa kekurangan
progesteron yang berlebihan dapat menunda persalinan. Penyebab lain yang
dikemukakan ialah faktor hereditas karena lewat waktu tidak jarang terjadi
pada suatu keluarga tertentu dan mempunyai kecenderungan untuk terulang
pada wanita yang sama. Selain itu tidak jarang kehamilan dengan janin
anensefal, persalinannya melebihi 42 minggu walaupun disertai hidramnion.
Hal ini mungkin berhubungan dengan kelainan aksis pituitaria-adrenal,
berkurangnya konsentrasi kartisol dalam air ketuban memperpanjang waktu
induksi (Sarwono Prawirohardjo, 1984).
Dari penyebab diatas dapat berdampak pada ibu dan bayi. Dampak
psikologis bagi ibu adalah dapat menimbulkan kecemasan atau ansietas
karena tidak sesuai dengan taksiran persalinan yang dapat merubah persepsi
terhadap keadaan tersebut. Dari lamanya usia kehamilan ini juga dapat
mempengaruhi plasenta. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Karena
makin tua kehamilan makin rendah indeks plasenta, artinya makin kurang
mampu memberikan nutrisi kepada janinnya dan kurang mampu melakukan
pertukaran CO2 maupun O2, O2 pada janin menurun sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam lahir (Ida Ayu Chandranita
Manuaba dkk, 2010). Begitu janin lahir kemungkinan akan mengalami
gangguan pertukaran gas. Pada plasenta yang cukup baik, janin akan tetap
tumbuh. Ibu mengalami kontraksi pada uterus yang menimbulkan his, lalu
akan menimbulkan nyeri. Ibu mampu melahirkan secara spontan namun dapat
mengalami nyeri karena terjadi penekanan pada pelvis yang sempit.
2.8

6
PATHWAY
Faktor penyebab:
- Psikologis ibu
- Faktor hormonal: penurunan progesteron yang berlebihan
- Kelainan anatomi alat kandungan
- Faktor hereditas

Kehamilan lebih dari 42 minggu (Post date)

Psikologis Fisiologis

Persalinan
tidak sesuai
dg taksiran Plasenta Plasenta buruk
persalinan cukup baik

O2 menurun
Perubahan Janin tetap
persepsi tumbuh
terhadap Merangsang
keadaan paru-paru
Kontraksi
janin
uterus
bernapas
MK : Ansietas

Pelvis ibu
Air ketuban
sempit
teraspirasi

Penekanan
syaraf pelvis Aspirasi air
ketuban &
mekonium
MK : Nyeri

Asfiksia
janin

MK :
Gangguan
pertukaran
gas

Sumber:
Tim
Pokj
a
SD

7
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2017.


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj
Ywt6BgoXpAhXZfX0KHQk2A2EQFjAAegQIAhAB&url=https%3A%2F
%2Fjatim.bps.go.id%2Fstatictable%2F2017%2F06%2F07%2F389%2Fangka-
kematian-bayi-akb-penduduk-jawa-timur-menurut-kabupaten-kota-2012-
2016.html&usg=AOvVaw0Pn4S9FHNodePf7WoLmlvS diakss pada tanggal 25
April 2020.
BKKBN dkk. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Karjatin, Atin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Maternitas. Jakarta
Selatan : Kemenkes RI PPSDM Kesehatan.
Kemenkes RI. 2018. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Th. 2017. Surabaya :
Dinkes Provinsi Jatim.
Kurniarum, Ari. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Asuhan Kebidanan Persalinan Dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta Selatan : Kemenkes RI PPSDM Kesehatan.
Lombogia, Moudy. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi Pertama.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Maulinda, Nadhifa Anwar dkk. 2018. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 6 No. 1 :
Hubungan Usia, Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Persalinan Postterm.
Penerbit : Universitas Airlangga
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwjrn4es-
oTpAhWHb30KHeECDw8QFjAAegQIARAB&url=https%3A%2F%2Fe-
journal.unair.ac.id%2FJBE%2Farticle%2Fdownload
%2F9491%2F5352&usg=AOvVaw0ANgcJay5JejH4cRox6te1 diakses pada
tanggal 25 April 2020.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta Selatan :
PPNI.
Riska, Eka dkk. 2019. Jurnal Midwifery Vol. 1 No. 1 Th. 2019. Penerbit : Program
Studi Kebidanan UIN Alaudin Makassar.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi
K0Lq8g4XpAhXIAnIKHdIbACUQFjACegQIARAB&url=https%3A%2F
%2Fdocplayer.info%2F136113382-Jurnal-midwifery-vol-1-no-1-tahun-asuhan-
kebidanan-intranatal-pada-ny-n-dengan-persalinan-postterm-di-rsud-syekh-
yusuf-gowa-17-juli-2018.html&usg=AOvVaw3KthRR--ZX8drUPpNQT0KA
diakses pada tanggal 25 April 2020.
Setyarini, Didien Ika dkk. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta Selatan : Kemenkes RI PPSDM
Kesehatan.
World Health Organization. 2020.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj
Ml9zKgoXpAhVSWysKHUA5Af4QFjAAegQIEBAC&url=https%3A%2F

8
%2Fwww.who.int%2F&usg=AOvVaw3w5WZMkYep0vzSNC95FZZ9 diakses
pada tanggal 25 April 2020.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA NY. “N” G1P0A0 UK 42 MINGGU
DENGAN KEHAMILAN POSTDATE
3.1 PENGKAJIAN INPARTU
I. Namanese : Nama pengkaji
No. Reg : Untuk dapat membedakan antara pasien dengan pasien
yang lain dalam suatu ruangan.
1. Biodata
a) Nama klien : Untuk mengetahui nama klien dan
suami sebagai identitas pasti untuk mencegah
terjadinya kekeliruan bila ada nama pasien/ klien
yang sama.
b) Umur : Untuk mengetahui umur klien,
apakah klien memiliki resiko tinggi atau tidak
dalam kehamilannya. Kehamilan normal terjadi pada saat
ibu berusia lebih dari 16 tahun dan kurang dari 35 tahun
c) Agama : Kepercayaan yang dianut pasien, hal
ini berpengaruh dalam memberikan asuhan
selama hamil.
d) Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan terakhir yang
ditempuh ibu. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
pengetahuan ibu dalam menerima informasi selama proses
kehamilannya.
e) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat pekerjaan yang
tergolong berat/tidaknya. Pekerjaan yang berat dapat
mengganggu baik kondisi ataupun tumbuh kembang janin
selama proses kehamilan berlangsung.
f) Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita
dan mengetahui pola kebiasaan ynag dapat mempengaruhi
kesehatan klien.
g) Perkawinan : Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur
pertama kali menikah. Umur pertama kali menikah < 18 tahun,
pinggulnya belum cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil
beresiko waktu melahirkan. Jika hamil umur > 35 tahun
bahayanya bisa terjadi hipertensi, plasenta previa, pre-eklamsia,

10
KPD, persalinan tidak lancar / macet, perdarahan setelah bayi
lahir, BBLR.
h) Alamat : Untuk mempermudah dan mengetahui tempat
tinggal serta keadaan lingkungan pasien.
i) Tgl/jam MRS : Tanggal/jam saat ibu pertama kali masuk
Rumah Sakit.
j) Alasan MRS : Apa alasan ibu sehingga datang untuk
memeriksakan diri.
k) Tanggal di data : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan
pengkajian pada klien.
2. Riwayat Penyakit
Penyakit yang diderita ibu dapat mempengaruhi
kehamilannya. Sebagai contoh penyakit yang akan
mempengaruhi dan dapat dipicu dengan adanya
kehamilan adalah hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, anemia dan penyakit menular
seksual lain seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan gonorrhea.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Keturunan kembar : Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu
b) Penyakit keturunan : Penyakit keluarga yang diturunkan
seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma.
c) Penyakit menular dalam keluarga : Anggota keluarga yang
mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti
TBC, hepatitis.
4. Riwayat Haid
a) Haid terakhir : untuk mengetahui usia kehamilan dan taksiran
persalinan.
b) Menarche : Menarche adalah terjadi haid yang pertama
kali. Menarche terjadi pada usia pubertas yaitu sekitar12-16
tahun.
c) Siklus/lama haid : Siklus haid pada setiap wanita tidak sama.
Siklus haid yang normal / dianggap sebagai siklus adalah 28 hari,
tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3

11
hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32
hari. Lamanya Haid, biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada
wanita biasanya lama haid ini tetap.
d) Sifat haid/darah : Untuk mengetahui penyakit yang mungkin
dialami
e) Dysmenorrhoe : Nyeri pada saat haid
f) Flour albus : Darah putih/keputihan
5. Riwayat Kontrasepsi
Ditanyakan pernahkah ibu mengikuti KB/tidak, apa macamnya, ada
keluhan/tidak, setelah persalinan rencananya ibu menggunakan KB
apa.
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
a) G : Gravida/hamil yg ke berapa
b) P : Para/melahirkan melalui pervaginaan
c) A : Aterm/persalinan cukup bulan dg uk 37mgg-42mgg
d) P : Prematur/persalinan dg uk 28mgg-37mgg
e) I : Imatur/persalinan dg uk 22mgg-28mgg
f) A : Abortus/keguguran/kehamilan kurang dari 22mgg
g) H : Hidup
h) ANC : Sekarang jadwal pemeriksaan hamil dilakukan paling
sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu; satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan
ketiga
i) Imunisasi TT : Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya
diberikan 2x dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila
sebelumnya ibu pernah mendapat TT 2x pada kehamilan yang
lalu atau pada calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu
kali (TT boster). Pemberian TT pada ibu hamil tidak
membahayakan janin walupun diberikan pada kehamilan muda.
7. Pola Kesehatan Sehari-hari
a) Istirahat tidur : Berhubungan dengan kecukupan kebutuhan
istirahat klien. Wanita hamil harus mengurangi semua
kegiatan yang melelahkan. Wanita hamil juga harus
menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang
sangat lama. Ibu hamil tidur malam kurang lebih

12
sekitar 8 jam setiap istirahat dan tidur siang kurang
lebih 1 jam.
b) Personal hygiene :
- Rambut harus sering dicuci.
- Gigi betul-betul harus mendapat perawatan untuk mencegah
caries.
- Buah dada adalah organ yang erat hubungannya dengan
kehamilan dan nifas, sebagai persiapan untuk produksi
makanan bayi oleh karena itu bila kurang kebersihannya bisa
menyebabkan infeksi.
- Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih.
Setelah BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang
dari depan ke belakang.
- Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku
bisa tersembunyi kuman penyakit.
- Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi
tidak hanya membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan,
karena pembuluh darah terangsang dan badan terasa nyaman.
- Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih,
kalau dapat pagi dan sore, lebih-lebih pakaian dalam seperti
BH dan celana dalam.
c) Aktivitas gerak : Gerak badan yg ringan baik sekali dan
sedapat-dapatnya dicari udara segar dan sinar matahari pada pagi
hari. Menghindari mengangkat benda berat dan menghindari
pergerakan badan yang berlebihan
d) Nutrisi : Ibu hamil memerlukan kalori, protein, kalsium, zat
besi, vitamin A, vitamin D, vitamin C, vitamin B, dan air. Bahan
makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat arang
seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi untuk menghindari
kelebihan berat badan yang berlebihan.
e) Eliminasi : Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh
sering kencing, hal ini dipengaruhi oleh uterus yang semakin
membesar secara fisiologis dan pada akhir kehamilan biasanya
ibu juga mengeluh sering kencing karena kandung kemih tertekan
oleh kepala janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas
usus halus dan usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi.
Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena

13
menurunnya gerakan ibu hamil, tekanan kepala janin terhadap
usus besar dan rectum.
f) Perasaan nyaman : Dukungan selama masa kehamilan
sangat dibutuhkan bagi wanita hamil, terutama dari
orang terdekat apalagi ibu yang baru pertama kali
hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan
nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian
dari orang-orang terdekat
8. Data Psikososial Spiritual
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya
serta bagaiamana tanggapan suami dan keluarga tentang kehamialn.
Hal penting yang biasanya berkaitan dengan masa hamil yaitu menu
untuk ibu hamil, misalnya ibu hamil harus pantang terhadap makanan
yang berasal dari daging, ikan, telur dan goreng-gorengan karena
kepercayaan akan menyebabkan kelainan pada janin. Adat ini akan
sangat merugikan pasien dan janin karena hal tersebut akan membuat
pertumbuhan janin tidak optimal dan pemulihan kesehatannya akan
lambat.
II. Keadaan Waktu Masuk Rumah Sakit
1) Keadaan Ibu
- Keadaan umum : Keadaan umum ibu baik, keadaan
emosional stabil, kesadaran komposmetis. Pada
saat ini diperhatikan pula bagaimana sikap tubuh,
keadaan punggung, dan cara berjalan. Ibu
cenderung bersikap lordosis. Apabila ibu berjalan
dengan sikap kifosis, skoliosis atau pincang maka
kemungkinan ada kelainan panggul (Romauli,
2011: 172). Lordosis yang progresif akan menjadi
bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat
kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke
belakang ke arah 2 tungkai (Saifuddin, 2010: 186).
- Tanda vital :
 Tekanan darah : Tekanan darah dalam batas
normal, yaitu 100/70- 130/90 mmHg. Wanita
yang tekanan darahnya sedikit meningkat di

14
awal pertengahan kehamilan mungkin
mengalami hipertensi kronis atau jika wanita
nulipara dengan sistolik > 120 mmHg, berisiko
mengalami preeklampsia (Marmi, 2014: 163).
Pada umumnya normal. Kenaikan tidak boleh
lebih dari 30 mmHg sistolik atau 15 mmHg pada
diastolik, lebih dari batasan tersebut ada
kemungkinan mulai terdapat preeklamsia ringan
(Manuaba, 2010: 265).
 Nadi : Denyut nadi maternal sedikit meningkat
selama hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut
per menit (dpm). Curigai hipotiroidisme jika
denyut nadi > 100 dmp. Periksa adanya
eksoftalmia dan hiperrefleksia yang menyertai
(Marmi, 2014: 163).
 Suhu : Suhu tubuh yang normal adalah 36-
37,5ºC. Bila suhu tubuh lebih dari 37ºC perlu
diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011: 173).
 Pernafasan : Untuk mengetahui sistem
pernafasan, normalnya 16-24 kali per menit
(Romauli, 2011: 173).
- Permulaan his : Sejak kapan dirasakan kontraksi dengan
intensitas dan frekuensi yang meningkat
- Pengeluaran pervagina : Pemeriksaan alat genetalia
eksterna terdiri dari inspeksi vulva untuk
mengetahui pengeluaran cairan atau darah dari
liang senggama, perlukaan pada vulva/labium
mayus, dan pertumbuhan abnormal (kondiloma
akuminata-lata, kista bartholini, abses bartholini,
fibroma labium mayus). Pada palpasi vulva akan
teraba tumor pada vulva, teraba benjolan atau
penebalan labium mayus, dan teraba
pembengkakan kelenjar Bartholini (Manuaba, 2010:
537). Pemeriksaan genetalia dilakukan dengan
mencari adanya lesi, eritema, perubahan warna,
pembengkakan, ekskoriasi dan memar. Bila ada lesi

15
kemungkinan menunjukkan sifilis atau herpes
(Marmi, 2014: 170). k).
- Kandung seni : tanyakan pada ibu ingin berkemih atau tidak dan
pastikan kandung seni dalam keadaan kosong untuk
memudahkan pemeriksaan pada ibu hamil.
- Keadaan his : Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan
pendataran serviks, apakah selaput ketuban masih utuh atau
tidak, posisi bagian terendah janin.
2) Keadaan Janin
- TFU : Menurut Mc.Donald pemeriksaan TFU dapat
dilakukan dengan menggunakan metlin (pita
pengukur), dengan cara memegang tanda nol pita
pada aspek superior simpisis pubis dan menarik
pita secara longitundinal sepanjang aspek tengah
uterus ke ujung atas fundus, sehingga dapat
ditentukan TFU (Manuaba, 2010: 100).
- Usia kehamilan :
Menurut Mochtar (2012:41) cara untuk menentukan
tuanya usia kehamilan antara lain :
1) Dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
sampai dengan hari pemeriksaan, kemudian
dijumlah dan dijadikan dalam hitungan minggu.
2) Ditambah 4,5 bulan dari waktu ibu merasa
gerakan janin pertama kali “feeling life”
(quickening).
3) Menurut Mc. Donald adalah modifikasi cara
Speigelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam
cm dibagi 3,5 merupakan tuanya usia kehamilan
dalam bulan.
Kemudian menurut Manuaba (2010:128),
menjelaskan juga untuk menetapkan usia
kehamilan yaitu :
1) Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ), denyut
jantung janin akan terdengar pada usia
kehamilan lebih dari 16 minggu.

16
2) Memperhitungkan masuknya kepala ke pintu
atas panggul terutama pada primigravida
masuknya kepala ke pintu atas panggul terjadi
pada minggu ke 36.
3) Mempergunakan hasil pemeriksaaan air ketuban,
semakin tua usia kehamilan semakin
berkurangnya atau sedikit air ketuban
- DJJ : Perhitungan DJJ dilakukan dengan memberi
interval 5 detik, ialah 5 detik pertama dihitung,
kemudian berhenti selama 5 detik, dihitung lagi 5
detik kedua, berhenti, dan dihitung 5 detik ketiga,
lalu dijumlahkan dan dikali 4. DJJ dinyatakan teratur
jika jarak denyut antara 5 detik pertama, ketiga dan
kelima tidak lebih dari 2 denyutan (Marmi,
2011:169). Kemudian Romauli (2011: 176)
menambahkan bahwa jumlah DJJ normal antara
120-140 kali per menit. Pada pemeriksaan punctum
maksimum, untuk mencari letak DJJ.
3) Keadaan Selama Dikamar Bersalin :
Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin
III. Pemeriksaan Fisik
Umum
- Keadaan umum : Keadaan umum ibu baik, keadaan
emosional stabil, kesadaran komposmetis. Pada saat
ini diperhatikan pula bagaimana sikap tubuh,
keadaan punggung, dan cara berjalan. Ibu
cenderung bersikap lordosis. Apabila ibu berjalan
dengan sikap kifosis, skoliosis atau pincang maka
kemungkinan ada kelainan panggul (Romauli, 2011:
172). Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk
yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari
pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis
menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah 2
tungkai (Saifuddin, 2010: 186).
- Kesadaran : Menggunakan GCS. Composmentis/apatis/samnolen.

17
- Mata : Bentuk simetris, konjungtiva normal warna
merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera
normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu
mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah
kemungkinan ada konjungtivitis. Kelopak mata yang
bengkak kemungkinan adanya pre eklamsia
(Romauli, 2011: 174).
- Tanda vital :
 Tekanan darah : Tekanan darah dalam batas
normal, yaitu 100/70- 130/90 mmHg. Wanita
yang tekanan darahnya sedikit meningkat di
awal pertengahan kehamilan mungkin
mengalami hipertensi kronis atau jika wanita
nulipara dengan sistolik > 120 mmHg, berisiko
mengalami preeklampsia (Marmi, 2014: 163).
Pada umumnya normal. Kenaikan tidak boleh
lebih dari 30 mmHg sistolik atau 15 mmHg pada
diastolik, lebih dari batasan tersebut ada
kemungkinan mulai terdapat preeklamsia ringan
(Manuaba, 2010: 265).
 Nadi : Denyut nadi maternal sedikit meningkat
selama hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut
per menit (dpm). Curigai hipotiroidisme jika
denyut nadi > 100 dmp. Periksa adanya
eksoftalmia dan hiperrefleksia yang menyertai
(Marmi, 2014: 163).
 Suhu : Suhu tubuh yang normal adalah 36-
37,5ºC. Bila suhu tubuh lebih dari 37ºC perlu
diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011: 173).
 Pernafasan : Untuk mengetahui sistem
pernafasan, normalnya 16-24 kali per menit
(Romauli, 2011: 173).
- Kandung seni : tanyakan pada ibu ingin berkemih atau tidak dan
pastikan kandung seni dalam keadaan kosong untuk
memudahkan pemeriksaan pada ibu hamil.

18
- Vulva : keadaan perineum, carilah varices, tanda chadwick,
condylomata, flour.
- Anus : adanya haemorrhoid/bawasir (pelebaran vena-vena dari
anus)
- Refleks patella : untuk mengetahui penyakit urat syaraf
- Anggota bawah : cari varices, oedema, luka, cicatrix pada lipat
paha. Jika ada varices/oedema sebaiknya kaki ditinggikan. Paling
sering oedema timbul pada kaki dan tungkai bawah
Khusus
- Palpasi : Abdomen :
 Leopold I : Digunakan untuk menentukan tinggi
fundus uteri, bagian janin dalam fundus, dan
konsistensi fundus. Pada letak kepala akan
teraba bokong pada fundus, yaitu tidak keras,
tidak melenting dan tidak bulat. Variasi Knebel
dengan menentukan letak kepala atau bokong
dengan satu tangan di fundus dan tangan lain
diatas simfisis (Manuaba, 2010:118).
 Leopold II : Menentukan batas samping rahim
kanan/kiri dan menentukan letak punggung.
Letak membujur dapat ditetapkan punggung
anak, yang teraba rata dengan tulang iga
seperti papan cuci. Dalam Leopold II terdapat
variasi Budin dengan menentukan letak
punggung dengan satu tangan menekan di
fundus. Variasi Ahfeld dengan menentukan letak
punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan
di tengah perut (Manuaba, 2010:118-119).
 Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin
di atas simfisis ibu dan bagian terbawah janin
sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau
masih bisa digoyangkan (Manuaba, 2010:119).
 Leopold IV : Menentukan bagian terbawah janin
dan seberapa jauh janin sudah masuk (pintu
atas panggul) PAP. Bila bagian terendah masuk
PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya,

19
maka tangan yang melakukan pemeriksaan
divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya
belum masuk PAP, maka tangan pemeriksanya
konvergen (Manuaba, 2010:119).
 Pemeriksaan Osborn Test : Menurut Marmi
(2011: 127) pegang kepala janin dan upayakan
masuk PAP. Jika tidak dapat masuk karena
masih tinggi, harus dengan jari untuk
mengetahui seberapa tingginya dari simphisis
pubis, jika tingginya sekitar 3 jari diatas
simphisis atau lebih berarti Osborn test +
(kepala janin belum masuk PAP= kemungkinan
ada Cephalopelvic Disproportion).

- Auskultasi : Pada pemeriksaan auskultasi denyut


jantung janin (DJJ) akan terdengar jelas dipihak
punggung janin dekat pada kepala. Pada presentasi
biasa (letak kepala), tempat ini di kiri atau kanan
bawah pusat. Hasil pemeriksaan secara auskultasi
dapat digunakan untuk menghitung DJJ, dengan
perhitungan DJJ dilakukan dengan memberi interval
5 detik, ialah 5 detik pertama dihitung, kemudian
berhenti selama 5 detik, dihitung lagi 5 detik
kedua, berhenti, dan dihitung 5 detik ketiga, lalu
dijumlahkan dan dikali 4. DJJ dinyatakan teratur jika
jarak denyut antara 5 detik pertama, ketiga dan
kelima tidak lebih dari 2 denyutan (Marmi,
2011:169). Kemudian Romauli (2011: 176)
menambahkan bahwa jumlah DJJ normal antara
120-140 kali per menit. Pada pemeriksaan punctum
maksimum, untuk mencari letak DJJ.
- Kadaan his : Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan
pendataran serviks, apakah selaput ketuban masih utuh atau
tidak, posisi bagian terendah janin.

20
- Pengeluaran pervaginaan : Kaji tanda–tanda in partu seperti
keluar darah campur lendir, sejak kapan dirasakan kontraksi
dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat, waktu
keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan
jumlahnya.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri b.d. kontraksi uterus
2) Ansietas b.d perubahan persepsi terhadap lamanya persalinan
3) Gangguan pertukaran gas b.d asfiksia akibat aspirasi mekonium
(PPNI, 2017)
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Nyeri b.d. kontraksi uterus
Tujuan : Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan.
Kriteria hasil :
- Ibu tampak tenang diantara kontraksi
- Ekspresi wajah rileks
- Ibu mampu mengontrol nyeri
- Kemajuan persalinan sesuai dengan tahapan persalinan.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
R/ untuk memudahkan mendapatkan informasi dan melakukan tindakan
keperawatan
2) Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan
teknik relaksasi (teknik pernafasan dalam), massage bokong
R/ teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat memblok impuls nyeri
dalam korteks serebral.
3) Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu
perubahan perubahan posisi, memenuhi kebutuhan dasar, perawatan
perineal)
R/ pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan hygiene menciptakan
perasaan sejahtera
4) Fasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin
R/ kehadiran suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi stress
dan meminimal intensitas nyeri HIS.
5) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam
R/ kandung kemih bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan
mempengaruhi penurunan janin.

21
Dx 2. Ansietas b.d perubahan persepsi terhadap lamanya persalinan
Tujuan : Klien dapat mengkontrol kecemasan
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Klien dapat menunjukkan tekhnik untuk mengontrol cemas
- Tanda vital dalam rentang normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
R/ untuk memudahkan mendapatkan informasi dan melakukan tindakan
keperawatan
2) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
R/ suasanya yang nyaman dan aman dapat menetralisir rasa cemas
3) Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
R/ peran keluarga sangat penting bagi persalinan, ibu akan merasa
bahagia jika keluarga mendukung kehamilannya
4) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
R/ memudahkan tenaga kesehatan membantu dalam proses mengontrol
kecemasan klien
Dx 3. Gangguan pertukaran gas b.d asfiksia akibat aspirasi mekonium
Tujuan : mampu menunjukkan perbaikan pertukaran gas/pertukaran gas
normal
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan kadar PO2/PCO2 dalam batas normal
- Suara napas normal (vesikuler)
- RR normal 40-50x/menit.
- Tidak terjadi sianosis pada pasien.
- Status pernapasan eupnea (normal).
Intervensi:
1) Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti
lamanya persalinan, Apgar scor, obat-obatan yang digunankan ibu selama
kehamilan, termasuk betametason.
R/ Persalinan lama meningkatkan resiko hipoksia, dan depresi pernapasan
dapat terjadi setelah pemberian atau penggunaan obat oleh ibu.
2) Perhatikan usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.

22
R/ Neonatus lahir lebih dari 42 minggu beresiko terjadinya aspirasi
mekonium.
3) Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-tanda distress pernapasan (mis.,
takipnea pernapasan cuping hidung, ronki, atau krakels).
R/ Takipnea menandakan distress pernapasan, khususnya bila pernapasan
lebih besar dari 60x/menit setelah 5 jam kehidupan pertama.
4) Gunakan pemantau oksigen transkutan atau oksimeter nadi.
R/ Memberikan Pemantauan noninvasif konstan terhadap kadar oksigen.
5) Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan.
R/ Mungkin perlu untuk Mempertahankan kepatenan jalan napas.
6) Pantau masukan dan haluaran cairan.
R/ Dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan napas saat
mucus menjadi kental.
7) Observasi terhadap tanda dan lokasi sianosis.
R/ Sianosis adalah tanda lanjut dari PaO 2 rendah.
8) Pantau Pemeriksaan laboratorium, dengan tepat grafik seri GDA.
R/ Hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis menurunkan produksi
surfaktan.
9) Pantau jumlah pemberian oksigen dan durasi pemberian.
R/ Kadar oksigen serum tinggi yang lama disertai dengan tekanan tinggi
yang lama diakibatkan dari IPPB dapat Mempredisposisikan bayi pada
displasia bronkopulmonal.
10) Catat fraksi oksigen dalam udara inspirasi (FIO 2 ) setiap jam.
R/ Jumlah oksigen yang diberikan, diekspresikan sebagai FIO 2
ditentukan secara individu, berdasarkan sampel darah kapiler.
11) Mulai drinase postural, fisioterapi dada, vibrasi lobus setiap 2 jam, sesuai
indikasi, perhatikan toleransi bayi terhadap prosedur.
R/ Memudahkan penghilangan sekresi. Lama waktu yang digunakan
setiap lobus dihubungkan dengan toleransi bayi.
12) Berikan makanan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai
pengganti pemberian makanan dengan ASI, bila tepat.
R/ Menurunkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat
energi, menurunkan resiko aspirasi.
13) Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Natrium bikarbonat
R/ Penggunaan natrium bikarbonat yang hati-hati dapat membantu
mengembalikan pH kedalam rentang normal.
3.4 IMPLEMENTASI

23
Pelaksanaan rencana tindakan atau implementasi dilakukan sesuai dengan
Intervensi.
3.5 EVALUASI
Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan, apakah sudah sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.

24
Kasus :
Seorang ibu berusia 29 tahun, G1P0A0, hamil 42 minggu, datang ke
Puskesmas jam 17.00. Saat dilakukan TFU 36 cm, sudah merasakan mulas–
mulas namun tidak teratur sejak 12 jam yang lalu. Klien mengatakan mulas
terasa 2 x setiap 10 menit selama 15 detik. Klien juga mengeluh sudah ada
keluar darah bercampur lendir dari kemaluannya. Saat dilakukan periksa
dalam oleh perawat, klien sudah mengalami pembukaan 2 cm, serviks tipis
dan mendatar.

25
BAB IV
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA NY. “N” G1P0A0 UK 42 MINGGU
DENGAN KEHAMILAN POSTDATE
4.1 PENGKAJIAN INPARTU
I. Namanese : Listyaning Ajeng Pambudi No. Reg : xxxxxx
1. Biodata Klien
Nama klien : Ny. N Nama suami : Tn. T
Umur : 29th Umur : 32th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : - Penghasilan : + 2.000.000/bln
Perkawinan Perkawinan
- Berapa kali : 1x - Berapa kali : 1x
- Lama kawin : 1 th - Lama kawin : 1 th
Alamat : Tuban
Tgl/jam MRS : 13 April 2020/17.00 WIB
Latar belakang MRS : Klien sudah merasakan mulas–mulas namun tidak
teratur sejak 12 jam yang lalu. Klien mengatakan mulas terasa 2 x setiap
10 menit selama 15 detik. Klien juga mengeluh sudah ada keluar darah
bercampur lendir dari kemaluannya.
Tanggal di data : 13 April 2020
2. Riwayat Penyakit
Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan tidak pernah
menderita hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus,
anemia dan penyakit menular seksual lain seperti
HIV/AIDS, hepatitis, dan gonorrhea.
Penyakit yang sedang diderita : Klien mengatakan tidak sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus,
anemia dan penyakit menular seksual lain seperti
HIV/AIDS, hepatitis, dan gonorrhea
Pengobatan yg sedang/pernah dilakukan : Klien mengatakan tidak sedang
menjalani pengobatan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga

26
Keturunan kembar : Klien mengatakan tidak memiliki keturunan
kembar.
Penyakit keturunan : Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma
Penyakit menular dalam keluarga : Klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC,
hepatitis.
4. Riwayat Haid
Haid terakhir/HPHT : 21 Juni 2019
Perkiraan persalinan : 30 Maret 2020
Menarche : Usia 13 th
Siklus/lama haid : Teratur (28 hari) selama 5-7 hari
Sifat haid/darah : Pada hari 1-3 darah haid berwarna merah segar dan
tidak menggumpal, namun di hari 4-7 darah haid berubah warna mnjadi
merah gelap dan menggumpal.
Dysmenorrhoe : Terjadi pada saat haid hari 1-2
Flour albus : 2 hari menjelang haid dan 2 hari setelah haid
5. Riwayat Kontrasepsi
Type : ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi
Tujuan : ingin segera memiliki seorang anak
Rencana yg akan digunakan : berencana menjadi akseptor (pengguna) KB
suntikan 3 bulan
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
- Gr : 1 P:0 A:0
- Uk : 42mgg
- ANC : 5 kali dilakukan oleh Bidan
- Tempat ANC : Polindes
- Imunisasi TT : lengkap (TT1 hingga TT5)
7. Pola Kesehatan Sehari-hari
a) Istirahat tidur
- Lama tidur : + 7 jam
- Kesulitan tidur : ibu mengatakan tidak ada kesulitan dalam
tidur
b) Personal hygiene
- Mandi : 2 kali sehari setiap pagi dan sore
- Gigi dan mulut : menyikat gigi pada saat mandi pagi dan sore

27
- Vulva : mengganti celana dalam 2 kali sehari pada saat
mandi
- Pakaian : mengganti baju pada saat mandi sore
- Masalah : kadang kesulitan untuk membersihkan daerah
perineum karena perut yg semakin membesar
c) Aktivitas gerak : berjalan jalan pagi diteras rumah, menyapu
dan memasak
d) Nutrisi : 3 kali sehari (nasi, ikan, sayur), minum susu
untuk ibu hamil dan makan biskuit untuk ibu hamil
e) Eliminasi
- Mictie (BAK) : sehari + 5kali
- Difacatie (BAB): dalam 1 minggu + 3kali
f) Perasaan nyaman : ibu terlihat gelisah, karena ini merupakan
kehamilan pertama kali dan kehamilannya melebihi taksiran
persalinan.
8. Data Psikososial Spiritual
a) Kesiapan klien
- Anak yg diharapkan : klien mengatakan ingin
anaknya lahir dalam keadaan sehat, tidak kurang sedikitpun
- Siap menghadapi persalinan : klien mengatakan siap
menghadapi persalinan apapun yang terjadi
b) Reaksi psikologis
- Interaksi verbal/respon terhadap pertanyaan : ibu kooperatif
dalam menjawab pertanyaan
- Body posture : ibu nampak menggenggam
tangan karena menahan rasa nyeri akibat his nya
- Tingkatan energy : ibu masih mau jalan-jalan
disekitar kamar bersalin.
- Banyak keluhan/ pernyataan : Klien mengatakan mulas terasa
2 x setiap 10 menit selama 15 detik. Klien juga mengeluh sudah
ada keluar darah bercampur lendir dari kemaluannya.
c) Kebutuhan spiritual
Keyakinan beragama : klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam
beribadah
I. Keadaan Waktu Masuk Rumah Sakit
1) Keadaan Ibu

28
a) Keadaan umum : ibu terlihat rapi dalam berpakaian, mengenakan alas
kaki, dan harum
b) Tanda vital
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 101x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,9oc
c) Permulaan his : Sejak tanggal 13 april 2020 pukul 05.00 WIB ibu
mengatakan sudah merasakan mulas-mulas namun tidak teratur.
Mulas terasa 2x stiap 10menit selama 15detik. Ibu mengatakan 5 dari
0-10 skala nyeri yang dirasakan.
d) Pengeluaran pervagina : Klien mengatakan keluar darah bercampur
lendir
e) Kandung seni : teraba lembek dan kosong, karena ibu habis berkemih
f) Keadaan his : saat dilakukan VT pada tanggal 13 April 2020 pukul
17.00 WIB derajat dilatasi (pembukaan) 2cm, keadaan cervix tipis
dan mendatar
g) Kesadaran : GCS E: 4 V: 5 M: 6 Total: 15
(Composmentis)
2) Keadaan Janin
a) TFU : 36 cm
b) UK : 42 minggu
c) DJJ : Teratur ( 11+12+11) Frekwensi 136x/menit
3) Keadaan Selama Dikamar Bersalin
Klien nampak tidak gelisah karena ada suami yang mendukungnya,
menemani klien di kamar bersalin.
II. Pemeriksaan Fisik
1. Umum
a) Keadaan umum : Ibu terlihat tersenyum, berpakaian rapi, harum
dan mengenakan kerudung.
Kesadaran: GCS E: 4 V: 5 M: 6 Total: 15
(Composmentis)
Tanda vital
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi: 98x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu: 36,6oc

29
Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau lesi
Rambut : warna hitam, tidak ada ketombe, tidak rontok
Wajah : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema, dan
tidak pucat
Mata : konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus
Mulut dan gigi : bersih, warna bibir kemerahan, tidak ada
stomatitis, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kalenjar limfe dan tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
d) Kandung seni : teraba lembek dan kosong, karena ibu habis berkemih
e) Vulva : keadaan perineum bersih, tdk ada varices
f) Anus : tdk ada haemorrhoid (pelebaran vena-vena dari anus)
g) Refleks patella : +/+
h) Anggota bawah : tdk ada varices, tdk oedema
2. Khusus
a) Palpasi Abdomen : Gerak janin makin berkurang
Leopold I : TFU : pertengahan antara proc xyphoideus – pusat
(36 cm) berisi janin
Leopold II : punggung kiri terhadap ibu
Leopold III : kepala
Leopold IV: 1/5 (2 jari dapat meraba bagian bawah janin yang
berada diatas simpisis)
b) Auskultasi : Djj +, Teratur ( 11+12+11), Frekwensi 136x/menit
c) Kadaan his : saat dilakukan VT pada tanggal 13 April 2020
pukul 17.00 WIB derajat dilatasi (pembukaan) 2cm, keadaan
cervix tipis dan mendatar, selaput ketuban masih utuh
d) Pengeluaran pervaginaan : keluar darah campur lendir, Sejak
tanggal 13 april 2020 pukul 05.00 WIB ibu mengatakan sudah
merasakan mulas-mulas namun tidak teratur. Mulas terasa 2x
stiap 10menit selama 15detik.
IV. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Klien mengatakan tidak melakukan pemeriksaan lab.
V. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
.
Dx

30
.
1. DS: Peningkatan Nyeri
Ibu dengan kehamilan G1P0A0 UK 42 intensitas kontraksi
minggu. ↓
Pada tanggal 13 April 2020 ibu mengeluh Nyeri
nyeri dan sudah merasakan mulas–mulas
namun tidak teratur sejak pukul 05.00 WIB.
Klien mengatakan mulas terasa 2 x setiap 10
menit selama 15 detik
DO:
Ibu tampak meringis dan kesakitan
TTV :
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 98x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,6oc
TFU : 36 cm
Djj : Djj +, Teratur (11+12+11), Frekwensi
136x/menit
VT :
derajat dilatasi (pembukaan) 2cm, keadaan
cervix tipis dan mendatar, selaput ketuban
masih utuh
2. DO : Lamanya Ansietas
Ibu terlihat gelisah, karena ini merupakan kehamilan
kehamilan pertama kali dan kehamilannya ↓
melebihi taksiran persalinan. Kecemasan/ansietas

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Dx 1. Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi
Dx 2. Ansietas b.d perubahan persepsi terhadap lamanya persalinan
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi
Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan.
Kriteria hasil :
- Ibu tampak tenang diantara kontraksi
- Ekspresi wajah rileks

31
- Ibu mampu mengontrol nyeri
- Kemajuan persalinan sesuai dengan tahapan persalinan.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
R/ untuk memudahkan mendapatkan informasi dan melakukan tindakan
keperawatan
2) Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan teknik
relaksasi (teknik pernafasan dalam), massage bokong
R/ teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat memblok impuls nyeri
dalam korteks serebral.
3) Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu perubahan
perubahan posisi, memenuhi kbutuhan dasar, perawatan perineal)
R/ pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan hygiene menciptakan
perasaan sejahtera
4) Fasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin
R/ kehadiran suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi stress dan
meminimal intensitas nyeri HIS.
5) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam
R/ kandung kemih bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan
mempengaruhi penurunan janin.
6) Observasi TTV ibu hamil
R/ TTV merupakan parameter tubuh sehingga bila terdapat kelainan dapat
dideteksi secara dini
4.4 IMPLEMENTASI
Hari/Tg Jam Dx 1 Implementasi Respon Tt.
l
Senin, 17.00 Nyeri b.d Bina Keluarga dan Listyaning
13 April WIB Peningkatan hubungan pasien kooperatif Ajeng
2020 intensitas saling percaya membagi Pambudi
kontraksi, dengan pasien informasi
penurunan dan keluarga
17.30 Bantu dengan Pasien kooperatif Listyaning
kepala ke
WIB manajemen Ajeng
rongga
nyeri non Pambudi
panggul,
farmakologi
seperti
penggunaan

32
teknik
relaksasi
(teknik
pernafasan
dalam),
massage
bokong

17.40 Berikan rasa Keluarga dan Listyaning


WIB nyaman pasien kooperatif Ajeng
selama di Pambudi
kamar bersalin
(seperti
membantu
perubahan
perubahan
posisi,
memenuhi
kbutuhan
dasar,
perawatan
perineal)
17.50 Fasilitasi klien Pasien dan Listyaning
WIB dengan keluarga Ajeng
pendamping kooperatif Pambudi
selama di
kamar bersalin
18.00 Anjurkan Pasien kooperatif Listyaning
WIB klien untuk Ajeng
berkemih tiap Pambudi
1–2 jam
19.00 Observasi TD:120/80 mmHg Listyaning
WIB TTV ibu Nadi:98x/menit Ajeng
hamil RR:20x/menit Pambudi
Suhu:36,6oc

33
4.5 EVALUASI
Hari/
No. Dx. Jam Evaluasi Tt.
Tgl
S : ibu mengatakan kenceng-
kencengnya tambah sering

Nyeri b.d O:

Peningkata TTV: TD : 120/80 mmHg

n intensitas Senin, Nadi : 98x/menit


Listyaning
kontraksi, 13 19.20 RR : 20x/menit
Ajeng
penurunan April WIB Suhu : 36,6oc
Pambudi
kepala ke 2020 A:
rongga - Ibu tampak tenang diantara kontraksi
panggul - Ekspresi wajah masih gelisah
- Ibu mampu mengontrol nyeri
P : Intervensi dilanjutkan (2, dan 6)

34

Anda mungkin juga menyukai