ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Engel (2008: 156-157) menyatakan bahwa paru-paru mempunyai dua fungsi utama yaitu untuk menyediakan oksigen bagi tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida serta untuk mempertahan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Paru-paru ada sepasang dan simetris. Paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri mempunyai dua lobus. Udara masuk ke paru-paru melalui trakea dan laring dari mulut atau hidung. Trakea bercabang menjadi dua bronkus utama. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan bersudut tidak setajam bronkus kiri. Saat bayi baru lahir, paru-paru berisi cairan. Cairan ini dengan cepat dihalau dan diabsorbsi karena paruparu terisi udara.
Struktur tulang toraks bayi yang baru lahir agak bundar. Secara bertahap diameter transversal bertambah sampai menjadi bentuk elips seperti bentuk dada orang dewasa, kira-kira usia 6 tahun. Struktur tulang toraks bayi juga agak lunak, yang memungkinkan kerangka dada tertarik selama pernafasan yang mengeluarkan usaha kuat. Bayi mempunyai sedikit jaringan dan kartilago pada trakea dan bronkus yang memungkinkan struktur ini lebih mudah kolaps.
DEFINISI ASFIKSIA
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).
EPIDEMIOLOGI
Asfiksia merupakan penyebab utama kematian pada neonates. Di negara maju, asfiksia dapat menyebabkan kematian neonatus 8-35%. sedangkan Di daerah Indonesia tepatnya dipelosok pelusok atau pedesaan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia jika di prosentasekan adalah 31-56,5%. Insidensi asfiksia pada bayi baru lahir jika dalam bentuk menit adalah 1= 47/1000 lahir hidup dan pada menit 5= 15,7/1000 lahir hidup
ETIOLOGI
Menurut Betz et al. (2001) A. Faktor ibu B. Faktor plasenta C. Faktor fetus D. Faktor neonates
Hipoksia.
Asidosis metabolik atau respiratori. Perubahan fungsi jantung. Kegagalan sistem multiorgan. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik (Mansjoer, 2000).
PATOFIS
1. Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir Menurut Wong, 2008 menyatakan bahwa sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
Prognosis
Pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia ringan tergantung pada kecepatan penatalaksanaan dan jika mengalami asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen, misalnya retardasi mental
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosis lebih lanjut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut. 1. Foto polos dada. 2. USG kepala. 3. Laboratorium : darah rutin( hemoglobin/ hematokrit (Hb/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
pathway
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian a. Identitas pasien dan keluarga b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan c. Riwayat kesehatan d. Pengkajian Keperawatan e. Pemeriksaan Fisik f. Pemeriksaan Penunjang 2. Diagnosa keperawatan DX 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi. DX 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya cairan dalam paru-paru. DX 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan perfusi ventilasi. DX 4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen jaringan menurun.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1. 1. Pantau tanda-tanda vital pasien. 2. Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernafasan. 3. Pantau pergerakan dada pasien. 4. Auskultasi bunyi nafas dan adanya bunyi nafas tambahan.
INTERVENSI
DX2. 1. Pantau status pernafasan pasien. 2. Lakukan hygiene mulut pasien. 3. Auskultasi suara nafas pasien sebelum dan setelah dilakukan suction. 4. Lakukan tindakan suction pada pasien. 5. Kaji respon pasien setelah dilakukan tindakan suction.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Perawat dapat melaksanakan tindakan secara mandiri maupun kolaborasi
EVALUASI KEPERAWATAN
S O A P
Terima kasih