Anda di halaman 1dari 11

Asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem

endokrin : Hipo dan Hipertiroid


Nama : Amalia Nur Apriliani
Prodi : Keperawatan / 4A
Mata kuliah : KMB 2

HIPOTIROIDISME
Pengertian
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dab penurunan konsumsi oksigen
di jaringan. Aktivitas lambat di kelenjar tiroid mungkin sebagai akibat disfungsi trioid primer,
atau kejadian sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior.

Etiologi
Primer
Kadar TH darah rendah sedangkan TSH (Thyroid Stimulating Hormon) tinggi /
hipersekresi TSH. Hipofisis berusaha menstimulasi tiroid untuk memproduksi hormon TH, tetapi
tiroid tidak merespons. Kasus ini adalah bentuk utama dari hipotiroidisme primer autoimun
Hashimoto’s disease (penyakit Hasinomoto).
Sekunder
Terjadi jika terdapat insufisiensi stimulasi dari tiroid yang normal, akibatnya kadar TSH
turun. Keadaan ini juga bisa terjadi sebagai permulaan penurunan malfungsi dari hipofisis /
hipotalamus / resistansi perifer pada TH. Jika hal ini terjadi maka kedua hkrman TSH dan TH
serum ada pada level rendah.
Tersier atau Sentral
Hipotalamus tidak dapat memproduksi Thyroid Releasing Hormone (TRH) dan
selanjutnya tidak mampu menstimulasi hipofisis untuk menyekresi TSH. Hal ini karena tumor /
lesi destruktif pada daerah hipotalamus. TSH dan TH rendah dalam serum.
Subklinikal
Didefinisikan sebagai hipotiroidisme dengan peningkatan TSH tetapi kadar T4 normal /
sedikit menurun. Manifesta klinis : hipotiroidisme ringan dengan gangguan jantung minimal.
Kelenjar tiroid membutuhkan yodium untuk sintesis dan sekresi hormon tiroid : T4,
triiodotironin (T3), dan tirokalsitonin (kalsitonin). Produksi tiroid bergantung pada sekresi TSH
dari hipofisis anterior dan asupan adekuat dan yodium. Hipotalamus mengatur sekresi hormon
TSH.
Penurunan kadar tiroid menyebab kan penurunan seluruh metabolisme basal. Penurunan
metabolisme menyebablan achlorhydria (penurunan sekresi asam hidroklorik / HCl di lambung),
penurunan motilitas saluran pencernaan, bradikardi, penurunan fungsi neurologis, dan penurunan
produksi panas.
Perubahan yang paling penting akibat penurunan hormon tiroid adalah penurunan
metabolisme lemak. Reduksi ini meningkatkan kolesterol serum dan kadar trigliserida yang
menyebabkan risiko aterosklerosis = jantung koroner.

Tanda dan gejala


Gejala Hipotiroidisme dibagi kedalam : ringan, berat (mixedema), atau sangat kompleks
(koma mixedema).
1. Ringan : asimptomatik, kedinginan, letargi, kulit kering, sering lupa, depresi, dan berat
bertambah, konstipasi.
2. Mixedema : kulit kering, bengkak tipe lilin dengan deposit mucin abnormal di kulit dan
jaringan lainnya, kuku tebal dan rapuh, bengkak pada area wajah, lidah besar dan tebal,
bicara lambat, suara serak, tekanan darah tinggi, menoragi, kelopak mata menggembung.
3. Kretinisme : keadaan hipotiroid semasa kehidupan embrional dan neonatal yang
berakibat cretin. Gejala : pertumbuhan terganggu (cebol), retardasi mental, malformasi
gigi, lidah terjulur keluar, kulit kasar dan kering, abdomen membuncit, hernia
umbilikalis.
HIPERTIROIDISME
Pengertian
Hipertiroidisme (sekresi berlebihan TH) adalah penyakit endokrin yang dapat di cegah.
Seperti kondisi tiroid lainnya. Penyakit ini sebagian besar terjadi pada perempuan (rasio
perempuan : laki laki = 4:1) khususnya pada perempuan 20-40 tahun.
Hipertiroid, juga dikenal sebagai tirotoksikosis, dicirikan peningkatan produksi T3
(triiodotironin) dan T4 (tiroksin), sering 5 sampai 15 kali normalnya.

Etiologi
Hipertiroidisme terjadi akibat hiperaktivitas seluruh bagian kelenjar, lebih sedikit karena
gangguan fungsi akibat adenoma atau kanker tiroid. Bentuk paling sering adalah penyakit graves
(toksik, goiter tipe difus), yang mempunyai 3 tanda utama hipertiroid : hipertiroidisme,
pembesaran kelenjar tiroid (goiter), dan eksoftalmos (protusi abnormal mata). Penyakit Graves
adalah penyakit autoimun yang dimediasi oleh imunoglobulin G (IgG) antibodi yang mengikat
dan mengaktivasi reseptor TSH pada permukaan sel.
Tanda dan Gejala
1. Hilangnya pengaturan normal dari sekresi TH.
2. Takikardi
3. Peningkatan curah jantung
4. Peningkatan metabolisme : kehilangan berat badan
5. Menstruasi menurun
6. Deplesi lipid
7. Tidak tahan panas
8. Eksoftalmus pada mata
9. Atrofi temporal, tremor, dan atrofi bahu pada otot
10. Miksedema lokal pada kulit
11. Ginekomastia pada pria dan pembesaran payudara pada wanita
12. Pembesaran timus, splenomegali
13. Diare
Pathway
Hipotiroidisme
Hipertiroidisme

Penyakit Graves (Antibody reseptor


Tiroiditis Nodul tiroid toksik
TSH merangsang aktivitas tiroid)

Sekresi hormon tiroid yang


berlebihan

Hipertiroidisme

Hipermetabolisme meningkat

Ketidak seimbangan energi dengan


Penurunan berat badan
kebutuhan tubuh

Defisit Nutrisi
Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Hipertiroid dan
Hipotiroid
1. Tes struktur fungsi tiroid
Dengan memindai (scanning), USG, magnetic resonance imaging (MRI), Computed
Tomography (CT), Radionuclide Imaging, aspirasi jarum halus, dan test reflek tendon
achiles. Ada pula :
a. Thyroid Stimulating Hormon (TSH)
Sangat berguna untuk membedakan hipotiroidisme primer dan sekunder. Pada
kasus hipotiroidisme primer, kelenjar tiroid mengalami fungsi abnormaldalam
kemampuan menintesis hormon. Hal ini akan menyebabkan hipersekresi TSH.
Jika TSH rendah = hipotiroidisme sekunder dan tersier.
b. Tes Antibodi Antitiroid
Untuk menentukan apakah darah klien memiliki anti bodi antitiroid. Dalam kasus
penyakit tiroid akibat proses autoimun : hashimoto, beberapa tipe mixedema, dan
penyakit Grave (hipertiroidisme).
c. Tiroksin dan Triiodotironin Serum
Menggunakan radioimunoassay untuk mengukur T3 (triiodotironin).
Hipertiroidisme, hepatitis virus, kehamilan, dan kontrasepsi oral = menaikan T4
(tiroksin serum). Hipotiroidisme, latihan berat, heparin, dan litium menurunkan
T4.
d. Asupan Resin T3
Jika fungsi tiroid dibawah normal atau kadar protein serum tinggi, asupan resin
T3 akan turun. Jika sebaliknya, asupan resin T3 naik.
e. Kolesterol Serum
Kadar kolesterol serum mungkin meningkat pada hipotiroidisme primer, diikuti
aterosklerosis. Hipertiroidisme umumnya kadar kolesterol rendah. Namun test ini
tidak spesifik karena kadar nya dipengaruhi oleh banyak faktor selain hormon
tiroid.
2. Asupan yodium radioaktif
Pengukuran yodium radioaktif di laboratlrium melalui urine yang di keluarkan setelah tes
berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi pengkajian ini.
ASKEP
Pengkajian
a. Menanyakan pertanyaan terkait berat badan, nafsu makan, aktivitas, toleransi terhadap
panas, dan riwayat pencernaan, tanyakan juga suasana hati yang mungkin terjadi.
b. Inspeksi : inspeksi bagian leher dari simetri, arah atau pembesaran di atas kelenjar tiroid.
Mintalah klien untuk menelan dan lihat apakah dia kesukitan menelan, lihat ekspresi
wajah klien.
c. Palpasi : kelenjar tiroid akan naik dan turun pada aktivitas menelan. Istmus ada di tengah,
terasa lembut, lobus sebelah kanan lebih besar sedikit dari lobus kiri. Teksturnya elastis
tanpa nodul. Tidak lunak.
d. Auskultasi : tidak terdengar suara bruits di atas lobus. Dengarkan suara klien apakah
serak atau parau. Periksa kejernihan, nada, dan volume bicara.
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Diagnosa
Masalah utama :
A. Defisit Nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
(tidak tersedia)
 Objektif
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
 Objektif
1. Membran mukosa pucat
2. Diare
3. Rambut rontok
4. Otot menelan lemah

B. Intoleransi Aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
Mengeluh lelah
 Objektif
Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Merasa lelah
2. Merasa tidak nyaman saat beraktivitas
 Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas

Intervensi
A. Defisit Nutrisi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 jam, maka Status Nutrisi Membaik,
dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi 5
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang tepat 5
- Pengetahuan tentang standar nutrisi yang tepat 5
- Frekuensi makan 5
- Nafsu makan 5
- Diare 5
- Rambut rontok 5
Manajemen Nutrisi
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunan selang nasogastric
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic),
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic),
jika perlu

B. Intoleransi Aktivitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 jam, maka Toleransi Aktivitas
Meningkat, dengan kriteria hasil :
- Frekuensi nadi 5
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas 5
- Kecepatan berjalan 5
Manajemen Energi
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman
 Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan

Evaluasi
Diharapkan, setelah penatalaksanaan yang adekuat klien tidak mengalami kejadian gagal
jantung, edema, atau kerusakan kulit; suhu dan pengeluaran urine akan kembali normal karena
perawatan nutrisi yang tepat. Selain itu, penurunan berat badan / kenaikan berat badan klien
akan normal.

DAFTAR PUSTAKA
 Buku M.Black, Joyce, Hokanson Hawk, Jane. Elsevier. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi ke 8-buku ke 2.
 Buku : Tambayong, Jan. (1999). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
 Buku : PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
 Buku : PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
 Buku : PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai