Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Hematologi : DHF dan Anemia

Nama : Amalia Nur Apriliani

Prodi : Keperawatan 3A

Mata Kuliah : KMB 1

Anemia
I. Definisi
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat, volume
sel darah merah (Hematokrit), dan/ atau jumlah hemoglobin. Anemia mencerminkan
beberapa kondisi patogenik yang mengarah pada abnormalitas jumlah, struktur, dan
fungsi sel darah merah. Untuk mendiagnosis anemia, kita harus menentukan mekanisme
dasar dari penyakit tersebut. Klasifikasi anemia :
a. Anemia akibat penurunan produksi eritrosit
1. Anemia defisiensi besi
IDA merupakan anemia mikrositik, hipokromit, dan kronis akibat
rendahnya suplai zat besi tubuh. tanpa zat besi, konsentrasi hemoglobin di
dalam sel darah merah akan berkurang, sel tidak mampu memberi oksigen
ke jaringan secara adekuat dan mengakibatkan anemia.
2. Talasemia
Merupakan kelainan genetik autosom resesif yang mengakibatkan
kurangnya produksi hemoglobin. Jika anemia defisiensi besi mengganggu
sintesis heme, talasemia mengganggu sintesis globin.
3. Anemia megaloblastik / anemia pernisiosa
Merupakan kelainan yang disebabkan oleh kerusakan DNA yang berakibat
pada sel darah merah abnormal berukuran besar. Kondisi tersebut
disebabkan oleh kekurangan vitamin B12dan asam folat.
b. Anemia akibat peningkatan penghancuran eritrosit
1. Anemia hemolitik
Hemolisis dapat merupakan akibat kelainan genetik atau kondisi turunan.
Hemolisis dapat terjadi karena masalah entristik dan inrinsik sel darah
merah.
Anemia entrinsik sel darah merah normal, namun rusak karna faktor
ekstrinsik, seperti racun, cedera mekanis (katup jantung prostetik) atau
terjebaknya sel pada sinus hati atau limpa.
Anemia intrinsik disebabkan oleh defek sel darah merah yang
mengakibatkan Hb abnormal.
2. Penyakit sel sabit
Merupakan kelompok kelainan turunan dari hemoglobin mutan
(Hemoglobin S [HbS]) yang menyebabkan karakteristik sabit pada sel
darah merah. Sel darah merah abnormal akan terjebak di kapiler,
menyebabkan kerusakan jaringan dan organ hipoksia atau rusak transit,
yang mengakibatkan anemia berat.
3. Polisitemia vera
PV merupakan produksi berlebihan eritrosit, leukosit, dan trombosit, yang
diakibatkan oleh aktivasi berlebihan sel pluripotent pada sumsum tulang.
4. Hemokromatosis
HH disebut juga penyakit kelebihan zat besi, merupakan kelainan
metabolisme yang berakibat pada meningkatnya penyerapan zat besi yang
disimpan di dlam jaringan tubuh atau organ, terutama hati, jantung,
pankreas. Mengakibatkan keracunan dan kerusakan organ vital.

II. Etiologi
Anemia diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau morfologi pada anemia tertentu.
Anemia di sebabkan oleh satu dari tiga jalur :
1. Menurunnya produksi sel darah merah
a. Gangguan sintesis DNA
- Kekurangan kobalamin/vitamin B12
- Kekurangan asam folat
b. Berkurangnya sintesis hemoglobin
- Defisiensi zat besi
- Talasemia (menurunnya sintesis hemoglobin)
- Anemia sideoblastik (gagalnya pembentukan gugus heme)
c. Menurunnya jumlah prekusor sel darah merah (hemolisis)
- Instrinsik
- Hemoglobin abnormal (anemia sel sabit)
- Defisiensi enzim
2. Abnormalitas membran
a. Ekstrinsik
- Trauma fisik
- Antibodi (autoimun dan isoimun)
- Agen infeksi
- Toksin (bisa ular, kemoterapi)
3. Kehilangan darah
a. Akut
- Trauma
- Pecahnya pembuluh darah
b. Kronis
- Gastritis
- Hemoroid
- Menstruasi

III. Tanda dan Gejala


Hemoglobin (Hb) biasanya digunakan untuk menegakkan tingkat keparahan anemia.
1. Anemia ringan (Hb = 10-14 g/dl)
Asimtomatis.
2. Anemia sedang (Hb = 6-10 g/dl)
Dispnea, menggigil, diaforesis saat berktivitas, dan kelelahan kronis.
3. Anemia berat (Hb = kurang dari 6 g/dl)
Asimtomatis karena anemianya terjadi secara bertahap.
Selain itu tanda gejala klinis anemia berat adalah :

Area Gejala klinis


Umum Pucat, kelelahan, malaise, kelemahan,
berkunang-kunang, demam, disepnea,
sakit kepala, vertigo, sensitif terhadap
dingin, penurunan berat badan.
Kulit (intergumen) Pucat (anemia); ikterus (HA); kulit kering,
kuku rapuh, kuku berbentuk cekung
seperti sendok dengan tepian memanjang
(IDA)
Mata Pandangan kabur (anemia, PV); sklera
ikterus dan perdarahan retina (HA)
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Lidah nyeri, halus, licin, merah terang
(PA, IDA)
Paru Disepnea, ortopenea (anemia, krisis HbS)
Kardiovaskular Takikardia, jantung berdebar, angina
murmularis, hipertensi, kardiomegali,
klaudikasio intermiten, gagal jantung,
infark miokardium
Gastrointestinal Anoreksia; disfagia (IDA); nyeri abdomen
(HbS, HA); hematemesis (muntah darah),
feses hitam seperti ter/aspal (HA);
hepatomegali, splenomegali
Urogenital Amenore dan menoragia (IDA);
penurunan kesuburan (anemia); hematuria
(HA)
Muskuloskeletal Nyeri punggung (HA); nyeri tekan pada
sternum, sakit sendi dan tulang hebat
(Hbs)
Sistem saraf Sakit kepala: pusing (anemia); neuropati
perifer, paratesia, kehilangan
keseimbangan (PA), depresi mental,
kecemasan, kesulitan koping (terutama
pada kondisi mengancam jiwa)
AP(Anemia aplastic); HA (Anemia Hemolitik); HbS (Anemia sel sabit); IDA (Anemia
defisiensi besi); PA (anemia pernisiosa); PV (Polisitermia vera)

DHF
I. Definisi
Demam Dengue atau Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus yang termasuk
kedalam genus Flaviridae. Dengue Virus memiliki 4 jenis serotipe yang beredar
khususnya di Indonesia, yaitu Dengue Virus (DV) 1, DV 2, DV 3, dan DV4 (Xu et al,
2006;Suwandono et al, 2007).

Masa inkubasi penyakit berkisar antara 1 hingga 4 hari, timbul demam (mohon lihat
gambar 1). Sehari sebelum demam atau H-1 dengan teknik diagnosis deteksi NS1, maka
antigen virus telah bisa di deteksi. Sebelumnya deteksi atau
diagnosis DBD mendasarkan kepada antigen-antibodi yang baru bisa di deteksi pada hari
ke 3 atau 4 setelah demam berlangsung, atau hari ke-7 setelah infeksi berjalan.

Teori klasik metode diagnostic membagi Infeksi Virus Dengue (lazim disebut virus
Demam Berdarah) menjadi 2 kategori umum, yaitu (WHO, 1999; Depkes, 2005)
Asymptomatic dengue infection or dengue without symptoms and the symptomatic
dengue.

Sedangkan infeksi virus Dengue dengan gejala (the symptomatic dengue) di bagi menjadi
3 kelompok yaitu: (a). Demam Dengue tanpa gejala spesifik (b) Demam Dengue dengan
demam di tambah 2 gejala spesifik yakni pendarahan dan tanpa pendarahan (c) Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan atau tanpa shock syndrome.

II. Etiologi
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA virus
dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini
termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus.
Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai
RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70˚C . Virus dengue mempunyai 4
serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti) :
 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
 Hidup di dalam dan di sekitar rumah
 Menggigit/menghisap darah pada siang hari
 Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan
di got/comberan
 Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan
lain-lain.

Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka virus
dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu virus
dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh
bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk.
Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis)
menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap maka terlebih dahulu
dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya tidak membeku. Bersama dengan air
liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang lain.

III. Tanda dan gejala


Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :
1. Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue
2. Demam disertai dari hal berikut :
 Mual, muntah
 Ruam
 Sakit dan nyeri
 Uji torniket positif
 Lekopenia
 Adanya tanda bahaya
3. Tanda bahaya adalah :
 Nyeri perut atau kelembutannya
 Muntah berkepanjangan
 Terdapat akumulasi cairan
 Perdarahan mukosa
 Letargi, lemah
 Pembesaran hati > 2 cm
 Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang
cepat
 Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran
plasma tidak jelas)
Kriteria dengue berat :

1. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan
dengan distress pernafasan.
2. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi
3. Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran,
gangguan jantung dan organ lain)
PATHWAY ANEMIA
Kegagalan produksi
Defisiensi B12, SDM o/ sum-sum Destruksi SDM Perdarahan/
tulang berlebih hemofilia
asam folat, besi

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

Suplai O₂ dan nutrisi ke jaringan berkurang Sesak MK: Pola Napas Tidak Efektif

SSP Hipoksia SSP MK: Perfusi Perifer Tidak


Efektif

Penurunan Mekanisme Reaksi antar saraf


kerja GI anaerob berkurang

Peristaltik Kerja lambung Asam laktat Pusing


menurun menurun

ATP berkurang MK: Nyeri Akut

Makan susah Asam lambung


dicerna meningkat

Kelelahan Energi untuk membentuk


antibody berkurang
MK: Mual dan
Konstipasi muntah
MK:
Keletihan
MK: Risiko
Infeksi
Anoreksia

MK: Defisit
Nutrisi

MK: Nausea
PATHWAY ANEMIA
Arbovirus
(Nyamuk aedess sp)

Virus berdar di aliran darah

Infeksi virus dengue (Viremia)

Proses inflamasi Aktivasi sistem komplemen

Membentuk & melepaskan zat


Aktivasi interleuk 1 di Pelepasan mediator-mediator C3a & C5a
hipotalamus kimia

Pengeluaran prostaglandin Menekan free nerve ending


Agregasi Kerusakan Kebocoran
trombosit endotel plasma
pembuluh
Peningkatan kerja thermostat Sakit pada otot/sendi darah
Jumlah
trombosit di
Merangsang
Peningkatan suhu tubuh MK: Nyeri Akut vaskuler
dan
berkurang
mengaktivasi
faktor
MK: Hipertermia pembekuan
Trombositopeni

DIC
Petekia, perdarahan
gusi, hematemesis,
MK: Risiko Perdarahan
melena Perdarahan

Penurunan
hemoglobin

Hipoksia
jaringan

Penurunan
MK: Keletihan ATP dan energi
Ke ekstravaskuler Kekurangan
volume cairan

Paru Hepar Abdomen MK: Hipovolemia

Efusi pleura Hepatomegali Efusi pleura

MK: Bersihan Penekanan intra Ascites


Jalan Napas Tidak abdomen
Efektif
Mual muntah MK: Nausea

MK: Nyeri Akut


MK: Defisit Nutrisi
DATA MAYOR DAN MINOR
I. Pola Napas Tidak Efektif

Data Mayor

Subjektif Objektif

Dispnea Penggunaan otot bantu pernapasan

Fase ekspirasi memanjang

Pola napas abnormal (mis. takipnea,


bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stroke)

Data Minor

Subjektif Objektif

Ortopnea Pernapasan pursed-lip

Pernapasan cuping hidung

Diameter thoraks anterior-posterior


meningkat

Ventilasi semenit menurun

Kapasitas vital menurun

Tekanan ekspirasi menurun

Tekanan inspirasi menurun

Ekskursi dada berubah

II. Perfusi Perifer Tidak Efektif

Data Mayor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) Pengisian kapiler > 3 detik

Nadi perifer menurun atau tidak teraba

Akral teraba dingin


Warna kulit pucat

Turgor kulit menurun

Data Minor

Subjektif Objektif

Parastesia Edema

Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten) Penyembuhan luka lambat

Indeks ankle-brachial <0,90

Bruit femoral

III. Nyeri Akut

Data Mayor

Subjektif Objektif

Mengeluh nyeri Tampak meringis

Bersikap protektif (mis. waspada, posisi


menghindari nyeri)

Gelisah

Frekuensi nadi meningkat

Sulit tidur

Data Minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) Tekanan darah meningkat

Pola napas berubah

Nafsu makan berubah

Proses berpikir terganggu

Menarik diri

Berfokus pada diri sendiri

Diaforesis
IV. Risiko Infeksi
V. Keletihan

Data Mayor

Subjektif Objektif

Merasa energi tidak pulih walaupun telah Tidak mampu mempertahankan aktivitas
tertidur

Merasa kurang tenaga Tampak lesu

Mengeluh lelah

Data Minor

Subjektif Objektif

Merasa bersalah akibat tidak mampu Kebutuhan istirahat meningkat


menjalankan tanggung jawab

Libido menurun

VI. Defisit Nutrisi

Data Mayor
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) Berat badan menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal.
Data Minor
Subjektif Objektif
Cepat kenyang setelah makan Bising usus hiperaktif
Kram/nyeri otot abdomen Otot mengunyah lemah
Nafsu makan menurun Otot menelan lemah
Membran mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebihan
Diare

VII. Nausea

Data Mayor

Subjektif Objektif
Mengeluh mual (tidak tersedia)

Merasa ingin muntah

Tidak berminat makan

Data Minor

Subjektif Objektif

Merasa asam dimulut Saliva meningkat

Sensasi panas/dingin Pucat

Sering menelan Diaforesis

Takikardia

Pupil dilatasi

VIII. Konstipasi

Data Mayor

Subjektif Objektif

Defekasi kurang dari 2 kali seminggu Feses keras

Pengeluaran feses lama dan sulit Peristaltik usus menurun

Data Minor

Subjektif Objektif

Mengejan saat defekasi Distensi abdomen

Kelemahan umum

Teraba massa pada rektal

IX. Hipertermia

Data Mayor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedia) Suhu tubuh diatas normal


Data Minor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedia) Kulit merah

Kejang

Takikardi

Takipnea

Kulit terasa hangat

X. Risiko Pendarahan
XI. Hipovolemia

Data Mayor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) Frekuensi nadi meningkat

Nadi teraba lemah

Tekanan darah menurun

Tekanan nadi menyempit

Turgor kulit menurun

Membran mukosa kering

Volume urin menurun

Hematokrit meningkat

Data Minor

Subjektif Objektif

Merasa lemas Pengisian vena menurun

Mengeluh haus Status mental berubah

Suhu tubuh meningkat

Konsentrasi urin meningkat

Berat badan turun tiba-tiba


INTERVENSI
A. Pola Napas Tidak Efektif
Intervensi Utama : Manajemen Jalan Napas
 Observasi
 monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 monitor bunyi napas
 Terapeutik
 posisikan semi fowler/fowler
 berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
 anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Kolaborasi
 kolaborasi bronkodilator, jika perlu

B. Perfusi Perifer Tidak Efektif


Intervensi Utama : Perawatan Sirkulasi
 Observasi
 periksa sirkulasi perifer
 identifikasi faktor risiko
 monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
 Terapeutik
 lakukan hidrasi
 Edukasi
 anjurkan berolahraga rutin
 ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
 informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

C. Nyeri Akut
 Observasi
 identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
nyeri, faktor yang memperberat/ringan nyeri
 identifikasi respon nyeri non verbal
 monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Terapeutik
 berikan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
 jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
 jelaskan strategi mencegah nyeri
 anjurkan memonitor nyeri sendiri
 anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Kolaborasi
 kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

D. Risiko Infeksi
Intervensi Utama : Manajemen Medikasi
 Observasi
 identifikasi penggunaan obat sesuai resep
 identifikasi pengetahuan dan kemampuan menjalani program pengobatan
 monitor keefektifan dan efek samping obat
 monitor kepatuhan menjalani pengobatan
 Terapeutik
 sediakan sumber informasi program pengobatan secara visual dan tertulis
 Edukasi
 ajarkan pasien dan keluarga cara mengelola obat

E. Keletihan
Intervensi Utama : Manajemen Energi
 Observasi
 identifikasi gangguan yang menyebabkan kelelahan
 monitor kelelahan fisik & emosional
 monitor pola tidur
 Terapeutik
 sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Edukasi
 anjurkan tirah baring
 anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
 kolaborasikan dengan ahli gizi untuk asupan makanan

F. Defisit Nutrisi
Intervensi Utama : Manajemen Nutrisi
 Observasi
 identifikasi status nutrisi
 identifikasi makanan yang disukai
 identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 monitor asupan makan
 monitor berat badan
 Terapeutik
 lakukan oral hygene sebelum makan
 sajikan makanan secara menarik
 Edukasi
 anjurkan posisi duduk
 Kolaborasi
 kolaborasikan pemberian medikasi sebelum makan

G. Nausea
Intervensi Utama : Manajemen Mual
 Observasi
 identifikasi faktor penyebab mual
 monitor mual
 monitor asupan nutrisi dan kalori
 Terapeutik
 kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
 berikan makanan jumlah kecil dan menarik
 berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna
 Edukasi
 anjurkan istirahat yang cukup
 anjurkan penggunaan teknik non farmakologis
 Kolaborasi
 kolaborasikan pemberian antiemetik

H. Konstipasi
Manajemen Utama : Manajemen Konstipasi
 Observasi
 periksa tanda gejala
 periksa pergerakan usus, karakteristik feses
 identifikasi faktor risiko konstipasi
 Terapeutik
 anjurkan diet tinggi serat
 berikan enema atau irigasi
 Edukasi
 jelaskan etiologi masalah dan tindakan
 anjurkan peningkatan asupan cairan
 latih buang air besar secara teratur
 ajarkan cara mengatasi konstipasi
 Kolaborasi
 konsultasikan dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
 kolaborasikan pemberian obat pencahar, jika perlu

I. Hipertermia
Intervensi Utama : Manajemen Hipertermia
 Observasi
 identifikasi penyebab hipertermia
 monitor suhu tubuh
 monitor kadar elektrolit
 monitor haluaran urine
 monitor komplikasi akibat hipertermia
 Terapeutik
 sediakan lingkungan yang dingin
 longgarkan / lepaskan pakaian
 berikan cairan oral
 ganti linen setiap hari
 lakukan pendinginan eksternal
 hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Edukasi
 anjurkan tirah baring
 Kolaborasi
 kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,jika perlu

J. Risiko Perdarahan
Intervensi Utama : Pencegahan Perdarahan
 Observasi
 monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
darah
 monitor koagulasi
 Terapeutik
 pertahankan bed rest
 Edukasi
 jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan
 anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
 anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vit K
 Kolaborasi
 kolaborasikan pemberian obat pengontrol darah

K. Hipovolemia
Intervensi Utama : Manajemen Hipovolemia
 Observasi
 periksa tanda dan gejala
 monitor intake dan output cairan
 Terapeutik
 hitung kebutuhan cairan
 berikan asupan cairan oral
 Edukasi
 anjurkan memperbanyak asukan cairan oral
 anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi
 kolaborasikan pemberian cairan IV

L. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


Intervensi utama : Latihan batuk efektif
 Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Pantau adanya retensi sputum
 Pantau tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Pantau input dan output cairan (salah jumlah dan sumber)
 Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam hidung selama 4 detik, selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
 Anjurkan pemerintahan tarik napas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
 Kolaborasi
 Kolaborasi mempersembahkan mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

SUMBER :
1. Buku M.Black, Joyce, Hokanson Hawk, Jane. Elsevier. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi ke 8-buku ke 3.
2. Buku PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
3. Buku PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
4. file:///C:/Users/User/Downloads/buletin-dbd.pdf
5. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ba3c25eee71e14175424cccf777e
caff.pdf

Anda mungkin juga menyukai