Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN ANEMIA


DI RUANG GANDASTURI RSUP SANGLAH

OLEH :

RUTHSAVITRI ANGGRAENI PURBA


18.901.2079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2019
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel darah merah,
kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah.
Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Price & Wilson,2006).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah
dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl (normal : 14 – 16 g/dl) dan
Ht < 40 % (normal : 40 – 48 vol %) pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 – 14 g/dl)
dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita (Mnsjoer, 2001).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) dan atau
massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oxygen carrying capacity)
( Lubis, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau
hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal yaitu Hb < 14 g/dl dan Ht < 40 % pada pria
atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.

2. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel
darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah
karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah
merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal
yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi,
dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan
(kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang
terjadi adalah sebaliknya (Fadil, 2005).

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran


pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.

5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung


(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).

6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat


menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

3. Klasifikasi Anemia.
Menurut Mansjoer (2001) klasifikasi anemia yaitu :
a. Anemia Mikrositik Hipokrom :
1) Anemia Defisiensi Besi.
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis).
Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak
akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia.
2) Anemia Penyakit Kronik.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti
infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik (artritis
reumatoid) dan neoplasma.
b. Anemia Makrositik :
1) Defisiensi Vitamin B12.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan
absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, namun di
Indonesia penyebab anemia ini adalah karena kekurangan masukan vitamin
B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.
2) Defisiensi Asam Folat.
Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di
seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan megaloblastik pada mukosa,
mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan
kepribadian.
c. Anemia karena perdarahan.
1) Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2) Perdarahan Kronik biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak diketahui
pasien. Penyebab yang sering adalah ulkus peptikum dan perdarahan saluran
cerna karena pemakian analgesik.

d. Anemia Hemolitik.
Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah merah (normal 120 hari).
Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya
karena usia sel darah merah sangat pendek.
e. Anemia Aplastik.
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
(Price ,2000:256-264)
Manifestasi Klinis

Area Manifestasi klinis


Keadaan umum Pucat, penurunan kesadaran,
keletihan berat, kelemahan, nyeri
kepala, demam, dipsnea, vertigo,
sensitive terhadap dingin, BB
turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik),
warna kulit pucat, sianosis, kulit
kering, kuku rapuh, koylonychia,
clubbing finger, CRT > 2 detik,
elastisitas kulit munurun,
perdarahan kulit atau mukosa
(anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,
konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat,
stomatitis, perdarahan gusi, atrofi
papil lidah, glossitis, lidah merah
(anemia deficiency asam folat)
Paru – paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah,
palpitasi, sesak waktu kerja, angina
pectoris dan bunyi jantung
murmur, hipotensi, kardiomegali,
gagal jantung
Gastrointestinal Anoreksia, mual-muntah,
hepatospleenomegali (pada anemia
hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata
berkunang-kunang, kelemahan
otot, irritable, lesu perasaan dingin
pada ekstremitas.

Gejala Khas Masing-Masing Anemia


Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut :
1. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
2. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
3. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
4. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

5. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
6. Pathway

Trauma
Kegagalan sumsum Absorbs Fe, B12 dan
perdarahan
tulang asam folat berkurang

Kehilangan komponen Perdarahan


Gangguan
pembentukan sel darah berlebihan
pembentukan sel

Produksi del darah kehilangan


menurun Hemolisis darah
berlebihan

Anemia

Ketidakefektifan
Pertahanan Transport o2
perfusi jaringan
sekunder tidak menurun
perifer
adekuat

Merangsang Hipoksia sel


Resiko system saraf dan jaringan
infeksi simpatis

Lemah,letih
anoreksia ,lesu

Ketidakseimbangan Intoleransi
kebutuhan nutrisi aktivitas
kurang dari
kebutuhan
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen –
komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,MCV, Dan
MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
keadaan system hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi dugaan
diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini:
- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transfrerin, dan feriten
serem.
- Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
- Anemia hemolitik: hitung retikulosis, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal
hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = flurescence
in situ hybridization)

8. Komplikasi
1. Jantung
Menyebabkan gagal jantung kongestif
2. Paru
Menyebabkan infark paru,pneumonia,pneumonia,pneomokek
3. SSP
Menyebabkan trombosis serebral
4. Genito urinaria
Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
5. GI
Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
6. Ocular
Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer, pendarahan
7. Skeletal
Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri, daktilitis (biasanya
pada anak kecil)
8. Kulit
Menyebabkan ulkus tungkai kronis.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
- Transplantasi sumsum tulang
- Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
- Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
- Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya,
dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
- Dicari penyebab defisiensi besi
- Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
- Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
- Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
- Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / stirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu  menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau
kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku
: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah
putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfuse darah.
Tanda :depresi.
d. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan
sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :nyeri abdomen samara : sakit kepala
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda   :  takipnea,ortopnea dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk,sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore. Hilang
libido (priadan wanita). Imppoten.
Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan transport oksigen / nutrien
ke sel d.d kulit pucat, membran mukosa kering, mual/muntah
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan d.d anoreksia,BB 20 % dibawah ideal
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum d.d menyatakan merasa lemah ,letih
4) Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan petahanan sekunder : penurunan hemoglobin
dan malnutrisi
3. Intervensi

No
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx

1 Setelah diberikan tindakan 1. Berikan oksigen 1. Memaksimalkan


keperawatan selama...x... tambahan sesuai indikasi transport oksigen ke
jam diharapkan terjadi jaringan
peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : 2. Awasi tanda vital kaji 2. Memberikan
- Menunjukkan perfusi pengisian kapiler, warna informasi tentang
adekuat, misalnya kulit/membrane mukosa, derajat/keadekuatan
tanda vital stabil. dasar kuku. perfusi jaringan dan
- Tidak terjadi sianosis membantu
- Kapilarirefil < 3dtk. menetukan keb.
- Kulit tidak pucat intervensi.
- Membran mukosa
3. Tinggikan kepala tempat
lembab 3. Meningkatkan
tidur sesuai toleransi.
- Kuku dan rambut kuat ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.

4. Selidiki keluhan nyeri


4. Iskemia seluler
dada/palpitasi.
mempengaruhi
jaringan miokardial/
potensial risiko
infark.
5. Mengidentifikasi
5. Kolaborasi pengawasan defisiensi dan
hasil pemeriksaan kebutuhan
laboraturium. Berikan pengobatan /respons
sel darah merah terhadap terapi.
lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.

2 Setelah diberikan tindakan 1. Observasi riwayat 1. Mengidentifikasi


keperawatan nutrisi, termasuk makan defisiensi,
selama....x....jam yang disukai. memudahkan
diharapkan  kebutuhan intervensi.
nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : 2. Observasi dan catat 2. Mengawasi
- menunujukkan masukkan makanan masukkan kalori
peningkatan/memperta pasien. atau kualitas
hankan berat badan kekurangan
dengan nilai konsumsi makanan.
laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda 3. Mengawasi
3. Timbang berat badan
mal nutrisi. penurunan berat
setiap hari.
- Mual muntah menurun badan atau
- Terjadi kenaikan BB efektivitas intervensi
- Menununjukkan nutrisi.
perilaku, perubahan
pola hidup untuk 4. Menurunkan
4. Berikan makan sedikit
meningkatkan dan atau kelemahan,
dengan frekuensi sering
mempertahankan berat meningkatkan
dan atau makan diantara
badan yang sesuai. waktu makan. pemasukkan dan
mencegah distensi
gaster.
5. Observasi dan catat
- kejadian mual/muntah, 5. Gejala GI dapat
flatus dan dan gejala menunjukkan efek
lain yang berhubungan. anemia (hipoksia)
pada organ.
6. Berikan dan Bantu
hygiene mulut yang baik 6. Meningkatkan nafsu
; sebelum dan sesudah makan dan
makan, gunakan sikat pemasukkan oral.
gigi. Menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
kemungkinan
infeksi. Teknik
perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perdaraha
n dan nyeri berat.
7. Kolaborasi pada ahli
gizi untuk rencana diet. 7. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individual.
3 Setelah diberiakan tindakan 1. Observasi kemampuan 1. Mempengaruhi
keperawatan ADL pasien. pilihan
selama ....x...jam diharapkan intervensi/bantun
klien dapat 2. Observasi kehilangan 2. Menunjukkan
mempertahankan/meningkat atau gangguan perubahan
kan ambulasi/aktivitas. keseimbangan, gaya neurology karena
Kriteria hasil : jalan dan kelemahan defisiensi vitamin
- melaporkan otot. B12
peningkatan toleransi mempengaruhi
aktivitas (termasuk keamanan
aktivitas sehari-hari) pasien/risiko
- menunjukkan cedera.
penurunan tanda
3. Observasi tanda-tanda
intolerasi fisiologis, 3. Manifestasi
vital sebelum dan
misalnya nadi, kardiopulmonal
sesudah aktivitas.
pernapasan, dan dari upaya
tekanan darah masih jantung dan paru
dalam rentang normal. untuk membawa
jumlah oksigen
adekuat ke
jaringan.

4. Berikan lingkungan 4. Meningkatkan


tenang, batasi istirahat untuk
pengunjung, dan menurunkan
kurangi suara bising, kebutuhan
pertahankan tirah oksigen tubuh dan
baring bila di menurunkan
indikasikan. regangan jantung
dan paru.

5. Meningkatkan
5. Anjurkan pasien
aktivitas secara
istirahat bila terjadi
bertahap sampai
kelelahan dan
normal dan
kelemahan, anjurkan
memperbaiki
pasien melakukan
tonus otot/stamina
aktivitas semampunya
tanpa kelemahan.
(tanpa memaksakan
Meingkatkan
diri).
harga diri dan rasa
terkontrol.

4 Setelah diberikan tindakan 1. Berikan perawatan 1. Menurunkan risiko


keperawatan selama…x… kulit,perianal dan oral kerusakan kulit/
jam diharapkan risiko dengan cermat. jaringan dan infeksi.
infeksi pasien dapat
menurun dengan criteria 2. Dorong perubahan 2. Meningkatkan
hasil: posisi/ ambulasi yang ventilasi semua
- Mengidentifikasi sering, latihan batuk, segmen paru dan
perilaku untuk dan nafas dalam. membantu
mencegah/ memobilisasi sekresi
menurunkan risiko untuk mencegah
infeksi pneumonia
3. Pantau /batasi
- Meningkatkan
pengunjung. Berikan
penyembuhan luka, 3. Membatasi
isolasi bila
bebas drainase purulen pemajangan pada
memungkinkan.batasi
atau eritema , dan
tumbuhan hidup /bunga bakteri/
demam
potong infeksi.perlindungan
isolasi dapat
dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila
respons imun sangat
4. Pantau suhu catat terganggu.
adanya menggigil dan
takikardia dengan atau 4. Adanya proses
tanpa demam inflamasi/ infeksi
membutuhkan
5. Kolaborasi berikan evaluasi/
antiseptik topikal ; pengobatan.
antibiotik sistemik
5. Mungkin digunakan
secara propilaktik
untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi lokal.

DAFTAR PUSTAKA
Herdman Heather.T,PhD,RN.2012.Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-
2014.buku kedokteran EGC.Jakarta

Doenges,Marilynn E.1999.Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawat pasien.Buku kedokteran EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai