LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
1914401026
TINGKAT 2 D3 REGULER 1
2. Etiologi Anemia.
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi
sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah
merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel
darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal
ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun,
letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan
(kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang
terjadi adalah sebaliknya (Fadil, 2005).
3. Tanda dan Gejala, klasifikasi
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah
munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.(Price ,2000:256-264)
Manifestasi klinis
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan karena
penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel darah
merah.pada pasien yang hipovelemik:
a. pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
b. resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
c. tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2003:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi yang
mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
a. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
b. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
c. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid dan
juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik pada
pasien..
d. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika
diindikasikan.
e. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency yang
dikirim untuk pengukuran.
f. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-transfer
darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka Rh negatif.
g. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati
penyebab pendarahan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda tergantung
dari jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini beberapa terapi yang
diberikan pada pasien sesuai dengan jenis anemia yang diderita:
1) Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada
hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu. Neuropati biasanya dapat
membaik tetapi kerusakan medula spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta,
2003:48)
2) Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.
3) Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler 200
mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis
pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
e. Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi utama
untuk anemia pernisiosa adalah:
1) Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
2) Terapi pemeliharaan
3) Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2003: 49)
f. Anemia Hemolitik
Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus tersebut
serta penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari kasus per kasus.
Akan tetapi pada dasarnya terapi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3
golongan besar, yaitu:
Objektif :
1. Penggunaan alat bantu napas
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal
Minor
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan cuping hidung
2. Kapasitas vital menurun
3. Tekanan ekspirasi menurun
Nyeri akut berhubungan dengan agen Mayor
cidera fisiologis Subjektif:
1. Mengeluh nyeri
Objektif :
1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Sulit tidur
Minor
Subjektif: -
Objektif :
1. Pola nafas berubah
2. Nafsu makan berubah
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan Mayor
dengan penurunan konstrasi hemoglobin subjektif : -
Objektif :
1. Pengisian kapiler >3detik
2. Akral teraba dingin
3. Warna kulit pucat
4. Turgor kulit menurun
Minor
Subjektif :
1. Nyeri ekstermitas
Objektif :
1. Edema
1) Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas,
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ;
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan menbran
mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan; pada
pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih
seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koikologikia) (DB). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh
uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis;
penolakan transfuse darah.
Gejala : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda ; distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus
pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat
badan.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan
posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan
terhadap radiasi, baik terhadap pengobatan dan kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi koma. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggil, berkeringat malam, limfadenopati umum
ptekie dan ekimosis(aplastik)
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina
pucat.
Intervensi Rasional
Observasi
2. Mempertahankan jalan napas paten 1. Menjaga keade-kuatan ventilasi.
3. Monitor pola napas : Bradypnea, 2. Untuk memaksimalkan potensial
Tachypnea, Hiperventilasi, ventilasi
respirasi kussmaul, respirasi
sinacheyne-stokes dll.
Terapeutik
1. Posisikan pasien semifowler 1. Memonitor kepatenan jalan
2. Auskultasi suara napas napas
2. Memonitor keadaan pernapasan
Kolaborasi klien
1. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen terapi 1. Meningkatkan ventilasi dan
asupan oksigen
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital Kaji 1. Memberikan infomasi tentang derajat atau
pengisian kapiler, warna kulit keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
atau membran mukosa, dasar menentukan kebutuhan intervensi
kuku. 2. Dispenea gemericik menunjukkan gangguan
2. Kaji upaya pernapasan, jantung karena regangan jantung
auskultasi bunyi napas lama/peningkatan kompensasi curah jantung
3. Tinggikan kepala tempat tidur 3. Meningkatkan ekspansi paru dan
sesuai toleransi memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
4. Hindari penggunaan botol seluler
penghangat atau botol air panas. 4. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena
Ukur suhu mandi dengan penggunaan oksigen
termometer 5. Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
5. Pengawasan hasil pemeriksaan pengobatan atau respon terhadap terapi
laboratorium
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan ADL klien 2. Mempengaruhi pilihan intervensi/ bantuan
2. Kaji kehilangan atau gangguan 3. Menunjukkan perubahan neurologi karena
keseimbangan gaya jalan dan defesiensi vitamin b12 mempengaruhi
kelemahan otot pasien atau resiko cedera
3. Berikan lingkungan tenang , batasi 4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
pengunjung, kurangi suara bising, kebutuhan oksigen tubuh dan regangan
pertahankan tirah baring bila jantung dan paru-paru
diindikasikan 5. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
4. Gunakan teknik menghemat energi, secara normal dan memperbaiki tonus otot
anjurkan pasien istirahat bila terjadi atau stamina tanpa kelemahan.
kelelahan dan kelemahan. Anjurkan Meningkatkan harga diri meningkatkan
pasien melakukan aktivitas harga diri dan rasa kontrol
semampunya (tanpa memaksa diri)
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC
Aulauwi, K.2014. Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Rapha Publishing
Tim Pogja SDKI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pogja SDKI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pogja SDKI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.