Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (HB) atau hematrokrit (HT) di bawah normal. Anemia
menunjukan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh
(Mohammad Jauhar, 2013 : 201).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit anemia adalah penurunan
atau kurangnya kadar hemoglobin atau hematokrit dalam darah. Keadaan
tersebut berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen di
dalam darah, sehingga beberapa organ tidak terpenuhi suplai oksigennya.
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan
kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c. Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
d. Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
e. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik
pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :
a. Hb < 10 gr/dl
b. Hematokrit < 30%
c. Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat
anemia yang umum dipakai adalah :

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


1
a. Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
b. Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c. Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
d. Berat Hb < 6 gr/dl

2. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1) Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada
prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan
lemak. Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat,
idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia,
serta kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat
mungkin dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan
secara dini. Jika pemajanan tetap berlangsung setelah terjadi tanda-
tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat berkembang
menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
Infeksi virus

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastic

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


2
2) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi
dalam tubuh menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak
adekuat menyebabkan berkurangnya sintesis Hb sehingga
menghambat proses pematangan eritrosit. Ini merupakan tipe
anemia yang paling umum. Anemia ini dapat ditemukan pada pria
dan wanita pasca menopause karena perdarahan (misal, ulkus,
gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi
serat (mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga dapat
menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan
besi melalui darah dari saluran gastrointestinal.
3) Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi
Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang
dan darah perifer yang identik. Defisiensi vitamin B12 sangat jarang
terjadi tetapi dapat terjadi akibat ketidakadekuatan masukan pada
vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal,
penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang dapat merusak
absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan meninggal
setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal jantung kongesti
sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam folat
terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat,
terutama dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang
makan sayuran dan buah, alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien
hemodialisis.
4) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan
oleh defek molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri.
Anemia ini ditemukan terutama pada orang Mediterania dan
populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit hitam.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


3
Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang
disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis,
satu buah dari masing-masing orang tua. Hemoglobin yang cacat
itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk
konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin.
6) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan.
b. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolysis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya. Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai,
tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat.
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria,
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.
Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


4
sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolysis

3. Etiologi
Penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
1) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi
Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
2) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
3) Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
4) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
b. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau
penggunaan obat acetosal.
d. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12,
dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12)
yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia
bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria,
infeksi cacing tambang.
Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti
5
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah
merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial,
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses
tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan memasuki aliran
darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin
akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya
gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena
berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan
dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua
penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Arif
Muttaqin, 2012).

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


6
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai
berikut:
a. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah
gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang
sudah menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat
diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:
1) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
2) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta
perasaan dingin pada ekstremitas.
3) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
4) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
b. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia
adalah sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
3) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
4) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
c. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia
tersbut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran
parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


7
6. Komplikasi
a. Cardiomegaly
b. Congestive heart failure
c. Gastritis
d. Paralysis
e. Paranoia
f. Hallucination and delusion
g. Infeksi genoturia

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis
1) Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


8
komponen, seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV,
MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju
endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia
dengan diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faat hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lain
1) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai
jenisnya, dapat dilakukan antara lain :
a. Anemia Aplastik
1) Transplantasi sumsum tulang.
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit
(ATG).
3) Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
4) Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-
sel darah merah dan trombosit.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


9
5) Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak
dengan orang-orang yang menderita infeksi.
b. Anemia defisiensi besi
1) Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat
disembuhkan.
2) Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
3) Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
4) Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
5) Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan
terkontrol.
c. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
1) Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada
vege tarian ketat).
2) Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau
tidak terdapatnya faktor-faktor instriksik.
3) Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien
anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
1) Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
2) Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
3) Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin
prenatal).
d. Anemia sel sabit
1) Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
2) Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
3) Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
4) Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih
ringan.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


10
5) Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan
darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan
untuk mencegah krisis.
e. Anemia penyakit kronis
Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen zat
besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun,
jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin
sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat
membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi
kelelahan.
f. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan
asam folat.
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Cakupkan informasi tentang obat yang dapat menekan aktivitas
sumsum tulang atau mengganggu metabolism folat.
b. Tanyakan tentang semua kemungkinan kehilangan darah yang terjadi,
seperti menstruasi dengan darah yang banyak, terdapat darah dalam
feses.
c. Tanyakan riwayat keluarga mengenai anemia yang diturunkan.
d. Tanyakan tentang kebiasaan diit terhadap defisiensi nutrisi, seperti zat
besi, vitamin B12, dan asam folat.
e. Kaji terhadap peningkatan beban jantung:
1) Takikardia, palpitasi, dispneu.
2) Pusing, ortopneu, dispneu karena aktivitas fisik.
f. Kaji terhadap gagal jantung kongestif:
1) Kardiomegali.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


11
2) Hepatomegali.
3) Edema perifer.
g. Kaji terhadap defisit neurologis
1) Parestesia dan kebas perifer.
2) Ataksia dan koordinasi yang buruk.
3) Kekacauan mental.
h. Kaji terhadap fungsi gastrointestinal
1) Mual dan muntah.
2) Diare.
3) Anoreksia.
4) Glositis.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan.
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi.
7. Keletihan b.d anemia

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


12
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi Keperawatan
O Keperawatan Hasil
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Peripheral Sensation
tidak efektif b/d tindakan keperawatan Management
penurunan selama ……… jam (Manajemen sensasi
konsentrasi Hb perfusi jaringan klien perifer)
dan darah, suplai adekuat dengan kriteria : 1. Monitor adanya daerah
oksigen 1. Membran mukosa tertentu yang hanya
berkurang merah peka terhadap panas/
2. Konjungtiva tidak dingin/ tajam/ tumpul.
anemis 2. Monitor adanya
3. Akral hangat paretese
4. Tanda-tanda vital 3. Instruksikan keluarga
dalam rentang untuk mengobservasi
normal kulit jika ada lesi atau
laserasi
4. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
6. Monitor kemampuan
BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik.
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi.
2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan NIC :
an nutrisi kurang tindakan keperawatan Nutrition Management
dari kebutuhan selama ………. status 1. Kaji adanya alergi
tubuh b/d intake nutrisi  klien adekuat makanan.
yang kurang, dengan kriteria 2. Kolaborasi dengan ahli
anoreksia 1. Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan
dengan tujuan nutrisi yang

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


13
2. Beratbadan ideal dibutuhkan pasien.
sesuai dengan tinggi 3. Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan intake
3. Mampumengidentifik Fe
asi kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
4. Tidk ada tanda tanda meningkatkan protein
malnutrisi dan vitamin C.
5. Menunjukkan pening 5. Berikan substansi gula
-katan fungsi 6. Yakinkan diet yang
pengecapan dari dimakan mengandung
menelan tinggi serat untuk
6. Tidak terjadi mence -gah konstipasi.
penurunan berat 7. Berikan makanan yang
badan yang berarti terpilih ( sudah
7. Pemasukan yang dikonsul -tasikan
adekuat dengan ahli gizi).
8. Tanda-tanda malnutri 8. Ajarkan pasien
si bagaimana membuat
9. Membran catatan makanan
konjungtiva dan harian.
mukos tidk pucat 9. Monitor jumlah nutrisi
10. Nilai Lab.: dan kandungan kalori
11. Protein total: 6-8 gr% 10. Berikan informasi
12. Albumin: 3.5-5,3 gr tentang kebutuhan
% nutrisi
13. Globulin 1,8-3,6 gr 11. Kaji kemampuan
% pasien untuk
14. HB tidak kurang dari mendapatkan nutrisi
10 gr %. yang dibutuhkan.
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :
diri b/d tindakan keperawatan Self Care assistane :
kelemahan fisik selama ………. jam ADLs
kebutuhan mandiri klien 1. Monitor kemempuan
terpenuhi dengan klien untuk perawatan
kriteria: diri yang mandiri.
1. Klien terbebas dari 2. Monitor kebutuhan
bau badan klien untuk alat-alat
2. Menyatakan bantu untuk
kenyama -nan kebersihan diri,
terhadap kemampuan berpakaian, berhias,

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


14
untuk melakukan toileting dan makan.
ADLs 3. Sediakan bantuan
3. Dapat melakukan sampai klien mampu
ADLS dengan secara utuh untuk
bantuan melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari. 
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan NIC :
tindakan keperawatan Infection Control
selama ………. jam (Kontrol infeksi)
status imun klien 1. Bersihkan lingkungan
meningkat dengan setelah dipakai pasien
kriteria lain
  Klien bebas dari tanda 2. Pertahankan teknik
dan gejala infeksi isolasi

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


15
  Menunjukkan 3. Batasi pengunjung bila
kemampuan untuk perlu
mencegah timbulnya 4. Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk
  Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
batas normal berkunjung dan setelah
  Menunjukkan perilaku berkunjung mening
hidup sehat -galkan pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk
cuci tangan
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung.
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum.
10. Gunakan kateter
intermi -ten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu.
5 Intoleransi Setelah dilakukan Toleransi aktivitasi
aktifitas b.d tindakan keperawatan 1. Tentukan penyebab
ketidakseimbang selama …….. klien dapat intoleransi aktivitas &
an suplai dan beraktivitas dengan menentukan apakah
kebutuhan kriteria penyebab dari fisik,
oksigen - Berpartisipasi dalam psikis/ motivasi
aktivitas fisik dgn TD, 2. Observasi adanya

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


16
HR, RR yang sesuai pembatasan klien
-Menyatakan gejala dalam beraktifitas.
memburuknya efek dari 3. Kaji kesesuaian
OR&menyatakan aktivitas&istirahat
onsetnya segera klien sehari-hari
-Warna kulit
4. ↑ aktivitas secara
normal,hangat&kering bertahap, biarkan klien
Memverbalisa-sikan berpartisipasi dapat
pentingnya aktivitasseca- perubahan posisi,
ra bertahap berpin -dah &
Mengekspresikan perawatan diri
pengertian pentingnya5. Pastikan klien
keseimbangan mengubah posisi
latihan&istira secara bertahap.
Hat Monitor gejala
-   Peningkatan toleransi intoleransi aktivitas.
aktivitas 6. Ketika membantu
klien berdiri, observasi
gejala intoleransi spt
mual, pucat, pusing,
gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
8. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan.
6 Gangguan Setelah dilakukan Vital sign Monitoring
pertukaran gas tindakan keperawatan
b.d ventilasi- selama …….. status 1. Monitor TD, nadi,
perfusi respirasi : pertukaran gas suhu, dan RR
membaik  dengan 2. Catat adanya fluktuasi
kriteria : tekanan darah
1. Mendemonstrasikan 3. Monitor VS saat
peningkatan ventilasi pasien berbaring,
dan oksigenasi yang duduk, atau berdiri
adekuat 4. Auskultasi TD pada
2. Memelihara kedua lengan dan
kebersihan paru paru bandingkan

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


17
dan bebas dari tanda 5. Monitor TD, nadi, RR,
tanda distress sebelum, selama, dan
pernafasan setelah aktivitas
3. Mendemonstrasikan 6. Monitor kualitas dari
batuk efektif dan nadi
suara nafas yang 7. Monitor frekuensi dan
bersih, tidak ada irama pernapasan
sianosis dan dyspneu 8. Monitor suara paru
(mampu 9. Monitor pola
mengeluarkan pernapasan abnormal
sputum, mampu 10. Monitor suhu, warna,
bernafas dengan dan kelembaban kulit
mudah, tidak ada 11. Monitor sianosis
pursed lips) perifer.
4. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
7 Keletihan b.d  Setelah dilakukanEnergi manajemen
anemia tindakan keperawatan 1. Monitor respon klien
selama …….. keletihan terhadap aktivitas
klien teratasi dengan takikardi, disritmia,
kriteria : dispneu, pucat, dan
jumlah respirasi
1. Kemampuan
2. Monitor dan catat
aktivitas adekuat jumlah tidur klien.
2. Mempertahankan 3. Monitor ketidaknyama
-nan atauu nyeri
nutrisi adekuat
selama bergerak dan
3. Keseimbangan aktivitas
aktivitas dan istirahat 4. Monitor intake nutrisi
5. Instruksikan klien
4. Menggunakan teknik untuk mencatat tanda-
energi konservasi. tanda dan gejala
5. Mempertahankan
kelelahan.
6. Jelakan kepada klien
interaksi social. hubungan kelelahan
6. Mengidentifikasi dengan proses
faktor-faktor fisik penyakit
dan psikologis yang 7. Catat aktivitas yang
menyebabkan dapat meningkatkan

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


18
kelelahan kelelahan
8. Anjurkan klien
7. Mempertahankan melakukan yang
kemampuan untuk meningkatkan
konsentrasi. relaksasi
9. Tingkatkan
pembatasan bedrest
dan aktivitas.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


19
DAFTAR PUSTAKA

Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi
terhadap kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis
Ilmiah). Malang: Universitas Diponegoro.
Arif Muttaqin. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mohammad Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan, Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta.
Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.
Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti


20

Anda mungkin juga menyukai