ANEMIA
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (HB) atau hematrokrit (HT) di bawah normal. Anemia
menunjukan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh
(Mohammad Jauhar, 2013 : 201).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit anemia adalah penurunan
atau kurangnya kadar hemoglobin atau hematokrit dalam darah. Keadaan
tersebut berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen di
dalam darah, sehingga beberapa organ tidak terpenuhi suplai oksigennya.
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan
kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c. Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
d. Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
e. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik
pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :
a. Hb < 10 gr/dl
b. Hematokrit < 30%
c. Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat
anemia yang umum dipakai adalah :
2. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1) Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada
prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan
lemak. Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat,
idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia,
serta kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat
mungkin dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan
secara dini. Jika pemajanan tetap berlangsung setelah terjadi tanda-
tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat berkembang
menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
Infeksi virus
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastic
3. Etiologi
Penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
1) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi
Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
2) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
3) Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
4) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
b. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau
penggunaan obat acetosal.
d. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12,
dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12)
yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia
bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria,
infeksi cacing tambang.
Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia 2019| Sri Hidayanti
5
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah
merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial,
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses
tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan memasuki aliran
darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin
akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya
gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena
berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan
dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua
penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Arif
Muttaqin, 2012).
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis
1) Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai
jenisnya, dapat dilakukan antara lain :
a. Anemia Aplastik
1) Transplantasi sumsum tulang.
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit
(ATG).
3) Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
4) Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-
sel darah merah dan trombosit.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Cakupkan informasi tentang obat yang dapat menekan aktivitas
sumsum tulang atau mengganggu metabolism folat.
b. Tanyakan tentang semua kemungkinan kehilangan darah yang terjadi,
seperti menstruasi dengan darah yang banyak, terdapat darah dalam
feses.
c. Tanyakan riwayat keluarga mengenai anemia yang diturunkan.
d. Tanyakan tentang kebiasaan diit terhadap defisiensi nutrisi, seperti zat
besi, vitamin B12, dan asam folat.
e. Kaji terhadap peningkatan beban jantung:
1) Takikardia, palpitasi, dispneu.
2) Pusing, ortopneu, dispneu karena aktivitas fisik.
f. Kaji terhadap gagal jantung kongestif:
1) Kardiomegali.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan.
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi.
7. Keletihan b.d anemia
Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi
terhadap kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis
Ilmiah). Malang: Universitas Diponegoro.
Arif Muttaqin. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mohammad Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan, Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta.
Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.
Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.