Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada
beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia.
Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah penting, karena prevalensi yang
tinggi dengan prognosis yang buruk.
Payah jantung adalah salah satu kondisi mengkhawatirkan yang diperkirakan
terjadi pada dua juta orang di Amerika dan merupakan alasan yang umum untuk
rawat inap. Saat ini pasien dengan gangguan fungsi jantung akut seringkali
dimasukkan ke ICU. Pasien-pasien ini mungkin membaik setelah dirawat di
ICU.
Gagal jantung juga bisa memiliki tanda dan gejala berupa batuk. Karena pada
kenyataannya, jantung dan paru adalah organ yang saling berkaitan. Demikian
pula halnya dengan batuk dan penyakit jantung. Jika gagal jantung terjadi pada
pompa bilik kiri maka darah akan mengumpul dan menumpuk di paru
(kongesti). Kongesti inilah yang menimbulkan sesak napas dan batuk.
Akibatnya, kantung udara sebagai tempat pertukaran oksigen dan
karbondioksida bisa terisi dengan cairan sehingga mengganggu fungsi paru-paru.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian gagal jantung kongesif?
2. Apa saja etiologi gagal jantung kongesif?
3. Apa saja tanda dan gejala gagal jantung kongesif?
4. Bagaimana pathway gagal jantung kongesif?
5. Bagaimana penatalaksanaan gagal jantung kongesif?
6. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian gagal jantung kongesif.
2. Untuk mengetahui etiologi gagal jantung kongesif.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal jantung kongesif.
4. Untuk mengetahui pathway gagal jantung kongesif.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal jantung kongesif.
6. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Congestive Heart Failure


Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah sindrom klinis yang
ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik), (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan
Triyanti, 2007).
Menurut derajat sakitnya:
 Derajat 1: Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
 Derajat 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
 Derajat 3: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
 Derajat 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.

Klasifikasi menurut letaknya:

1. Gagal jantung kiri: merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut di klasifikasikan
menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
2. Gagal jantung kanan: merupakan gagal ventrikel kanan untuk memompa
secara adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi
adalah gagal jantung kiri.

3
B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
a. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
b. Faktor interna (dari dalam jantung)
 Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
 Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
 Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
 Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut

C. Manifestasi Klinis
a) Kriteria mayor
 Paroksimal nocturnal dispnea
 Distensia vena leher
 Ronki paru
 Kardiomegali
 Edema paru akut
 Gallop S3
 Peningkatan vena jugularis
 Reflusk hepatojugular
b) Kriteria minor
 Edema ekstremitas
 Batuk pada malam hari
 Dispnea
 Hepatomegali
 Efusi pleura
 Takikardia (>120/menit)

4
D. Pathway

5
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektro kardiogram: untuk melihat hipertropi atrial atau ventrikuler,
iskemia, distritmia, takikardi, fibrilasi atrial.
2. Ekokardiografi: untuk mengevaluasi volume balik dan tekanan regional.
3. Radiofrafi dada: menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah
abnormal.
4. Analisa gas darah.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dibagi atas:
1. Terapi non farmakologi: yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring
dan kontrol faktor risiko.
2. Terapi farmakologi: terapi yang dapat diberikan antara lain golongan
diuretik, angiontensin converting enzyme inhibitor (ACEi) beta bloker,
glikosida jantung, vasodilator.
3. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi
oksigen dengan pembatasan aktivitas.
4. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
5. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.

G. Diagnosa yang Sering Muncul


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d batuk
tidak efektif, sputum berlebih, ronkhi, dispnea, gelisah, sianosis, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah.
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d penggunaan otot
bantu pernapasan, pola napas abnormal, fase ekspirasi memanjang.
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler,
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d PCO2 meningkat/menurun, PO2
menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan.

6
4. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, napsu makan berubah, diaforesis.
5. Risiko penurunan curah jantung
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Nanda Nic – Noc. Mediaction: Jogjakarta.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Hubungan Batuk dan Penyakit Jantung. 2012. Kompas


Diakses dari:
Http://lifestyle.kompas.com/read/2012/05/14/17030134/hubungan.batuk.dan.penyaki
t.jantung [Senin, 7 Oktober 2019]

Gagal Jantung Kongestif. 2019. Alodokter


Diakses dari: Http://www.alodokter.com/gagal-jantung-kongestif-pembunuh-diam-
diam [Selasa, 8 Oktober 2019]

9
10

Anda mungkin juga menyukai