Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Militus


1. Pengertian Diabetes Militus
Diabetes Militus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme
yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin dihasilkan
oleh sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam
metabolisme glukosa dalam sel tubuh. ( Ananta, 2009 h.138)
Diabetes Militus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan
kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi
insulin. (M.N Bustan ,2007 h.100)
2. Etiologi
Diabetes Militus disebabkan berkurangnya produksi dan
ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin
yang sebenarnya berjumlah cukup. Kekurangan insulin disebabkan
adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau
langerhans dalam kelanjar pankreas yang berfungsi menghasilkan
insulin.
Namun jika di runut lebih lanjut , beberapa faktor yang
menyebabkan diabetes militus sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes Militus cenderung diturunkan atau diwariskan , bukan di
tularkan. Anggota keluarga penderita diabetes militus (DM) memiliki
kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan diabetes militus merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya , sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

6
7

b. Virus dan Bakteri


Virus penyebab Diabetes Militus (DM) adalah rubela, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam
sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa
juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangya otoimun dalam sel beta. Diabetes militus
akibat bakteri masih belum bisa di deteksi. Namun para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes militus (DM)
c. Bahan Toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari
sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
d. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko
yang di ketahui menyebabkan diabetes militus (DM). Semakin berat
badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin
besar kemungkinan seseorang terjangkit diabetes militus (DM).
(Ananta, 2009 h.140)
3. Klasifikasi
Ada bebrapa tipe diabetes :
a. Tipe 1
Orang-orang dengan tipe diabetes ini menghasilkan hormon insulin
sangat kecil atau bahkan tidak sama sekali.
b. Tipe 2
Orang-orang dengan tipe diabetes ini tidak bisa menggunakan
hormon insulin secara elektif. Banyak orang yang mmepunyai
diabetes tipe 2 ini dan kini sudah tidak lagi menyerang orang
dewasa , melainkan sudah menyerang anak usia produktif.
(Ananta, 2009 h.140)
4. Pathways
Terlampir
8

5. Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2005) dalam buku KMB 2 Wijaya &
Putri (2013) , patofisiologi dari diabetes militus adalah :
a. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karea sel sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan). Jika konsemtrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (Glukosaria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien dapat
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria), dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein
dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencangkup kelelahan
dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya
dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
9

b. Diabetes tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lembat dan
progresif maka awitan diabetes tipe II ini dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala terdebut sering
bersifat ringan dan dapat mencangkup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur.
Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah diseluruh tubuh, disebut angiopati
diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makrongiopati, dan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular)
disebut mikroangiopati.
6. Tanda dan Gejala
Menurut (M.N Bustan, 2007 h.107) gejala penyakit diabetes militus
adalah sebagai berikut :
a. Gejala Khas
- Poliuria (sering kencing)
- Poliphagia (cepat lapar)
- Polidipsia (sering haus)
- Lemas
- Berat badan menurun
b. Gejala lain
- Gatal-gatal
- Mata kabur
10

- Gatal dikemaluan (wanita)


- Impotensia
- Kesemutan
7. Komplikasi
Komplikasi atau penyulit pada DM dapat berupa komplikasi akut
dan komplikasi kronis. Komplikasi kronis ,berupa komplikasi kronis
vaskuler dan non vaskuler.
a. Komplikasi akut yang sering terjadi.
1) Hipoglikemia
Yaitu keadaan penurunan kadar glukosa darah dengan
gejala berupa gelisah, tekanan darah turun, lapar, mual, lemah,
lesu, keringat dingin, gangguan menghitung sederhana, bibir
dan tangan geneter, sampai terjadi koma. Kondisi ini harus
segera di atasi, dengan diberi gula murni, minum sirup, permen
atau makanan yang mengandung karnohidrat seperti roti.
2) Hiperglikemia
Yaitu keadaan kelebihan gula darah yang biasanya
disebabkan oleh makan secara berlebihan, stress emosional,
penghentian obat DM secara mendadak. Gejalanya berupa
penurunan kesadaran serta kekurangan cairan (dehidrasi)
3) Ketoasidosis diabetik
Yaitu keadaan peningkatan senyawa keton yang bersifat
asam dalam darah yang berasal dari asam lemak bebas hasil dari
pemecahan sel-sel lemak jaringan. Gejala dan tandanya berupa
nafsu makan turun, merasa haus, banyak minum, banyak kecing,
mual muntah, nyeri perut, nadi cepat, pernafasan cepat dan
dalam, nafas berbau khas keton, hipotensi, penurunan kesadaran
sampai koma.
b. Komplikasi Kronis Vaskuler dan non vaskuler adalah sebagai
berikut :
1) Rasa tebal pada lidah , gigi dan gusi, yang mempengaruhi rasa
pengecapan.
11

2) Gangguan pendengaran, timbul rasa berdenging pada telinga


3) Gangguan pembuluh darah (neuropati diabetic) , berupa rasa
teal pada kaki, kesemutan dan kram pada betis. Pada tahap lebih
lanjut dapat terjadi gangguan saraf pusat sehingga mulut
moncong, mata tertutup sebelah, kaki pincang dan sebagainya.
4) Gangguan seksual, biasanya berupa gangguan ereksi (disfungsi
ereksi) pada pria maupun impotensi.
5) Kelainan kulit, berupa bekas luka berwarna merah kehitaman
terutama pada kaki akibat infeksi yang berulang atau sukar
sembuh.
(Anies , 2006 h.43)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Gula darah sewaktu > = 200 mg/dl
b. Gula darah puasa > 126 mg/dl (puasa = tidak ada masukan
makanan/kalori sejak 10 jam terakhir)
c. Glukosa plasma 2 jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram.
(M.N Bustan, 2007 h.107)
9. Penatalaksanaan
Menurut Damayanti (2015) penatalaksaan yang dilakukan dalam
penanganan pasien diabetes militus adalah sebagai berikut :
a. Medis
Penatalaksaan medis pada pasien diabetes militus meliputi :
1) Obat hiperglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a) Pemicu sekresi insulin
b) Penambahan sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat glukosidase alfa
2) Insulin
Terapi insulin pada pasien diabetes militus diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah, terutama pada DM
tipe II terapi insulin dipergunakan untuk mencoba menormalkan
aktivitas insulin jika diet, latihan fisik dan OHO tidak bisa
12

menjaga gula darah. Insulin dipergunakan pada keadaan


hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis , mengalami sakit,
infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress
lainnya.
b. Keperawatan
Tujuan utama dari terapi diabetes adalah mencoba
menormalkan kadar gula darah dan upaya untuk menghindari
komplikasi. Ada beberapa komponen dalam perawatan diabetes :
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan essensial, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi
dan menurunkan kadar lemak. Diet pada penderita diabetes
dengan ulkus diabetikum diperlukan protein tinggi yaitu
dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat
60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi
kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian
antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu
mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun
sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan
sebagai perawatan pasien secara total. Penentuan jumlah kalori
diet Diabetes Militus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight.
2) Latihan
Latihan yang dimaksud adalah dengan melakukan kegiatan-
kegiatan dasar misalnya berolahraga secara teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, sirkulasi darah dan tonus otot.
13

3) Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan adalah melakukan pemantauan
kadar gula darah secara mandiri dan penderita diabetes dapat
mengatur terapinya secara optimal.
4) Terapi (jika diperlukan)
Untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah setelah
makan dan pada malam hari, terapi penyuntikan insulin
dilakukan dua kali dalam sehari.
5) Pendidikan
Pemberian pendidikan terhadap penderita diabetes maupun
keluarga adalah supaya dapat mempelajari keterampilan dalam
melakukan penatalaksaan diabetes yang mendiri dan
menghindari kmplikasi diabetes itu sendiri.

B. Konsep Dasar Ulkus Diabetikum


1. Pengertian
Ulkus Diabetikum merupakan luka terbuka disertai jaringan
nekrosis atau jaringan yang mati yang disebabkan oleh adanya emboli
(sumbatan) pembuluh darah perifer pada bagian tubuh sehingga suplai
darah terhenti. Biasanya terjadi pada tungkai. (Wijaya dan Putri, 2013,
h.211)
2. Etilogi
Menurut Wijaya dan Putri (2013, h.212) terdapat dua faktor yang
menyebabkan ulkus diabetikum :
a. Faktor neuropati endogen
Faktor endogen meliputi genetik, metabolik, angiopati diabetik, dan
neuropati diabetik.
b. Faktor eksogen
Faktor eksogen meliputi trauma, infeksi, dan obat. Faktor utama
yang menyebabkan ulkus diabetikum adalah angiopati dan infeksi.
14

3. Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2013, h.212) klasifikasi pada ulkus
diabetikum dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu :
0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti claw, callus
1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit
2 : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
3 : abses dalam, dengan atau tanpa ostemielitis
4 : gangguan jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
5 : ganggren seluruh kaki atau sebagian tungkai
4. Gejala
Terdapat beberapa gejala yang muncul pada ulkus diabetikum baik
akut maupun kronik, gejala klinis tersebut adalah 5P, yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Parethesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Sedangkan ulkus diabetikum kronik akan menimbulkan empat
stadium gejala, yaitu :
a. Stadium I : gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : terjadi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
(Wijaya dan Putri, 2013, h.214)
5. Patofisiologi
Timbulnya permasalahan pada kaki yaitu luka terbuka pada lapisan
kulit diawali dengan masalah hiperglikemia pada penderita diabetes
militus yang menyebabkan kelainan neuropati, baik neuropati sensorik
maupun autonomik akan mengakibatkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
15

ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah


merebak menjadi infeksi yang luas.
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan
suplai vaskuer. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras
daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang
membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan
ulkus. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi di daerah ini.
Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya
sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit
dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang
mengkontribusi terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pasien dengan
diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada syaraf yang terdapat pada
kaki dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer. Pada pasien dengan
diabetik seringkali mengalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan
sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan “pheripheral vasculal
diseases”. Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada syaraf.
Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem
saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ
viseral.
Dengan adanya gangguan saraf autonom berpengaruh terjadi
perubahan tonus otot yang menyebabkan aliran darah menjadi abnormal.
Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian
antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer dan
tidak memnuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada
autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering,
antihidrosis, yang memudahkan kulit menjadi rusak atau bisa disebut
dengan kerusakan integritas kulit. Dampak lain adalah karena adanya
16

neuropati perifer yang mempengaruhi saraf sensorik dan sistem saraf


motorik yang menyebabkan hilangnya rasa nyeri, tekanan dan perubahan
temperatur. Faktor aliran darah yang kurang akan menyebabkan rumitnya
pengelolaan kaki diabetes (Wijaya dan Putri, 2013, h.213).
6. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya dan Putri (2013) Penatalaksanaan tindakan pada
penderita ulkus diabetikum dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan melihat kondisi ulkus, karena
derajat dan dalamnya ulkus sangat mempengaruhi pengobatan bagi
penderita, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan
pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan
besar kecilnya debridement yang akan dilakukan.
b. Perawatan luka diabetik secara aseptik
Hal pokok yang harus dilakukan dalam perawatan luka
diabetik adalah dengan mencuci luka. Perawatan luka secara aseptik
adalah perawatan yang dilakukan dengan menggunakan cairan
aseptik dan menggunakan beberapa alat dan bahan yang serta
mengguanakan prinsip steril. Tujuan perawatan luka secara aseptik
untuk mengurangi jumlah bakteri agar proses penyembuhan tidak
terhambat, meningkatkan dan memperbaiki proses penyembuhan
luka serta menghindari kemungkian terjadinya infeksi.
1) Alat dan bahan perawatan luka secara aseptik
Alat dan bahan yang digunakan untuk perawatan luka secara
aseptik
- Bak istrumen
- Kasa steril
- Kom kecil 2 buah
- Bengkok
- Plester
- Perlak atau pengalas
- Gunting
17

- Sarung tangan steril


- Pinset anatomi steril
- Sabun
- Air hangat
- Baskom
- NaCl 0.9%
- Alkohol 70%
- Desinfektan
- Balutan
2) Prosedur pelaksanaan perawatan luka
- Siapkan alat dan bahan
- Cuci tangan
- Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
- Tanyakan kesediaan pasien
- Jaga privasi pasien
- Atur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
- Buka peralatan
- Pasang sarung tangan steril
- Basahi plester atau verband dengan alkohol 70%
- Buka balutan luka dengan pinset
- Kaji status luka dekubitus (warna, kelembaban, diameter
luka dan kondisi pasien)
- Ukur kedalaman luka dengan aplikator yang berujung kapas
kecil
- Cuci luka dengan air hangat dan sabun
- Tekan tepi luka sepanjang luka untuk mengeluarkan pus
- Lakukan debridement
- Bersihkan luka dengan NaCl 0.9%
- Kompres mengguankan desinfektan, tutup dengan kasa dan
gunakan obat luka sesuai program dokter
- Tutup kembali luka dengan balutan dan plester
- Rapikan pasien
18

- Kaji respon pasien selama prosedur dan kondisi luka serta


di dokumentasikan
- Berpamitan dengan pasien dan keluarga
- Cuci tangan
- Catat hasil perawatan
c. Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau
slough pada luka. Debridement dilakukan untuk menghindari
terjadinya infeksi, karena jaringan nekrosis selalu berhubungan
dengan adanya peningkatan jumlah bakteri.
d. Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diberikan peroral yang bersifat menghambat
kuman gram positif dan gram negatif. Apabila tidak ada perubahan
perbaikan pada luka tersebut, maka terapi antibiotika dapat diberikan
parenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman.
e. Nutrisi
Pemberian nutrisi pada penderita ulkus diabetikum adalah
dengan memperhatikan status nutrisi pada semua stadium ulkus
diabetikum, nutrisi yang mengandung tinggi protein dan dapat
membantu proses penyembuhan luka dan mengurangi resiko
perluasan luka serta pemberian asam askorbat 500 mg 2 kali sehari
yang dapat mengurangi perluasan luka.
f. Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat
berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan (Wijaya dan
Putri, 2013 h.217)
19

C. Konsep Kerusakan integritas kulit


1. Pengertian
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan
dermis. (Lynda Juall Carpenito, 2007 h.354)
2. Batasan karakteristik
a. Mayor (Harus terdapat)
Gangguan jaringan epidermis dan dermis. Timbulnya edema,
kemerahan, sampai kehitaman pada jaringan epidermis dan dermis.
Terdapat ulkus yang lembab.
b. Minor (Mungkin terdapat)
Eritema (kemerahan), lesi (primer,sekunder), prutitus (kulit
menjadi hitam mengkilap dan kering)
(Lynda Juall Carpenito, 2007 h.354)
3. Faktor yang berhubungan
a. Berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder
akibat :
1) Perubahan autoimun yaitu lupus eritematosus dan skleroderma
2) Perubahan metabolik endokrin yaitu diabetes militus, hepatitis
sirosis, gagal ginjal, ikterik, disfungsi tiroid, bakterial (impetigo,
folikulitis, selulitis) , virus (herpes zoster, herpes simpleks) dan
jamur.
b. Berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi ke jaringan
sekunder akibat : diabetes militus , perubahan vaskuler perifer, stasis
vena, hipotermia, edema, malnutrisi, anemia, kelainan
kardiopulmonal, arteriosklerosis, gangguan nutrisi, obesitas dan
dehidrasi.
(Lynda Juall Carpenito, 2007 h.352)
20

D. Konsep Asuhan Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit pada Diabetes


Militus dengan Ulkus Diabetikum
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai tiga kegiatan pokok yaitu ; pengumpulan
data, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium.
Menurut Wijaya dan Putri (2013 , h.218) kegiatan pokok dari
pengkajian yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan. Pengumpulan dta pada pasien
kerusakan integritas kulit dengan ulkus diabetikum meliputi :
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang berbau, kemerahan pada daerah
sekitar luka, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka,
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin, misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
21

5) Riwayat kesehatan keluarga


Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya difisiensi insulin, misalnya
hipertensi , jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tingi badan,
dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang berdenging. Adakah gangguan pendengaran,
apakah lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
apakah penglihatan kabur.
3) Sistem integumen
Pengkajian terhadap sistem integumen meliputi :
a) Keadaan kulit
Keadaan turgor kulit menurun, gatal pada kulit yang di
sebabkan oleh glukosa darah tinggi, kulit menjadi kering
akibat neurpati diabetik yang mempengaruhi saraf dan
menyebabkan tidak adanya keringat sehingga kulit menjadi
kering.
b) Luka pada kulit
Terdapat luka atau bekas luka berwarna kehitaman yang sulit
sembuh akibat hiperglikemia dan neuropati diabetik, luka
berbau serta adanya pus pada daeah sekitar luka.
22

c) Suhu
Penderita diabetes lebih sensitif terhadap tempat yang
bersuhu panas, karena ketika suhu lingkungan menurun atau
meningkat maka gula darah dalam tubuh ikut berubah,
akibatnya insulin tidak bisa mengontrol gula darah. Sehingga
berpengaruh terhadap kondisi kulit penderita.
d) Prutitus
Merupakan suatu kondisi dimana kulit menjadi hitam
mengkilap dan kering. Sensasi tersebut disebabkan oleh
hiperglikemi, tetapi juga iritabilitas ujung-ujung saraf dan
kelainan metabolik kulit.
e) Eritema
Kemerahan pada kulit di daerah sekitar luka yang tidak
sembuh-sembuh akibat dari hiperglikemi.
f) Lesi pada kulit
Lesi atau luka dapat terjadi pada bagian tubuh penderita,
biasanya pada tungkai. Kelainannya dimulai dengan papul-
papul kecil dan plak kecil berwarna merah memudar.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun,nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
23

8) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan,cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya ganggren ekstrimitas
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensori, parasthesia, anasthesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
> 120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl
2) Urine
Pemeriksaa didapatkan adanya glukosa dalam urine.pemeriksaan
dilakukan secara benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++),
dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual/potensial) dari individu (Walid dan Rohmah, 2008).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien diabetes militus dengan ulkus diabetikum
adalah sebagai berikut :
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus
diabetikum
b. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kadar gula
darah yang tinggi
c. Kurang pengetahuan merawat luka berhubungan dengan keterbatasan
kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya
24

keinginan mencari informasi , tidak mengetahui sumber-sumber


informasi.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah di
identifikasi dalam diagnosis keperawatan (Walid dan Rohmah, 2008).
Dalam membuat perencanaan keperawatan ada tujuan dan kriteria
hasil. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) rencana asuhan keperawatan
pada pasien diabetes militus dengan ulkus diabetikum adalah sebagai
berikut :
a. Diagnosa 1 : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya
ulkus dibetikum.
Tujuan yang harus dicapai adalah integritas kulit dan jaringn
membaik.
Kriteria hasil yang harus dicapai, yaitu :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Berkurangnya edema sekitar luka
- Pus dari jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi
- Bau busuk luka berkurang
Rencana tindakan untuk mengatasi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya ulkus diabetikum, yaitu :
1) Rawat luka aseptik
Rasional : merawat luka secara aseptik dapat menjaga kontaminasi
luka. Sisa jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
gula darah, pemberian antibiotik
Rasional : insulin akan dapat menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kultus pus untuk mengetahui jenis kuman dan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
25

3) Monitor kadar gula darah


Pemeriksaan kadar gula adalah untuk mengetahui perkembangan
penyakit, serta mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia.
4) Pertahankan lingkungan yang nyaman
Rasional : meningkatkan rasa aman dan nyaman pasien
5) Anjurkan untuk tidak menyentuh luka atau balutan
Rasional : umtuk mencegah kemungkinan memperparah infeksi
6) Monitor status nutrisi pasien
Rasional : untuk mengontrol kadar gula darah.
b. Diagnosa 2 : Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
kadar gula darah yang tinggi.
Tujuan yang harus dicapai adalah tidak terjadi penyebaran infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Keadaan luka membaik
- Kadar gula darah dalam batas normal
- Tanda-tanda vital normal
Rencana tindakan untuk mengatasi resiko tinggi penyebaran infeksi
berhubungan dengan kadar gula darah yang tinggi, yaitu :
1) Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi
Rasional : untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan
selanjutnya
2) Pertahankan teknik aseptik
Rasional : meniminalkan tumbuh kembang bakteri
3) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan
Rasional : mencegah infeksi kuman
4) Inspeksi pada bagian luka dan perhatikan karakteristik luka
Rasional : mencegah komplikasi serius jika ditemukan adanya
tanda-tanda infeksi
5) Kolaborasi pemberian insulin
Rasional : menurunkan kadar gula darah
26

6) Observasi hasil GDS


Rasional : mencegah peningkatan resiko infeksi terhadap kadar
gula darah yang tinggi
c. Kurang pengetahuan merawat luka berhubungan dengan keterbatasan
kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya
keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
Tujuan yang harus dicapai adalah dapat melaksanakan perawatan
luka secara mandiri.
Kriteria hasil yang harus dicapai, yaitu :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang perawatan
luka dan dapat melakukan perawatan luka secara mendiri
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan.
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lain
Rencana tindakan untuk mengatasi kurang pengetahuan merawat luka
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, keinginan mencari
informasi , tidak mengetahui sumber-sumber informasi, yaitu :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Rasional : untuk mengkaji pemahaman pasien terhadap masalah
dalam perawatan luka
2) Berikan pendidikan kesehatan tetang perawatan luka secara
aseptik
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga
dalam perawatan luka
3) Ajarkan pasien untuk melakukan perawatan luka secara mandiri
Rasional : meingkatkan pemahaman pasien dalam melakukan
perawatan luka secara mandiri
4) Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk melakukan
perawatan luka secara langsung dengan dibantu perawat
27

Rasional : untuk meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga


dalam menangani masalah luka yang di derita pasien dilakukan
dengan bantuan perawat.
5) Menanyakan pemahaman pasien dan keluarga dalam merawat luka
Rasional : melakukan evaluasi secara keseluruhan tentang
perawatan luka yang sudah diajarkan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah bentuk realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang di tetapkan (Walid dan Rohmah,
2008). Implementasi menurut Nurarif dan Kusuma (2015) yaitu dengan
merawat luka secara aseptik , kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
insulin, pemeriksaan kultur pus, pemeriksaan gula darah, pemberian
antibiotik, monitor kadar gula darah, pertahankan lingkungan yang
nyaman, menganjurkan pasien agar tidak menyentuh luka atau balutan,
dan menganturkan untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dapat di bedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Evaluasi proses (formatif)
Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada
etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurn, berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan
keberhasilan tindakan dan ketidakberhasilan tindakan, rekapitulasi
dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan. (Walid dan Rohmah, 2008 h. 96)

Anda mungkin juga menyukai