Anda di halaman 1dari 8

1.

Bidang Keilmuan
Keperawatan Gerontik
2. Kasus : Kemandirian lansia dengan disabilitas
3. Masalah
a. Penggalian Masalah
1) Feesible
a) Subject : Lansia
b) Dana :-
c) Waktu :-
d) Alat : Kuesioner
2) Interesting
Mengembangkan hubungan yang efektif dengan health
professional. Perawatan berpusat keluarga menekankan
pentingnya keterlibatan dan pemberdayaan keluarga
memberikan perawatan lansia. Penelitian menunjukkan bahwa
perawatan yang berpusat keluarga dalam praktiknya
memperlakukan keluarga dengan penuh perhatian,
menyampaikan informasi kepada keluarga agar mereka
memahami kondisi, melibatkan partisipasi keluarga dalam
pengambilan keputusan dan perawatan keluarga, serta kerja
sama antara keluarga dan perawat.
3) Novelty
Dari berbagai literatur yang menyebutkan bahwa lansia
memiliki kasus dengan pemberdayaan keluarga terhadap
kemandirian lansia dengan disabilitas masih sering dijumpai.
Keluarga dalam berpartisipasi untuk perawatan anak
membutuhkan kemampuan dalam mengenal penyakit, aspek-
aspek yang penting dalam perawatan. Keterlibatan dan
kerjasama tim yang solid yang terdiri dari dokter, perawat,
tenaga kesehatan lainnya, keluarga dan penderita sendiri.
Keluarga dapat belajar mengidentifikasi dan merespon sakit
yang dialami lansia.
4) Ethic
Tidak bertentangan dengan etik
5) Relevance
Relevan dengan keilmuan kita khususnya dibidang Keperawatan
Gerontik
b. Spider web

Acceptence
Resiko jatuh

Ketidakmampuan
ketergantungan
Depresi
Ans osteoartritis
ieta
s
A Hipertensi
D
L
Tak
PSIKOLOGIS De
ut
men
LANSIA tia
DISABILITAS
S

SOSIA
L

Konfli
k antar
lansia

Isolasi sosial
orientasi

Gangguan
registrasi interaksi
sosial
c. Keaslian Penelitian

No Judul Karya Ilmiah Variabel Jenis Hasil


Penelitian
1. Hubungan dukungan Dukungan Kuantitatif Antara dukungan
keluarga dengan keluarga, keluarga pada
kemandirian lansia dalam kemandirian lansia dengan
pemenuhan Activity lansia dalam tingkat
Daily Living di dusun pemenuhan kemandirian
Sembayat Timur, ADL lansia di Dusun
Kecamatan Manyar, Sembayat Timur
Kabupaten Gresik Manyar Gresik
mempunyai
hubungan yang
signifikan
(bermakna)
2. Hubungan dukungan Dukungan Kuantitatif Ada hubungan
keluarga dengan keluarga, dukungan
kemandirian lansia dalam kemandirian keluarga dengan
pemenuhan aktivitas lansia dalam kemandirian
sehari-hari di Desa Batu pemenuhan lansia dalam
Likupang Selatan aktivitas pemenuhan
Kabupaten Minahasa sehari-hari aktivitas sehari-
Utara hari di Desa
Batu Kecamatan
Likupang
Selatan
Kabupaten
Minahasa Utara.
3. Hubungan antara Dukungan Kuantitatif Tidak terdapat
dukungan keluarga keluarga, hubungan antara
dengan kemandirian kemandirian umur, jenis
Activity of Daily Living ADL kelamin dan
Pascastroke Pascastroke pekerjaan
dengan
kemandirian
dalam
melakukan ADL,
namun terdapat
hubungan antara
dukungan
keluarga dengan
kemandirian
ADL
pascastroke.
4. Tinjauan Pustaka
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Efendi, 2009).
Saat memasuki usia tua, para lansia memiliki perubahan struktur
otak yang menyebabkan kemunduran kualitas hidup yang berimplikasi pada
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho, 2008).
Keluarga dapat belajar mengidentifikasi dan merespon sakit yang
dialami lansia(Badriah & Sahar, 2018).

5. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap kemandirian

lansia dengan disabilitas.

b. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi kemandirian lansia dengan disabilitas sebelum diberikan

intervensi.

2) Mengidentifikasi kemandirian lansia dengan disabilitas sesudah diberikan

intervensi.

3) Mengidentifikasi pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap kemandirian

lansia dengan disabilitas sebelum dan sesudah intervensi.

6. Pendahuluan

Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga

dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. Pertumbuhan penduduk lansia di seluruh dunia

berjalan sangat cepat dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pertumbuhan


tersebut akan sangat mengejutkan, yang disebut sebagai “Era Lansia” (Bappenas,

BPS, UNFPA, 2005). Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia

60 tahun ke atas (Depsos, 2006).Proses penuaan penduduk tentunya berdampak

pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama

kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan

semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.

Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah

peningkatan dalam Ratio Ketergantungan Lansia (Old Age Ratio

Dependency)(Moral-fernández, Frías-osuna, Moreno-cámara, Palomino-moral, &

Del-pino-casado, 2018).

Prevalensi disabilitas ADL dan IADL pada lansia usia 60 tahun ke

atas di dunia menurut WHO sebesar 22,8%. Prediksi World Health

Organization (WHO), lebih dari duapertiga kematian di negara sedang

berkembang disebabkan oleh proses penuaan yang dihubungkan dengan

penyakit tidak menular. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit

kronis, yang membutuhkan biaya sangat besar, tak tersembuhkan dan

seringkali menimbulkan disabilitassehingga para lansia tidak dapat melakukan

aktivitas sehari-hari atau Activities of Daily Living (ADLs), seperti aktivitas

makan, mandi, ke WC, membersihkan kamar dan Instrumental Activities of

Daily Living (IADLs) seperti pergi berbelanja dan menyiapkan

makanan.Prevalensi disabilitas meningkat sesuai dengan meningkatnya umur

dan wanita mengalami disabilitas 2 kali lebih besardibandingkan dengan laki-


laki (Siop, 2018). Sekitar 20% dari penduduk dunia usia 70 tahun, dan 50% dari

penduduk usia 85 tahun lebih dilaporkan mengalami kesulitan dalam aktifitas

sehari-hari (ADL) seperti mandi, berpakaian, ke kamar kecil, kontinen (buang air

besar/buang air kecil), makan dan perpindahan tempat(Boltz et al., 2018).

Sebanyak 12,8% penduduk usia 65 tahun ke atas di negara Nepal mengalami

disabilitas aktifitas sehari-hari(ADL) dan yang paling umum dialami penduduk

usia 65 tahun ke atas adalah mandi. Hasil survei Badan Pusat Statistik

(BPS) jumlah lansia di Indonesia sebanyak 17.717.800 jiwa atau 7,90%

(BPS-Susenas 2015), dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia

bertambah menjadi 9,77% atau sebanyak 23.992.552 jiwa dan pada tahun 2030

diperkirakan bertambah menjadi 28.822.879 jiwa atau 11,34%. Jumlah lanjut usia

yang bertambah membuat Indonesia merupakan negara yang berpenduduk

struktur tua karena jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia sudah

di atas 7% dan dalam kurun waktu 1990–2010(Ministry, 2018).

Penyakit kronis yang merupakan faktor risiko disabilitas adalah penyakit

jantung, hipertensi, diabetes, chronic obstructive pulmonary disease (COPD),

osteoarthritis, fraktur tulang panggul, cognitive impairmen, demensia,

depresi, kanker dan visual impairmen (Chaves, Amaral, Nelas, Carvalho, &

Dionisio, 2012). Penyakit arthritis merupakan penyakit kronis yang paling

sering dan paling banyak menyebabkan disabilitas pada lansia. Sekitar 40%

dari penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita

osteoarthritis lutut dan 80% dari penderita osteoarthritis lutut akan


mengalami keterbatasan gerak, 25% diantaranya tidak dapat melakukan

aktivitas harian utama(Aguiar & Macário, 2017).

Upaya merawat lansia dibutuhkan peran penting keluarga.Keluarga

memiliki 5 fungsi dasar yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi

reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan atau pemeliharaan

kesehatan (Friedman & Marilyn, 1998). Berkaitan dengan fungsi yang terakhir,

keluarga memiliki kewajiban melaksanakan praktik asuhan kesehatan yaitu

mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga

yang sakit.Keluarga dalam berpartisipasi untuk perawatan anak membutuhkan

kemampuan dalam mengenal penyakit, aspek-aspek yang penting dalam

perawatan (Or & Penneau, 2018). Keterlibatan dan kerjasama tim yang solid

yang terdiri dari dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya, keluarga dan penderita

sendiri. Keluarga dapat belajar mengidentifikasi dan merespon sakit yang

dialami lansia(Badriah & Sahar, 2018). Mengembangkan hubungan yang

efektif dengan health professional. Perawatan berpusat keluarga menekankan

pentingnya keterlibatan dan pemberdayaan keluarga memberikan perawatan

lansia. Penelitian menunjukkan bahwa perawatan yang berpusat keluarga dalam

praktiknya memperlakukan keluarga dengan penuh perhatian, menyampaikan

informasi kepada keluarga agar mereka memahami kondisi, melibatkan

partisipasi keluarga dalam pengambilan keputusan dan perawatan keluarga,

serta kerja sama antara keluarga dan perawat(Taylor & Hoenig, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud melakukan

penelitian pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap kemandirian lansia dengan

disabilitas.

7. Judul

Pengaruh Pemberdayaan Keluarga Terhadap Kemandirian Lansia Dengan

Disabilitas

Anda mungkin juga menyukai