Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIK LAPANGAN PSIKOLOGI

KOMUNITAS
Pembimbing: Dra. Yayah Khisbiyah, MA

Anggota Kelompok

Zulkarnaen Primastito F100110134 / A


Viska Erma Mustika F100140005 / A
Dhea Saraswati F100140106 / A
Prawesti Ranti F100140244 / A
Ozie Kuswara F100140252 / A
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAN PENINGKATAN KUALITAS
HIDUP KOMUNITAS
UPT Panti Wredha Dharma,
Menuju Kebahagiaan dan
Kualitas Hidup Lansia
PENDAHULUAN
Populasi usia 60 tahun ke atas, 2000-2050 (Proyeksi)
1800
1600
1400
1200
1000
Negara maju
800 Negara Berkembang
600
400
200
0
2000 2010 2020 2030 2040 2050

Pertumbuhan populasi lansia akan melambat setelah 2030 di negara maju, tapi akan tetap
tinggi di negara yang masih berkembang. (Sumber Administration on Aging, 2003; data dari
biro sensus AS, International Data Base)
Peran & Menempatkan
Globalisasi Struktur lansia di Panti
Keluarga Jompo
Dampak saat lansia terpisah dengan Dampak kebahagiaan pada individu
keluarga (Zulfiana,2014) (Ariani dalam Zulfiana, 2014)

• Perasaan kesepian • Individu menjadi lebih enerjik


• Merasa ditelantarkan bahkan depresi • Menumbuhkan sikap optimis
• Menurunnya kepuasan hidup dan • Percaya diri
kebahagiaan • Lebih bahagia
• Individu yang memiliki kebahagiaan
lebih memiliki ketahanan tubuh
terhadap penyakit
• Mengurangi resiko stress
SDGs

Health and
Mental-
Sustainable
Development Health
Goals
GAMBARAN UMUM
UPT Panti Wredha Dharma
Panti Wredha Dharma
Bakti Surakarta merupakan
badan milik pemerintah dalam
bidang sosial yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial
bagi para lanjut usia atau lansia
yang terlantar.
Upaya peningkatan
kesejahteraan tersebut berupa
penyediaan fasilitas hunian
yang layak serta terpenuhinya
kebutuhan hidup untuk lansia
seperti makan, minum dan lain
sebagainya.
Jl. Dr. Rajiman No. 620 Pajang Surakarta
Sejarah
Awal mulanya, panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang berlokasi di Pajang,
tepatnya disebelah barat Pompa Bensin Jongke ini pada tahun 1921 bernama “Wangkung”. Tempat
ini dipergunakan untuk menampung orang-orang Keraton Surakarta yang tidak
mampu. Kemudian pada tahun 1942 kewenangan keraton dialihkan ke Pemerintah Kota
Surakarta, dalam hal ini Dinas Sosial, dan bergantilah namanya menjadi “Panti Karya
Pamardi Karya” yang mempunyai fungsi menjadi tempat menampung orang-orang
gelandangan. Selanjutnya dengan dasar Surat Perintah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
tertanggal 3 September 1977, dilakukan perubahan kembali baik nama maupun fungsinya. Panti ini
dikhususkan untuk menampung orang-orang lanjut usia atau jompo yang terlantar.
Dengan begitu namanya pun berubah menjadi “Panti Wredha Dharma Bhakti”.
1. Jumlah populasi : 84 orang (49 laki-laki, 35 perempuan)
Usia rata-rata  ± 70 th
Paling tua  ± 97 th (selama ± 37 th di panti)
2. Kapasitas : 100 orang dengan 32 kamar
3. Tingkat status sosial : Kategori : rendah
ekonomi Penghasilan rata-rata : Rp 20.000 per bulan.
Sumber : Panti / Pemerintah
Penghasilan tambahan : tidak ada

4. Pekerjaan pokok warga : Tidak bekerja


komunitas
5. Aktivitas sehari-hari :  Olahraga (1x seminggu)

 Pengajian/kebaktian (1x seminggu)

 Pemeriksaan kesehatan (1x seminggu)

 Melakukan kegiatan keseharian seperti bersih bersih


kamar, nyapu halaman

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, tidak ada aktivitas


lain yang dilakukan selain hanya duduk-duduk dan
bercengkerama.  Tidak produktif
Rancangan Prevensi
Force Field Analysis
Langkah 1: Mengidentifikasi Masalah

• Masalah :
Kesepian dan kebosanan pada lansia di UPT Panti
Wredha Dharma.
• Populasi :
Lansia yang tinggal di UPT Panti Wredha Dharma.
• Strategi pengumpulan data :
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Penyebab utama timbulnya masalah: Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut:
• Ketidakmampuan ekonomi/keuangan (kemiskinan) • Pengiriman lansia ke panti wredha
• Penelantaran keluarga • Perasaan kesepian, bosan.
• Ketiadaan sanak keluarga • Penurunan kebahagiaan dan kualitas hidup.
• Kurangnya pelatihan dan kegiatan produktif dari • Menurunnya fungsi-fungsi kesehatan lansia seperti
panti untuk lansia meningkatnya kepikunan, risiko mudah stres,
• Tidak adanya kesempatan bagi lansia utk dll.
berinteraksi dg lingkungan luar panti • Menambah jumlah tanggungan negara.
Langkah 2: Seleksi Masalah
Faktor Terpilih Alasan

• Kurangnya • Karena faktor tersebut sangat

kegiatan berdampak pada

produktif dari kebahagiaan dan kulitas

panti utk lansia. hidup lansia.

• Penelantaran
keluarga.
Langkah 3: Klarifikasi Masalah dan
Tujuan
Now Ideal
• Banyak waktu luang. • Ada kegiatan rutin untuk
lansia untuk lansia yang
• Sebagian besar warga lansia dapat mejadi wadah
jarang dijenguk oleh sanak interaksi sosial,
saudara. Bahkan ada yg tdk pembelajaran,
punya sama sekali. peningkatan kualitas diri
• Kegiatan lansia di waktu mjd lebih baik.
luang hanya duduk-duduk,
melamun, diam.
• Ketika ada acara keagamaan
(Kristen/Islam), seluruh
lansia mengikuti keduanya.
Langkah 4: Mengidentifikasi
Kekuatan-kekuatan
Kekuatan Pendorong Perbaikan Kekuatan Penghambat Perbaikan

1. Microsystem: 1. Microsystem:

a. Adanya teman sebaya lansia yang bisa menjadi a. Latar belakang lansia yang berbeda sehingga
teman berbincang, senasib, dll. Sehingga lansia menimbulkan kesalahpahaman, kurang mengerti
termotivasi untuk tinggal di panti. antar satu sama lain, dll.

b. Kepala pengurus panti menganggap lansia yg ada di b. Pengurus panti tidak tinggal di panti.
panti seperti orang tua sendiri.
c. Persepsi dan pendapat pengurus yang
c. Panti memberikan fasilitas berupa sandang, pangan, mengatakan “simbah –simbah sudah tidak
dan papan juga pengadaan pengajian/kebaktian, bisa apa-apa”
pemeriksaan kesehatan, dan olah raga.
d. Tidak ada perhatian keluarga seperti
suami/istri, anak, maupun sanak saudara yang
tinggal di panti
2. Mesosystem: 2. Mesosystem:

Pengurus panti terbuka dengan mahasiswa / instansi / Informasi dan kesadaran yang dimiliki masyarakat
masyarakat yang datang ke panti. masih minim dan belum luas.
Langkah 4: Mengidentifikasi
Kekuatan-kekuatan
Kekuatan Pendorong Perbaikan Kekuatan Penghambat Perbaikan
3. Exosystem: 3. Exosystem:

Adanya peraturan pemerintah terkait kesejahteraan a. Kurangnya adanya layanan yang memberikan
lansia. informasi kepada masyarakat berupa
pengetahuan tentang lansia.

b. Banyak panti jompo lain yang kurang


memperhatikan faktor2 psikologis lansia.
4. Macrosystem: 4. Macrosystem:

Masyarakat setempat adalah masyarakat Jawa yang a. Rendahnya kesadaran dan perhatian masyarakat
menganut nilai “yang lebih mudah haruslah menghormati terhadap kaum lansia.
dan menyayangi yang tua”.
b. Masyarakat seringkali menganggap bahwa lansia
merupakan kaum yang “lemah” dan “tidak bisa
berbuat apapun”.
Langkah 5: Mengkaji Kekuatan-
kekuatan

1. Fasilitas sandang, pangan, 1. Usia yang sudah tidak


papan tercukupi. muda lagi.
2. Teman sebaya lansia di 2. Penurunan fungsi fisik.
panti. 3. Rendahnya partisipasi
3. Minat dan kebutuhan dan komitmen pelaksana
lansia untuk bersosialisasi program.
dan berinteraksi.
Langkah 6: Mempersiapkan Aksi/Program
Preventif atau Interventif
Program layanan penitipan anak oleh lansia ini
kami dasarkan pada prinsip yaitu:
(1) strategi yang tepat dapat berdampak positif
pada fungsi otak lansia,
(2) mengasuh anak-anak dapat meningkatkan
kesehatan mental pada lansia, dan
(3) kelekatan (attactment) kakek dan nenek pada
cucu memiliki dampak positif bagi keduanya.
Langkah 6: Mempersiapkan Aksi/Program
Preventif atau Interventif
Intervensi pada setiap tingkatan sistem ekologis
Kasus : kesepian dan kebosanan yang dialami lansia di panti wredha
Microsystem Memberikan intervensi kepada lansia yang telah direncanakan secara sistematis dan dilakukan secara rutin.
a. Melakukan pelatihan tentang pola asuh yang tepat kepada lansia.
b. Melakukan pelatihan penanaman nilai-nilai moral dan spiritual kepada lansia untuk memberikan
fondasi yang kuat bagi lansia.

Mesosystem a. Membentuk tim kerja yaitu dengan mencari relawan-relawan dari kalangan mahasiswa dan anak muda
untuk menyusun, melaksanakan, dan mengelola program.
b. Menjalin komunikasi dengan badan/lembaga terkait (lembaga Panti Wredha).
c. Menjalin relasi dan sosialisasi program pada warga atau masyarakat sekitar yang memiliki anak dan
ingin menitipkan anak di tempat penitipan.
d. Membangun jaringan dengan kelompok atau komunitas lain.

Exosystem a. Pemerintah memberikan kebijakan dan keputusan secara legal terhadap program yang dijalankan.
b. Lapisan masyarakat mendukung adanya program tersebut.

Macrosystem a. Melakukan prevensi yaitu dengan mensosialisasikan program-program yang telah dibentuk melalui
media masa.
Harapan
• Warga sangat berharap dapat hidup dengan nyaman dan tentram di
usia mereka saat ini, kebahagiaan dan menghindari bosan adalah
salah satu dari harapan masa depan warga panti.
• Sehingga adanya kegiatan baru dapat meningkatkan perasaan
bahagia warga panti dan menurunkan rasa bosan yang selama ini
dirasakan oleh warga panti.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik penduduk lanjut usia. Diakses Seinfeld, S. & Sanchez-Vives, M. V. (2015). Healthy aging
25 Mei 2017, dari promotion through neuroscientific information-based
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik- strategies. International journal of environmental research
Penduduk-Lanjut-Usia-2014.pdf and public health, 12, 12158-12170
Galoya, C. N. (2013). Kelekatan (attachment) kakek dan nenek Tsai, F. J., Motamed, S., & Rougement, A. (2013). The protective
kepada cucu. Skripsi effect of taking care of grandchildren on elder’s mental
Kadar, K. S., Francis, K., & Sellick, K. (2013). Ageing in Indonesia – health? Assocations between chaning patterns of
Health Status and Challenges for the Future. Ageing intergenerational ecxhanges and the reduction of elders’
International, 38(4), 261-270. doi:10.1007/s12126-012- lonliness and depression between 1993 and 2007 in
9159-y Taiwan. BMC Public Mental Health, 2-9
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Infodatin : Pusat data dan United Nations. (2013). World population ageing 2013. Diakses 25
informasi kementrian kesehatan RI, situasi dan analisis Mei 2017 dari
lanjut usia. Diakses 25 Mei 2017, dari http://www.un.org/en/development/desa/population/public
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/info ations/pdf/ageing/WorldPopulationAgeing2013.pdf
datin/infodatin-lansia.pdf United Nations. (2015). World population ageing 2015. Diakses 25
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil kesehatan Indonesia tahun Mei 2017 dari
2013. Diakses, 25 Mei 2017 dari http://www.un.org/en/development/desa/population/public
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/pro ations/pdf/ageing/WPA2015_Highlights.pdf
fil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia- United Nations. (2015). World population prospect : The 2015
2014.pdf revision. Diakses 25 Mei 2017 dari
Presiden RI. (2004). Peraturan pemerintah RI nomor 43 tahun 2014 http://esa.un.org/unpd/wpp/publications/files/key_findings
tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan _wpp_2015.pdf
sosial lanjut usia. Diakses 25 Mei 2017 dari Zulfiana, U. (2014). Meningkatkan kebahagiaan lansia di panti
http://www.bkkbn.go.id/jdih/Peraturan%20PerundangUnd wredha melalui psikoterapi positif dalam kelompok. Jurnal
angan%20Pusat/PP%20NOMOR%2043%20TAHUN%20 sains dan praktik psikologi, 2 (3), 256-267
2004.pdf

Anda mungkin juga menyukai