Anda di halaman 1dari 42

Populasi Risiko Tinggi:

Pengabaian dan Malnutrisi

Kuliah Keperawatan Komunitas


PRODI S1 KEPERAWATAN
FIK UNISSULA
Pengabaian
• Penolakan atau kegagalan untuk memberikan perawatan dan perlindungan,
mengacuhkan, kurang empati, dan melalaikan pengasuhan kepada lansia
baik dalam pemenuhan kebutuhan fisik, emosional, dan ekonomi, sosial.
• Jika perlakuan pemenuhan kebutuhan lansia dilakukan sekali-sekali maka orang tidak
akan menganggap anggota keluarganya mengabaikan orang tua, karena dipandang
sebagai hal yang tidak sengaja.
• Penurunan kualitas pengasuhan atau kelalaian
pengasuhan yang diberikan oleh pelaku rawat kepada
lansia dalam pemenuhan kebutuhan makan, pakaian,
pengobatan, tempat tinggal yang tidak layak,
keuangan dan tranportasi sehingga mengancam
kesehatan dan kesejahteraan lansia
Fakta tentang Pengabaian
Beberapa data temuan terkait Bntuk Pengabaian.
Friedman, Boden, & Jones, (2010).
• 30% anak bicara kasar,
• 8,5% mengancam untuk mengirim ke panti;
• 17% tidak memberikan makan dan pengobatan kepada lansia

Sijuwade, (2008)
• 48% keluarga tidak membawa lansia ke pelayanan kesehatan,
• 24% keluarga tidak menolong lansia ketika mengeluhkan rasa letih, dan
• 20% keluarga tidak pernah menganggap serius soal keuangan yang dikeluhkan lansia.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2915) didapatkan lansia terlantar pada tahun 2012 yaitu
sebesar 13,7% dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 15% (BPS, 2015).
Fakta tentang Pengabaian
Ezalina, (2019)
• 30% anak bicara kasar,
• 8,5% mengancam untuk mengirim lansia ke panti jompo, dan
• 17% tidak memberikan makan dan pengobatan kepada lansia,
• 24% keluarga tidak menolong lansia saat mengeluhkan rasa letih
yang dialami,
• 20% keluarga tidak pernah menganggap serius soal keuangan
yang dikeluhkan lansia.
Fakta tentang Pengabaian di Panti
Rahayu, Daulima, Putri (2018)
• Tidak dipenuhinya kebutuhan oleh pengelola
panti
• Penurunan kemndirian lansia menjadi salah
satu factor risiko pengabaian
• Respon lansia Represi dan Supresi
Ezalina Machmud, Effendi, Maputra (2020)
• Pengabaian fisik
• Kebutuhan makan
• Tempat tinggal
• Transportasi
• Pengabaian Psikologis
• Ingin didengarkan nasehatnya
• Ingin diperhatikan
• Ingin didengarkan keluhannya
• Pengabaian Finansial
• Menerima berapa pun yang diberikan anak
• Lansia cenderung lebih senang diberikan uang oleh anak sebagai
pegangan
Faktor Pengaruh
• Baru 3 lansia dari lansia yang telah memiliki jaminan kesehatan
dan hanya 12% yang memiliki jaminan sosial ketenagakerjaan
(jamminan pensiun) (Badan Pusat Statistik, 2019).
• Penurunan kemandirian lansia
• Faktor Sosial
• Masalah keuangan
• Pekerjaan
• Pensiun
• Perumahan
• Masalah transisi
• Kehilangan peranan
• Isolasi
• Kematian pasangan hidup
Program Pelayanan Lansia
1. ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) dan SERASI (Sentral
Layanan Sosial)
• Bukan panti tetapi tempat rehabilitasi
• Selain lansia, juga bisa dimanfaatkan oleh kelompok risiko tinggi lain: Ibu
hamil/bayi.
• Lansia menjalani terapi agar lebih berdaya: terapi keterampilan.
• Akan dikembalikan lagi ke keluarga.
Program Pelayanan Lansia
2. Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
• ASLUT
• Rehabilitasi khusus lansia terlantar / non potensial
• Pemenuhan kebutuhan dasar hidup
3. Home Care (Program Pendampingan lansia)
• Layanan Home Care oleh Petugas Kesehatan
• Lansia risiko tinggi
• Lansia tinggal sendirian
• Ketergantungan sedang dan berat
• Dilakukan melalui kunjungan rumah
• Bentuk layanan: Edukasi bagi lansia dan pendamping/caregiver;
• Mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga (Stanhope & Lancaster, 1996)
Program Pelayanan Lansia
• Tujuan Home Care
• Meningkatnya kemampuan lansia utk penyesuaian terhadap perubahan
(aging process), baik fisik, mental maupun social.
• Terpenuhinya kebutuhan hak lansia agar mampu berpan aktid secara
wajar.
• Meningkatnya peran keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan
perawatan lansia di rumah
• Terciptanya rasa aman, nyaman, tenteram bagi lansia di rumah dan
lingkungan sekitarnya.
Program Pelayanan Lansia
4. Family Support
• Upaya yg ditujukan pd lansia potensial guna memperkuat
keberfungsian fisik, psikologis, social, spiritual, ekonomi
dengan dukungan dan penyertaan keluarga lansia.
• Bertujuan memberikan bantuan dan dukungan lansia
agar terlindungi dari risiko social, shg kesejahteraan
meningkat.
Program Pelayanan Lansia
5. AsistensiSosial melalui Lembaga Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia (LKS-LU)
6. Lansia yang memperoleh layanan sosial selalui
Respon Kasus
7. Progres LU (Program Rehabilitasi Sosial Lanjut
Usia)
• Bantu LU (bantuan Bertujuan Lanjut Usia) bantuan non tunai (200
rb/bulan)
• Perawatan sosial dalma keluarga/balai. (1,2/ thn)
• Dukungan Keluarga yang mengurusi lansia (3 jt/thn)
• Terapi, bantuan sosial (1,35 jt/thn mll LKS LU).
Program Pelayanan Lansia
8. Pendampingan Sosial Profesional Lanjut Usia.
• Respon kasus: Penjangkauan kasus dalam assessment dan intervensi
kedaruratan lansia
• Manajemen kasus
• Honorarium kepada Pendamping lansia (2,5 jt/blan)
• Tali Asih, pembayaran imbalan kpd pendamping lansia yang bersifat tidak
mengikat.
9. Dukungan Teknis Lanjut Usia
10. Dukungan Aksesibilitas Lanjut Usia
- Pemenuhan Hak Hidup Layak
- Bantuan Sosial
Program Layanan Lansia: Kesehatan
1. Pengembangan dan Penguatan Pelayanan Dasar: Santun Lansia
(komprehensif: promotive, preventif, kuratif rahabilitatif, rujukan)
2. Pengembangan Pelayanan Rujukan: Layanan RS Geriatri Terpadu.
3. Pemberdayaan Masyarakat : Posyandu Lansia
• Dilakukan oleh kader Kesehatan
• Pendampingan dari tenaga Kesehatan/ puskesmas
• Upaya: Promotif dan preventif, deteksi dini.
4. Peningkatan Pemberdayaan lansia dalam keluarga/masyarakat, Pemberian
informasi, kemampuan, motivasi bagi lansia perilaku sehat.
Program Layanan Lansia: Kesehatan
5. Peningkatan Pelayanan Home Care terintegrasi dalam perawatan
Kesehatan masyarakat (Perkesmas).
6. Pengembangan Layanan Long Term Care.
7. Peningkatan layanan integrasi lintas program melalui pendekatan
siklus hidup. Lansia sehat, aktif mandiri.
8. Peningkatan Kemitraan LS, Toma, Toga, LSM, Ormas, Swasta.
a. Koordinasi pembinaan lansia
b. Dukungan terbentuknya kelompok/ posyandu lansia di
masyarakat.
c. Memantau permasalahan lanjut usia.
Program Layanan Lansia: Kesehatan
9. Bina Keluarga Lansia (BKL)
a. Bertujuan meningkatkan kualitas hidup lansia.
b. Bentuk kegiatan: Penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan,
pencatataan, pelaporan.
10. Pos Layanan terpadu Lansia
a. Wadah layanan Kesehatan berbasis UKBM.
b. Dibentuk oleh masyarakat Bersama dg LSM/Lintas sector
pemerintah/non pemerintah.
c. Upaya promotive dan preventif.
d. Layanan sosial, agama, Pendidikan, keterampilan, olahraga, seni
budaya dan lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Program Layanan Lansia: Kesehatan
11. Puskesmas Santun Lansia
a. Menyediakan ruangan khsusus
b. Layanan: promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative
c. Pro aktif, baik, berkualitas, sopan, kemudahan layanan.
d. Penghapusan biaya layanan bagi lansia yang tdk mampu.
e. Dukungan dan bimbingan melalui Kerjasama lintas program dan
sector.
Program Layanan Lansia: Kesehatan
• Program Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia pada Era Pandemi
COVID-19.
• Sasaran: lansia, pengelola.
• Upaya pencegahan penularan: di panti
TOPIK 2.
POPULASI RESIKO TINGGI: MASALAH NUTRISI
Masalah ganda: Gizi Kurang, Gizi Lebih.
Gizi Kurang: Marasmus, Kwashiorkor
Gizi Lebih: Obesitas memicu penyakit degenerative (
• Jantung coroner,
• Diabetes mellitus
• Hipertensi
• Penyakit hepar
Fakta Tentang Gizi Buruk
https://www.bps.go.id/indicator/30/1777/1/prevalensi-balita-
kekurangan-gizi-menurut-provinsi-di-indonesia-psg-.html

https://www.merdeka.com/sehat/unicef-ungkap-40-persen-anak-di-
3-negara-asia-tenggara-kurang-gizi-karena-mi-instan.html

Berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI)


tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada
angka 27,7%. Data World Bank tahun 2020 menunjukkan,
prevalensi stunting Indonesia berada pada urutan ke 115 dari
151 negara di dunia. (https://www.kemenkopmk.go.id/menko-
pmk-beberkan-kunci-atasi-gizi-buruk-dan-stunting)
GIZI
Proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
FAKTA
• TAK SATU PUN JENIS MAKANAN YANG MENGSNDUNG SEMUA
UNSUR GIZI
• GIZI DIPERLUKAN UNTUK HIDUP SEHAT, TUMBUH KEMBANG DAN
PRODUKTIF.
• PERLU ANEKA RAGAM MAKANAN, Kecuali Bayi: 0-6 Bulan.
STATUS GIZI
• Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa
status gizi merupakan indikator baik-buruknya
penyediaan makanan sehari-hari.
• Menjadi salah satu factor risiko morbiditas dan
mortalitas.
• Berkontribusi terhadap Kesehatan dan pemulihan
Kesehatan.
MASALAH GIZI
1. GIZI BURUK
A. KEP (KEKURANGAN
ENERGI DAN PROTEIN)
BERAT AKIBAT KURANG
KONSUMSI MAKANAN
YANG BERGIZI ATAU
MENDERITA SAKIT
DALMA WAKTU LAMA.
B. DITANDAI DENGAN
STATUS GIZI SANGAT
KURUS (BB TERHADAP
TB)
C. GEJALA MARASMUS,
KWASHIORKOR/MARAS
MIK KWASHIORKOR.
Faktor Pengaruh
1. Faktor Lingkungan
• Air minum tidak layak
• Tidak ada saluran penampungan air limbah
• Tidak menggunakan kloset yang baik
• Kepadatan penduduk tinggi
• Iklim tertentu terkait produksi pangan
2. Faktor Ekonomi
• Penghasilan rendah
• Ketersediaan bahan pangan berkualitas dan kuantitas
• Pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya
Faktor Pengaruh
3. Faktor Sosial Budaya
•Stabilitas keluarga
•Ukuran frekuensi –Nikah-Cerai_Rujuk.
•Indikatore demografi: peningkatan jumlah
penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah
anggota keluarga, jarak kelahiran.
•Tingkat Pendidikan_Pendapatan_daya beli.
Faktor Pengaruh
4. Faktor biologis
• Sifat yang diwariskan
5. Faktor Religi
• Kepercayaan local masyarakat
• Ibu hamil tabu mengkonsumsi ikan.
Akibat Malnutrisi Pada Anak
• Perkembangan Mental
• Ukuran otak yang menurun 15-20% dr normal.
• Kelelahan Mental dan fisik, kesulitas berkonsentrasi
• Tersisihkan dari kehidupan sekitar.
• Perkembangan fisik
• Produktivitas
• Kesanggupa kerja manusia
• Gizi salah menjadi penyebab tingginya angka kematian pada usia
dewasa.
• Daya tahan tubuh lemah terhadap penyakit.
• Dalam Pasal 141 – Pasal 143 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (“UU 36/2009”), juga telah
diatur mengenai upaya pemerintah dalam menanggulangi
kekurangan gizi, salah satunya, yaitu dengan upaya
perbaikan gizi untuk peningkatan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat melalui:[1]
1. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan
gizi seimbang;
2. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
3. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan
4. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
BAPPENAS, 2019
Upaya Pengaturan makanan untuk
meningkatkan Status Gizi
• Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut
umur, berat badan, jenis kelamin dan aktivitas
• Susunan menu seimbang
• Menu disesuaikan dengan pola makan
• Peningkatan kadar Hb dipenuhi melalui bahan
makan hewani
• Penambahan bahan makanan mengandung Vit.C.
Penanggulangan Gizi Kurang
• Ketersediaan pangan nasional
• UPGK (usaha perbaikan gizi keluarga)
• Peningkatan pelayanan gizi dan rujukan mulai dari tingkat Posyandu.
• Peningkatan Keamanan Pangan melalui SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi
• Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
• Peningkatan teknologi pangan yang bermutu dan terjangkau
• PMT
• Kesehatan Lingkungan
• Fortifikasi bahan pangan (Vit.A, Iodium, Zat Besi)
• Pengawasan makanan dan minuman
• Penelitian dan pengembangan pangan dan gizi
Penanggulangan Gizi Lebih
• Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi
• Pengurangan makanan dan penambahan Latihan fisik
• Menghindari tekanan hidup/stress/ (manajemen
stress)
• Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak
• Menghindari konsumsi alkohol
Upaya Depkes
• Meningkatkan Cakupan deteksi dini gizi buruk
mellaui penimbangan bulanan di posyandu
• Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana
gizi buruk
• PMT pada balita kurang gizi dari keluarga miskin
• Meingkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu
dalam asuhan gizi pada anak
• Suplemen gizi (Vit.A) pada semua balita
Penilaian Status Gizi
• Antropometri
• Ukuran tubuh manusia, dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi
• Untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
• Pola pertumbuhan dan proporsi jaringan tubuh : lemak, otot, jumlah air
dlm tubuh.
• Klinis
• Berdasarkan perubahan yang terjadi berkaitan dg ketidakcukupan zat gizi.
• Tampak pada jaringan epitel ( supervisial epithelial tissues)_ mata, kulit,
rambut, mukosa oral.
• Untuk klinis rapid clinical surveys
Penilaian Status Gizi
• Biokimia
• Pemeriksaan specimen diuji scr laboratoris: darah, urine, tinja, hepar, otot.

• Biofisik
• Menilai kemampuan fungsi (khsuusnya jaringan) dan melihat struktur
jaringan.
• Digunakan dlm situasi tertensu, missal: (epidemic of night blindes). Tes
adaptasi gelap.
Penilaian secara tidak langsung
1. Survey Konsumsi Makanan.
Melihat jumlah dan jenis gizi yang dikonsumsi
Dapat memberikan gambaran konsumsi berbagai zat gizi pd
masyarakat.
2. Statistik Vital
Menganalisis beberapa statistic Kesehatan: angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu.
Sebagai indikator tidak langsung pengukuran status gizi
masyarakat.
Penilaian secara tidak langsung
3. Faktor Ekoloogi
• Interaksi beberapa faktyor fisik, biologis dan lingkungan
budaya.
• Jumlah makanan bergantung pada keadaan ekologi (
iklim, tanah, irigasi, dll)
• Untuk mengetahui penyebab malnutrisi pada suatu
masyarakat utk menajdi dasar intervensi gizi.
SOLUSI
• Upaya Perbaikan gizi menjadi bagian penaggulangan
kemiskinan dan pembangunan SDM
• Diperlukan kebijakan khusus percepatan peningkatan
status gizi
• Berdasarkan kajian Best Practice. (efektif dan efisien).
• Mempertimbangkan : target spesifik: Yodium pd Wanita
hamil di daerah endemis berat.
• Pembiayaan public.
SOLUSI
• Pengambilan Keputusan denganakurat dan
evidence base.
• Capacity building. Integrasi saling sinergi
(Kesehatan, pertanian, Pendidikan)
• Peningkatan mobilisasi SDM utk pelksanaan
program, kemitraan dg swasta, LSM dan
masyarakat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai