Anda di halaman 1dari 21

ETIKA DAN TREND ISU

KEPERAWATAN GERONTIK
ANESTY LASTY RANI PENGEMBUAN
C1714201061
S1/3B
Prinsip etika pelayanan kesehatan pada
lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam
pelayanan pada penderita usia lanjut adalah :
1. Empati

Merupakan upaya pelayanan geriatri harus


memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,
tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-
protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua
petugas geriatrik harus memahamai proses fisiologis
dan patologis dari penderita lansia.
2. Otonomi
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu
mempunyai hak untuk menentukan nasipnya, dan
mengemukakan keinginannya sendiri. Jadi secara
hakiki prinsip otonomi berupaya untu melindungi
penderita yang fungsional masih kapabel
(sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih
bersifat melindungi penderita yang inkapabel).
Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang
menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu
keputusan (mis, seorang ayah membuat keputusan
bagi anaknya yang belum dewasa).
3. Keadilan
Yaitu prinsip pelayanan geriatri harus
memberikan perilaku yang sama bagi semua
penderita. Kewajiban untuk memperlakukan
seorang penderita secara wajar dan tidak
mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik
yang tidak relevan.
4. Kesungguhan hati
Yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua
janji yang diberikan pada seorang penderita
mengenai keharusan untuk berbuat baik dan
otonomi.
Trend dan isu keperawatan
A. Fenomena demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
positif terhadap kesejatraan yang terlihat dari angka harapan hidup
(AHH) yaitu :
AHH di indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih
10 juta jiwa, dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020
diperkirakan meningkat 3×, menjadi kurang lebih 29 juta jiwa dari
total populasi penduduk
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil :
1. 62,3% lansia di indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaanya
sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu
Permasalahan pada lansia
A. Permasalahan umum
1. makin besar jumlah lansia yang berada di bawah
garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga
anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4. Masih rendahnya kuantitas tenaga profesional
pelayanan usia lanjut.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejatraan lansia.
B. Permasalahan khusus
1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat
timbulnya masalah baik fisik, mental maupun
sosial.
2. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
3. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
4. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah
pada tatanan masyarakat individualistik.
5. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan
yang dapat menganggu kesehatan fisik.
Pendekatan perawatan gerontik
(lanjut usia)
1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2
bagian yaitu :
 Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain


 Klien lanjut usia yang pasif atau tifak dapat bangun yang

mengalami kelumpuhan atau sakit.


2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan yang panjang untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia,
perawat berperan sebagai supporter, interpreteren terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
3. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenagan dan
kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika
klien dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian.
Masalah kesehatan gerontik
1. Masalah kehidupan seksual
hubungan seksual pada suami istri yang sudah
menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun.
Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat
klien sakit atay mengalami ketidakmampuan
dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri
dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan
antara kedua pasangan sepenuhnya normal.
2. Perubahan perilaku
Pada lansia sering terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, sering menarik
diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasan karena dirinya sudah sudah
tidak menarik lagi.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan
mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik, sehingga timbulnya gangguan
di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehinga ketergantungan yang memerlukan
bantuan orang lain.
Peran perawat

Menurut Doheny (1982)


1. Care giver
Perawat diharapkan mampu untuk memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai dengan diangnosis
masalh yang komplek.
2. Client advocate
Perawat bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan.
3. Couselor
Konseling dapat dilakukan oleh perawat yitu
bertanggung jawab membantu mengatasi masalah
dan beradaptasi terhadap konsekuensi dan proses
diantara anggota keluarga.
4.Researcher
Perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian
yang terkait dengan asuhan keperawatan keluarga
dengan usia lanjut. Perawat merancang dan
menyelenggarakan penelitian sesuai dengan
masalah yang telah diidentifikasi. Hasil penelitian
tersebut diidediminasikan dan diapliksikan dalam
praktek keperawatan keluarga dengan usia lanjut.
PELATIHAN KELUARGA YANG
MERAWAT LANSIA
Pelatihan Keluarga Yang Merawat Lansia

kesehatan lansia menjadi penting mengingat semakin


besar populasi lansia di Indinesia, sebagai dampak dari
bertambahnya usia harapan hidup (UHH).
Tim pengabdian masyarakat fakulitas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK UI) memperkenalkan model
keperawatan Santun Lansia, sebagai upaya untuk
meningkatkan kemandirian keluarga dalam merawat
lansia.
untuk memperkenalkan model keperawatan tersebut
kepada masyarakat, tim pengmas FIK UI menggelar
pelatihan kepada 45 pelaku rawat lansia di Kelurahan
Bojong Nangka, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Model keperawatan Santun Lansia dikreasikan untuk
meningkatkan kemandirian keluarga dan kualitas hidup
lansia.
Alasan program ini dibentuk karena kondisi kesehatan lansia
menurun, seiring adanya penuaan dan timbulnya penyakit
kronik. Peran keluarga merupakan pendukung dan pelaku
rawat utama lansia dirumah.
model keperawatan santun lansia yang dilaksanakan di
desa bojong nangka ini, dimulai dengan pelatihan kepada
“Caregiver” atau pelaku rawat tentang bagaimana cara
merawat. Juga memberikan dukungan kepada lansia yang
tinggal di rumah.
“diharapkan kegiatan ini mampu meningkatkan kualitas
hidup lansia, serta memberdayakan masyarakat lewat
pasrtisipasi aktif selama pendampingan”.
Pengembangan Model Keluarga
Mandiri
Pengembangan Model Keluarga Mandiri
Keluarga mandiri dala memenuhi kebutuhan kesehatannya
dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Kemandirian
keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya yaitu :
1. Mampu mengenal masalah kesehatannya

2. Mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi


kesehatannya.
3. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota
keluarga yang memerlukan bantuan keperawatan.
4. Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang
upaya peningkatan kesehatan.
5. Mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang
ada.
Keluarga mandiri dibagi lagi dalam beberapa tingkatan,
keluarga mandiri tingkat 1 (paling rendah) sampai keluarga
mandiri tingkat IV (paling tinggi) dan setiap tingkatan memiliki
indicator berikut :
1. Keluarga mandiri tingkat pertama

- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.


- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
2. Keluarga mandiri tingkat dua
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
- tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
- melakukan perawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
3. Keluarga mandiri tingkat tiga
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
- tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan, secara benar.
- memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
- melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4. Keluarga mandiri tingkat empat
- menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
- menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
- tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
- memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
- melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
- melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
TRIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai