Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acute lympobastic leukimia adalah bentuk akut dari leukimia yang
diklasifikasikan menurut sel yang lebih banya dalam sumsum tulang yaitu
berupa lymphoblasts.
Pada keadaan leukimia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal,
ganas, disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya
berlebihan dan dapat menyebabkan leukimia, trombositopenia, dan diakhiri
dengan kematian.
Faktor penyebab ALL tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena
interaksi sejumlah faktor: neoplasia, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia,
murasi gen.
Leukimia akut cepat terjadi dan lambat penyembuhannya, dapat diakhiri
dengan kematian bila tidak segara diobati. ALL sering ditemukan pada anak-
anak (82%) daripada umur dewasa dan lebih sering ditemukan pada anak laki-
laki dari pada anak perempuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit leukimia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui askep pada pasien dengan penyakit leukimia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Leukimia adalah poliferasi patologis dari sel membuat darah merah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Sudarti,2010)
Leukimia adalah tumoe ganas sel hemopoietik susm-sum tulang, bersifat
sistemik dan cenderung mengenai darah tepi. (Nasar, 2010)
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan
yang dapat menyebabkan terjadinya anemia dan trombositipenia. (Hidayat,
2010)
Leukimia adalah sejumlah kelainan darah ganas yang menyerang sel-sel
pembentuk darah muda di sum-sum tulang. (Morrison dan Herdoffer, 2012).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa leukimia adalah tumor
ganas sel hemopoietik yang menyerang sel-sel pembentuk darah muda di
sumsum tulang akibat poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas, bersifat
sistemik dan cenderung mengenai darah tepi yang dapat menyababkan
terjadinya anemia dan trombositopenia.

2. Klasifikasi
a. Menurut Handayani dan Haribowo
1) Maturasi sel
a) Akut
b) Kronis
2) Tipe sel asal
a) Mielositik
b) Limfositik
b. Menurut FAB (French American British)
1) Acute myeliod leukimia

2
a) Leukimia mieloblastik tanpa pematangan
b) Leukimia mieloblastik dengan pematangan
c) Leukimia promieloblastik hipergranular
d) Leukimia mielo-monositik
e) Leukimia monositik
f) Eritroleukemia
2) Acute Iymphoblastic leukomia
a) Commo-ALL
b) Null-ALL
c) Thy-ALL
d) B-ALL

3. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, volume darah
secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan sedangkan
45% sisanya adalah sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai
hematokrit. Dan dalam keadaan fisiologik darah selalu berada dalam
pembuluh darah sehingga dapat menjalanlam fungsinya sebagai berikut:
1) Pembawa oksigen
2) Mekanisme pertahanan tubuh
3) Mekanisme hemostasis
b. Fisiologi
Darah terdiri atas 2 komponen utama
1) Plasma darah: bagian darah yang encer tanpa sel darah yang terdiri
atas air, elektrolit dab protein darah dan terdiri dari air 91,0%, protein
8,0% dan mineral 0,9%.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut:
a) Fibrinogen berguna dalam pembekuan darah
b) Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain)
berguna untuk metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

3
c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah juga menimbulkan tekanan osmotik
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
e) Hormon dan antibodi
2) Butir-butir darah terdiri atas; sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan butir pembekuan darah (trombosit)
a) Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diametr
sekitar 7 mikron. Warnanya kuning kemerah-merahan, tidak
memiliki inti sel, mitokonria dan libosom, tidak dapat bergerak,
tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi, oksidatif sel atau
pembentuk protein. Komponen eritrosit terdiri atas membrane
eritrosit sistem enzim-enzim G6DP dan hemoglobin yang terbagi
atas heme dan globin.
(1) Produksi sel darah merah ( eritropoiesis )
Eritropoiesis pada orang dewasa terjadi didalam sum-sum
tulang yang aktif membentuk sel darah merah. Sel eritrosit berinti
berasal dari sel induk multipotensial dalam sum-sum tulang, sel
induk multipotensial mampu berdiferensiasi menjadi sel darah
merah sistem eritrosit, mieloit dan megakariosi bila yang
dirangsang oleh sel induk. Sel induk multipotensial akan
berdiferensiasi menjadi sel induk normal sum-sum tulang
memerlukan besi, vitamin B12, asan folat, piridoksin, kobal, asam
amino dan tembaga.
Eritrosit hidup selama 74-154 hari, jumlah normal pada orang
dewasa 11,5-15 gram dalam 100cc darah. Normal HB wanita 11,5
mg% dan HB laki-laki 13,0 mg%
(2) Sifat- Sifat Sel Darah Merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan
jumlah hemogoblin yang terdapat di dalam sel, seperti dibawah ini:
(a) Normositik sel yang ukurannya normal.

4
(b) Normokromik sel dengan jumlah hemogoblin yang
normal.
(c) Mikrositik sel yang ukurannya terlalu kecil.
(d) Makrositik sel yang ukurannya terlalu besar.
(e) Hipokromik sel yang jumlah hemogoblinnya terlalu
sedikit.
(f) Hiperkromik sel yang jumlah hemogoblinnya terlalu
banyak.
(3) Antigen Sel Darah Merah
(a) Antigen A, B dan O
Seseorang memiliki dua alel (gen) masing-masing mengkode
antigen A dan B atau yang tidak memiliki keduanya yang diberi
nama O. Antigen A dan B bersifat ko-dominan, orang akan
memiliki golongan darah AB, orang yang memiliki dua antigen A
(AA) atau satu A dan satu O (AO) akan memiliki darah A. Orang
yang memiliki dua antigen B (BB) atau satu B dan satu O (BO)
memiliki darh B dan yang tidak memiliki kedua antigen (OO)
memliki darah O.
(b) Antigen RH
Antigen RH merupakan kelompok antigen utama lainnya pada
sel darah merah. Antigen RH utama disebut factor Rh (RH+),
orang yang memiliki antigen Rh dianggap positif Rh (Rh+)
sedangkan yang tidak memiliki antigan Rh dianggap Rh negative
(Rh-). Penghancuran sel darah merah terjadi karena proses
penuaan dan proses patologis (hemolisis) akan mengakibatkan
terurainya komponen hemogoblin menjadi dua komponen, yaitu:
(i) Komponen protein, goblin yang akan dikembalikan ke pool
protein dan dapat digunakan kembali.
(ii) Komponen heme akan pecah menjadi dua yaitu besi akan
dikembalikan ke poolbesi dan digunakan ulan dan bilirubin
yang akan dieksresikan melalui hati dan empedu.

5
b) Sel Darah Putih (leukosit)
Sel darah putih bentuknya dapat berubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia). Sel darah putih
dibentuk di sum-sum tulang dari sel-sel bakal. Golongan selnya
adalah golongan yang tidak berganda, yaitu limfosit B dan T,
monorosit dan magrofag serta golongan yang bergranula yaitu;
esosinofil, basofil dan neutrofil. Nilai normal sel darah putih pada
orang dewasa 4, 0 - 11, 0 x 10/ul.
Fungsi sel darah putih:
1) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang mask ke dalam tubuh jaringan RES.
2) Sebagai pengangkut,, yaitu mengangkut/membawa zat lemak
dari dinding usus melalui limpa terus ke pembulu darah.

Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut.

1) Granulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasma, memiliki
diameter 10-12 mikron. berdasarkan pewarnaan granula, granulosit
terbagi menjadi tiga kelompok berikut ini:
a) Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel
terangkai,protoplasmanya banyak berbintik
halus/granula,serta banyaknya sekitar 60-70% nilai norman
neutrofil : 2,5-7,5x109
b) Eusinofi
Granula yang berwana merah dengan pewarnaan
asam,ukuran dan bentuknya sama dengan neutrofil tetapi
granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-
kira 24% nilai normalnya 0,004-0,44x109
c) Basofil

6
Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih
kecil dari pada eosinofil dan mempunyai inti yang
bentuknya tertentu.Di dalam plasma terdapat granula yang
besar,banyaknya kira-kira 0,5% di sumsum merah.Nilai
normal basofil 0-0,0x109
Neutrofil, eosinofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit untuk
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa
sel.Basofil bekerja sebagai sel mast dan mengeluarkan peptide faso
aktif.
2) Arganulosit
Arganulosit teridi atas limfosit dan monosit
a) Limfosit
Limfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati
sebagian besar sel limfosit berkembang dengan jaringan
limfe.Ukuran bervariasi dari 7 sampai dengan 15 mikron.
Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan
memakan bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh nilai
normal 1,5-3,5x109.
Limfosit terbai atas 2,yaitu limfosit T dan limfosit B
(1) Limfosit T
Limfosit T meningalkan sumsum tulang berkembang
lama dan bermigrasi menuju ke timus. kemudian sel-sel ini
beredar dalam darah sampai bertemu dengan antigen di
mana mereka telah terprogram untuk mengenalinya. Sel ini
akan menghasilkan bahan kimia yang menghancurkan
mikroorganisme dan memberiitahu sel-sel darah putih
lainnya bahwa telah terjadi infeksi
(2) Limfosit B
Terbentuk di sum-sum tulang lalu bersirkulasi dalam
darah sampai menjumpai antigen di mana telah terprogram
untuk mengenalinya. pada tahap ini, limfost B mengalami

7
pematangan dan menjadi sel plasma serta menghasilkan
antibody.

(3) Monosit
Ukurannya lebih besar limfosit, protoplasmanya besar,
warna biru sedikit abu-abu serta mempunyai bintik-bintik
sedikit kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang. Dibentuk
dalam sumsum tulang, masuk kedalam sirkulasi dalam
bentuk imatur dan mengami proses sebagai fagosit.
Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah
putih. Nilai normal 0,2-0,8x10(9).
c) Keping darah (trombosit)
Trombosit berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak
berinti dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150-
400x109/l (150.000-400.000/milliliter) sekitar 30-40%
terkonsentrasi dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam
darah. Trombosit berfungsi dalam pembentukan bekuan darah
dalam keadaan normal bersirkulasi keseluruh tubuh melalui
aliran darah. Trombosit melekat ke dalam permukaan yang
rusak dan mengeluarkan zat (serotonin danhistamin) yang
menyebabkan terjadinya vasokontriksi. Penimbunan trombosit
yang berlebihan menyebabkan penurunan aliran darah
kejaringan sehingga lepas dari tempat semula dan mengalir
kehilir. Bahan utama yang dikeluarkan oleh trombosit untuk
membatasi pembekuan adalah prostaglandin tromboksan A2 dan
prostasiklin I2.

4. Etiologi
a. Faktor genetik
Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukimia akut.
b. Sinar radioaktif

8
Merupakan faktor esensial yang paling jelas dapat menyebabkan
leukimia pada binatang maupun manusia. Angka kejadian leukimia
granulositik meningkat setelah terpajam sinar radioaktif. Hal ini
dibuktikan oleh penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan
menderita leukimia pada 6% klien baru terjadi setelah 5 tahun.
c. Bahan kimia tertentu misalnya benzena
d. Riwayat terapi kanker
Agen-agen resiko leukimia tertinggi dalam kemoterapi adalah terapi yang
digunakan dalam pengobatan kanker payudara dan ovarium serta
penyakit darah ganas seperti penyakit hodgkin. Kemoterapi yang
terimplikasi meliputi obat sitoksan (cyclophospamide), leukeran
(chlorambucil).
e. Obat-obatan
Leukimia pada anak telah dikaitkan dengan penggunaan antibiotik
chloromycetin (kloranfenikol).
f. Virus
Beberapa virus tertentu sudah menyebabkan leukimia. Enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah manusia di mana enzym ini
ditemukan dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis
virus RNA. Enzym tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan dapat
membentuk bahan genetik kemudian bergabung dengan genom yang
terinfeksi.

5. Patofisiologi
Leukemia merupakan poliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah
yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah
yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan
yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi
yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak

9
pertumbuhan sel darah normal dalam sum-sum tulang, mengalir kedalam
darah perifer dan akhirnya mengivasi organ dan jaringan tubuh.
Leukemia mempunyai sifat khas poliferasi tidak teratur atau akumulasi
sel darah putih dalam sumsum tulang, mengantikan elemen sumsum tulang
normal sehingga sel kanker akan bersaing dengan sel normal untuk
mendapatkan nutrisi. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu
adanya peningkatan produksi dari sel darah putih, kedua adanya sel
abnormal atau imatur dari sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya
tidak normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Produksi sel
darah putih sangat meningkat akan menekan sumsum tulang belakang
mengakibatkan gangguan hematopoiesis sehingga akan menyebabkan
penekanan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produksi eritrosit
mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatkan
trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih yang normal
menjadi sedikit. Sel kanker juga akan bersaing dengan sel normal untuk
mendapatkan nutrisi dengan carain filtrasi sel normal digantikan dengan sel
kanker yang akan menyebabkan perubahan metabolism tubuh. Adanya
trombositopenia mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan .keadaan
leukopenia menyebabkan mudahnya terjadi infeksi.
Sel-sel kanker juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan
periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan tulang.
Disamping itu infiltrasi pada organ retikuleondotelial seperti otak, ginjal,
hati, limpa, kelenjar, limfe menyebabkan pembesaran dan ganguan pada
organ terkait. Infiltrasi leukemik pada SSP menyebabkan sistem neurologis
terganggu mengakibatkan peningkatan TIK yang menimbulkan gejala
seperti sakit kepala dan gangguan penglihatan.

6. Manifestasi klinik
a. Gejala kegagalan sumsum tulang yaitu :
1) Anemia menimbulkan rasa lemah.

10
2) Netropenia menimbulkan infeksi yang di tandai oleh demam, infeksi
rongga mulut, infeksi tenggorokan, saluran napas dan sepsis sampai
syok septik.
3) Trombositopenia menimbulkan perdarahan kulit, perdarahan mukosa,
seperti perdarahan kulit dan epitaksis.
b. Keadaan hiperkatabolik, yang ditandai:
1) Kaheksia
2) Keringat malam
c. Infiltrasi ke dalam organ
1) Nyeri tulang dan sternum
2) Limfadenopati, nyeri abdomen
3) Splenomegali atau Hepatomegali
4) Sindrom meningeal: sakit kepala, mual, muntah, mata kabur dan kaku
kuduk.
d. Abnormal WBC
e. Gejala SSP (jika terdapat metastasis SSP), yang mencakup sakit kepala,
iritasi meningeal dan tanda-tanda peningkatan TIK.

7. Test Diagnostik
a. Darah Lengkap
Menunjukkan adanya penurunan hemoglobin, hematokrin, jumlah sel
darah merah dan trombosit. Jumlah sel darah putih meningkat, sekitar
25% menunjukkan leukosit normal atau menurun 50% menunjukkan
leukosit meningkat 10.000 – 100.000/mm3dan 25% meningkat diatas
100.000.
b. Kimia Darah
Kolesterol mungkin merendah, asam urat mungkin dapat meningkat.
c. Biopsi dan Aspirasi Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan baik jenis leukemia
maupun berapa banyak sumsum tulang yang telah digantikan sel-sel

11
leukimia. Hiperseluler hampir semua sel sumsum tulang digantikan oleh
sel leukimia, tampak monoton oleh sel blast.
d. Cairan Serebrospinal
Bila terjadi peningkatan jumlah sel dan protein, hal ini berarti suatu sel
leukimia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat dari perjalanan
penyakit baik keadaan remisi maupun keadaan kambuh.
e. Pemeriksaan Imunophenotyping
Untuk membantu adanya peningkatan limfosit dalam darah sebagai
reaksi dalam proses kanker. Tes ini akan membantu membedakan sel
leukimia.
f. Sitogenik
Untuk mendeteksi adanya perubahan kromosom 21. 50-70% dari
penderita LLA dan LMA mempunyai kelainan serupa :
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a) dan
hiperploid (2n+a).
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid.
g. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES,
granulosit, pulp cell.
h. Test Jantung
Diatur untuk mendapatkan catatan dasar dari struktur dan fungsi n
jantung. Beberapa agen yang digunakan untuk mengobati leukimia
terutama suatu obat IV disebut adrimisin (doksorubisin) dapat
dipengaruhi aktifitas jantung.

8. Penatalaksanaan medik
a. Transfusi Darah

12
Transfusi konsentrat trombosit biasa diberikan jika HB kurang dari 6
gram pada trombositopenia yang berat dan trombosit masif. Bila terdapat
DIC dapat diberikan heparin.
b. Sitostatika
Umumnya diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat ini sering terdapat efek samping berupa alopesia,
stomatitia, leukopenia, dan infeksi sekunder. Bila leukosit>2000 mm 3
pemberian harus hati-hati. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik
pasien dirawat di kamar yang bebas hama).
c. Imunoterapi
Setelah terapi remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (10 5-106)
imunoterapi mulai diberikan. Apa bila kambuh/relaps, kemoterapi atau
transplatasi sum-sum tulang alogenik atau autolog.

9. Kompikasi
a. Sepsis
b. Pendarahan
c. Gagal Organ
d. IDA (Iron Defisiensi Anemia)
e. Kematian

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan
1) DS : Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien
2) DO : Kehilangan kesadaran, gangguan penglihatan dan gangguan
prndengaran
b. Pola Nutrisi damn Metabolik
1) DS : Napsu makan berkurang, penurunan berat badan, gangguan
menelan, porsi makan tidak dihabiskan

13
2) DO : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, faringitis, mual,
muntah, disfagia, membran mukosa pucat
c. Pola Eliminasi
1) DS : Nyeri saat BAB, fases hitam apakah ada Hemoroid, retensi
kandungan kemih
2) DO : Diare, terdapat darah pada urine dan penurunan haluaran urine
d. Pola Aktifitas dan Latihan
1) DS : Merasa lemah, pusing, kehilangan keseimbangan
2) DO : Perubahan kesadaran, lemah, kehilanagn tonus oto dan aktifitas
dibantu
e. Pola Tidur dan Istirahat
1) DS : Gelisah, tidur tidak nyenyak, insomnia, tidak dapat beristirahat
2) DO : Ekspresi wajah mengantuk, kuantitas tidur berkurang, sering
menguap, palpebra inferior tampak gelap
f. Pola Persepsi Kognitif
1) DS : Perubahan alam perasaan, pusing, perubahan penglihatan,
gangguan pendengaran, penurunan proses pikir
2) DO : Wajah tampak meringis, pasien tampak kesakitan
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) DS : Mudah marah, sakit kepala, perasaan tidak berdaya, frustasi
mendengar penyakit yang dialami
2) DO : Gelisah, mudah tersinggung, tidak terdapat kontak mata,
kelainan cara bicara
h. Pola Peran dan Hubungan dengan sesama
1) DS : Perasaan sedih, adakah gangguan interaksi
2) DO : Ekspresi wajah murung, gangguan dalam interaksi
i. Pola Reproduksi dan reksualitas
1) DS : Keluarga mengungkapkan adanya masalah reproduksi
2) DO : Kelainan pada alat reproduksi
J. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stres

14
1) DS : Keluarga mengungkapkan adanya respon emosi seperti marah,
membalikkan kepala atau badan
2) DO : Respon pasien saat didekatkan menangis, tidak ada respon sama
sekali
k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
1) DS : Kebiasaan keluarga menjalankan ibadah, adakah tindakan
keperawatan yang bertentangan dengan ajaran agama
2) DO : Tampak kitap suci di tempat tidur

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ansietas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
c. Ketidakefektifan perkusi jaringan perifer
3. Rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ansietas
Intervensi
Kriteria hasil:
1) Mampu mengontrol kecemasan
2) Mengontrol nyeri
3) Kualitas tidur dan istirahat adekuat
4) Status kenyemanan meningkat
Implementasi:
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Identifikasi tingkat kecemasan
3) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
4) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan presepsi
5) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
b. Tidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
Intervensi:

15
Kriteria hasil:
1) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
2) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Implementasi:

1) Kaji adanya alergi makanan


2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4) Kaji kebutuhan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
5) Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
c. Ketidakefektifan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer
Intervensi:
Kriteria hasil:
1) Tekanan sistol dan diastol dalam rentang yang diharapkan
2) Tidak ada ortostatik hipertensi
3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)

Implementasi

1) Monitor adanya tromboplebitis


2) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
3) Kolaborasi pemberian analgetik
4) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas,
dingin, tajam, dan tumpul
5) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

16
4. Discharge planning
a. Mengajarkan pada orang tua tentang pemberian obat, indikasi dan
pemantauan efek samping.
b. Mengajrkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat
dengan makan makanan yang bernutrisi.
c. Menjelaskan pentingnya istirahat.
d. Mengajarkan cara mencegah infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien, mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah makan serta menjaga kebersihan kuku.
e. Menganjurkan orangtua untuk memakaikan sikat gigi yang berbulu halus
dan lunak untuk anaknya.
f. Menganjurkan anak untuk mengontrol perdarahan dengan tidak
mengorek hidungnya.

17

Anda mungkin juga menyukai