Jawab:
1. Suatu garis imjinar yang menghubungkan umbilicus dan sias (umbai
cacing)
2. Bagian dari abdomen diatas umbilicus
3. Bakteri penyebab thypoid
4. PLT: platetlet dan WBC: white blood cell
5. Uji lab untuk mengetahui bakteri yang mengakibadkan salmonella
6. Tes diagnostic untuk mendeteksi deman typoid
Kata kunci
1. Perempuan usia 30 tahun
2. Nyeri abdomen 2 hari
3. BAB encer 8X dalam 10 jam
4. Nyeri tekan pada epigastrium
5. Nyeri tekan pada titik Mc burney
6. Bibir kering, mata cekung, lidah kotor
7. Pemeriksaan TTV. (TD: 110/70 mmHg, S: 38oc, P: 24x/m, N: 80x/m)
8. Riwayat sakit maag
9. Sering telat makan
10. Sering jajan pinggir jalan
11. Hasil lab (PLT: 210x103/ul, WBC: 12x103/ul, uji widal salmonella thypi
O 1/320, salmonella parathypi AO 1/320.)
I. Konsep Dasar Medik Diare
A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selama dan frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air
besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).
B. Anatomi & Fisiologi
Usus besar (kolon) dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini menyerap air dan feses usus
besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadilah diare.
C. Etiologi
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Faktor Infeksi
a. Bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
b. Virus: Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
c. Parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomona s
hominis), jamur (Candida albicans).
2. Faktor Malabsopsi
a. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang
disebut triglyserida.Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah
tinja mengandung lemak.
c. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari
makanan yang mengandung protein.
3. Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang
tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi
terhadap makanan.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diare yaitu bab lebih dari 3 kali, dengan
konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare adalah anak
gelisah, menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal
tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan
elektrolit. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi yaitu berat
badan turun, turgor kulit menurun, mata dan ubun–ubun cekung, selaput
lendir dan mulut ikut kering. Bila dehirasi berat maka volume darah akan
berkurang dengan demikian nadi akan cepat dan kecil, denyur jantung
cepat, tekanan darah menurun, kasadaran menurun yang akhirnya terjadi
syok, (Suraatmauja, 2010).
E. Patofisiologi
Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan
melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi
dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit, (Muttaqin, 2011).
adapun mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-
hal sebagai berikut :
1. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang
sukar diserap oleh mukosa intestinal akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan
respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh
dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi:
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
2. Pemeriksaan darah
a. pH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan
keseimbangan asam basa
b. darah perifer lengkap
c. Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum
pada diare yang disertai kejang)
d. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. Komplikasi
Menurut Vivian (2010), diare dapat menyebabkan beberapa komplikasi
berikut:
1. Dehidrasi: ringan, sedang, dan berat.
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah
berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan
gejala meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas
secara berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot,
lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan
berkurang, pengeluaran bertambah).
H. Penatalaksanaan
Apabila seseorang sudah mengalami diare, maka perlu dilakukan treatment
agar diare dapat segera berhenti. Berikut ini adalah beberapa treatment
untuk menanggulangi penyakit diare:
1. Rehidrasi yaitu dengan cara mengkonsumsi oralit. Minum
cairan oralit sebanyak mungkin penderita bisa meminumnya.
Minum oralit tidak perlu dalam jumlah banyak sekaligus, tetapi
oralit diminum dalam jumlah yang sedikit dan dengan
frekuensi yang sering akan lebih baik dilakukan. Satu bungkus
oralit dilarutkan dalam 200 ml air matang. Apabila oralit tidak
tersedia, maka oralit bisa dibuat dengan cara membuat larutan
gula garam. Caranya yaitu dengan melarutkan dua sendok teh
gula pasir dan seujung sendok garam dapur ke dalam satu gelas
air matang. Rehidrasi juga dapat dilakukan dengan cairan
intravena terutama pada kasus dehidrasi yang berat atau shock.
2. Suplementasi zinc, yang berfungsi untuk mengurangi durasi
diare sampai 25% dan dapat mengurangi volume feses hingga
30%.
3. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat gizi, diutamakan
bagi pasien diare yang disebabkan karena malnutrisi.
4. Pemberian terapi farmakologik
I. Discharge Planning
1. Penjelasan tentang penyebab penyakit
2. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat
giz
3. Hygiene makanan dan personal
B. Diagnose keperawatan
1. Diare b/d iritasi gastroitensial
2. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
mampuan mengabsorpsi nutrient
C. Intervensi Keperawatan