Disusun oleh :
M. Fahriza Rizqi Akbar ( 7121009)
Khamidatul Istikanah ( 7121010 )
Kurotul Akyun ( 7121012 )
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan
yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu
keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang
mulai berkembang.
2
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse
atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan
asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di
Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat
apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal
ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas
65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel
patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar lanjut usia aktif dan
pasif .
2) Untuk mengetahui pendekatan perawatan pada lanjut usia.
3) Untuk mengetahui tujuan perawat pada lansia.
4) Untuk mengetahui peran perawat pada lansia.
5) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lanjut usia.
3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asuhan keperawatan dasar pada lansia aktif dan pasif
Asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti dirumah/lingkungan
keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk
asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau
petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya
atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok
lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan
yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Lanjut usia yang pasif mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus
karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
a. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
b. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
c. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit
menjadi lebih tipis dan rapuh.
d. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya
dekubitus.
3. Faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus,
seperti:
a. Status gizi
b. Anemia
c. Adanya hipoalbunemia
4
d. Adanya penyakit-penyakit neurologik
e. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
f. Adanya dehidrasi
4. Faktor ekstrinsik, yakni :
a. Kurang kebersihan tempat tidur
b. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
c. Kurangnya perawatan diri
5
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara
perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka
dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa
orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang membutuhkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara
lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri. Perawat
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu dirangsang
untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau
membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien
lanjut usia.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien
lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR.
Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa
takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
6
tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan
yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan
keluarga / lingkungan sekitarnya.
Perawatan pada lanjut usia baik lansia aktif maupun pasif sama, pada
prinsipnya adalah memenuhi kebutuhan dasar lansia, dimana pada lansia pasif
semua kebutuhannya harus dilakukan oleh perawat dan pada lansia yang
masih aktif, perawat mengawasi dan membantu kebutuhan dasar lansia.
7
memahami bagaimana kondisi lansia tersebut. Namun pada kenyataannya untuk
dapat membangun dan menjalin komunikasi yang baik dengan para lansia
tidaklah mudah, disebutkan bahwa kondisi fisik maupun mental menjadi halangan
dalam berkomunikasi, seperti gangguan pendengaran membuat perawat harus
berulang-ulang menyampaikan pesan dengan sabar dan berhati-hati. Kendala
lainnya seperti sulit memahami dan mengerti apa yang diinginkan lansia.
Kebanyakan lansia tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri, karena
perilaku lansia cenderung berubah seperti anak kecil. Peran seorang perawat
penting guna membantu para lansia dalam merubah perilaku kesehariannya
menjadi lebih baik. Seorang perawat juga harus pandai dalam memilih suatu
keputusan. Pengambilan tindakan atau keputusan tidak harus berdasarkan fakta
medis yang ada melainkan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan keinginan
pasien itu sendiri. Dengan demikian lansia akan merasa bahwa dirinya mendapat
perhatian dan rasa dihargai .
Perasaan nyaman lansia dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan perawat
dalam proses aktivitas yang dilakukan antara perawat dengan lansia. Seperti yang
dikatakan Khisoli (2016) mengatakan bahwa, seseorang yang dititipkan di panti
jompo biasanya akan menganggap dirinya tidak berguna lagi dan merasa
terbuang. Seorang lansia yang baru masuk ke lingkungan baru akan merasa sulit
untuk beradaptasi. Hal tersebut diperlukan adaptasi dan penyesuaian diri dengan
kondisi di panti jompo agar merasa aman dan nyaman. Disinilah peran perawat di
panti jompo dibutuhkan, perawat harus mampu membantu lansia untuk
beradaptasi dengan lingkungan panti dengan membangun kedekatan yang baik
dengan para lansia. komunikasi interpersonal yang baik menjadi hal yang penting
dalam interaksi yang dilakukan oleh perawat terhadap lansia. Komunikasi yang
baik antara perawat dengan lansia sangat diperlukan untuk membentuk hubungan
baik, kedekatan, kepercayaan, keterbukaan, dan kenyamanan lansia dalam
kehidupan sehari – hari.
8
2.5 konsep asuhan keperawatan pada lansia
PENGKAJIAN
Tujuan :
Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan sistem tubuh. Pendekatan yang di gunakan dalam
pemeriksanaan fisik,yaitu :
Head to tea
b. Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
9
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
d. Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal
PENGKAJIAN DASAR
1) Temperatur
10
Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2) Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
3) Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teraturnya pernapasan. Tekanan darah
4) Memori (ingatan).
Pola tidur.
Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1) Kesemetrisan raut wajah
2) Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
3) Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4) Pupil : kesamaan, dilatasi
5) Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
6) Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7) Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8) Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1) Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2) Auskultasi denyut nadi apikal
3) Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4) Pusing
5) Sakit
11
6) Edema
Sistem Gastrointestinal
1) Status gizi
2) Pemasukan diet
3) Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4) Mengunyah dan menelan
5) Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6) Auskultasi bising usus
7) Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8) Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1) Warna dan bau urine
2) Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3) Frekwensi, tekanan, desakan
4) Pemasukan dan pengeluaran cairan
5) Disuria
6) Seksualitas
Sistem Kulit / Integumen
1) Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Perubahan pigmen
2) Adanya jaringan parut
3) Keadaan kuku
4) Keadaan rambut
Sistem Muskuloskeletal
1) Kontraktur
Atrofi otot
12
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2) Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3) Gerakan sendi
Psikososial
1) Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2) Fokus-fokus pada diri bertambah
3) Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4) Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
13
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
14
Penurunan alat penciuman dan pengecapan.
Pengunyahan kurang sempurna.
Gigi yang tidak lengkap.
Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
Melemah otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1) Kalori pada lansia : laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan : 1.700 kalori.
Dapat dimodivikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya gemuk / kurus atau
disertai penyakit demam.
2) Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3) Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi
penyakit. 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
4) Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori yang
dibutuhkan.
5) Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6) Air, 6-8 gelas perhari.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi
menjadi 5 yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia
45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara
60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara
75 dan 90 tahun, usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas
usia 90 tahun.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa
penuaan terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua
kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan
teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam
dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan
ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses
tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik,
mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi
sistem tubuh utama, status social dan mental, dan kemampuan individu
untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.
3.2 Saran
Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat
kesehatan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali
16
kesehatan lansia. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk
menambah wawasan mengenai konsep keperawatan .
DAFTAR PUSTAKA
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc. McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention
Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc. NANDA. Nursing
Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia : NANDA
International.
Read more at http://pinanursinginformatics.blogspot.com/2012/10/asuhan-
keperawatan-lansia-sumber-httpwww.html#mQoE8LAz6DZsUBZC.99
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan usia lanjut dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan
Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta: Nuha
Medika.
17