OLEH :
NIM : 171111036
PRODI NERS
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
C. METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan
dan mencari beberapa sumber dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang
di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah
atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia,
apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang
personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada
dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan
rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.
5. Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus,
yakni :
Status gizi
Anemia
Adanya hipoalbunemia
Adanya penyakit-penyakit neurologik
Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
Kurang kebersihan tempat tidur
Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan adukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan
bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia
dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau
hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,
mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian,
DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut
semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak
kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Agar lanjut u sia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan:
1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
Pencegahan penyakit
Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup klien
lanjut usia (Life Support ).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami gangguan
tertentu ( kronis maupun akut ).
5. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertent.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh.
Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik, yaitu :
a. Head to tea
b. Sistem tubuh
b. Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
d. Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.
Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
b. Auskultasi denyut nadi apikal
c. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
d. Pusing
e. Sakit
f. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis
Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya sekret
pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan pendapat
secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tepat.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara
lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
2. Lingkungan
· Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
· Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
· Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
· Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat yang biasa
digunakannya.
· Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
· Pasang pegangan dikamar mandi / WC
· Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
· Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
· Penurunan daya ingat
· Kurangnya motivasi
· Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
· Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
· Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan
skin lotion
· Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting kuku
4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan
otot (dapat disesuaikan dengan hobi)
Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun, depresi, lekas
marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yang tidak
adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap terhadap respond an
verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
Penerangan alam lebih baik
Hindarkan cahaya yang menyilaukan
Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan
Tingkatkan rangsangan panca indra melalui :
Buku-buku yang dicetak besar
Perubahan lingkungan
Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
Kalender atau penanggalan
Jam
Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
Ubah posisi
Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan
Lakukan penggosokan pada waktu mandi
Berikan perawatan pernapasan
Bersihkan nostril atau kotoran hidung
Lindungi dari angin
Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
a. Bernapas dalam (deep breathing)
b. Latihan batuk
c. Latihan menghembuskan napas
Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai dengan :
a. Gelisah
b. Keringat berlebihan
c. Gangguan pengelihatan
d. Kejang otot
e. Tekanan darah renda (hipotensi)
f. Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Ransangan nafsu makan
Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
Berikan makanan yang menarik
Bisa minum anggur bila dibolehkan
Sediakan makanan yang hangat-hangat
Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
Cegah terjadinya gangguan pencernaan
Berikan sikap fowler waktu makan
Pertahankan keasamn lmbung
Berikan makanan yang tidak membentuk gas
Cukup cairan
Cegah konstipasi / sembelit
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC