UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG 2021 1. Konsep Dasar Ansietas 1.1 Pengertian Ansietas Ansietas merupakan perasaan takut atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan dan merupakan respon terhadap stimulus internal dan eksternal yang memiliki tanda dan gejala perilaku, afektif kognitif dan fisik (Audrey Berman, Shirlee Snyder, 2016). Ansietas merupakan suatu respon emosional sebagai antisipasi terhadap bahaya (Towsend,2011). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana respon tersebut lebih bersifat negatif sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi klien. Respon individu terhadap ansietas mempunyai rentang antara adaptif sampai maladaptive. Respon adaptif identik dengan reaksi yang bersifat konstruktif, sedangkan respon maladaptif identik dengan reaksi yang bersifat destruktif. Reaksi yang bersifat konstruktif menunjukan sikap optimis dan berusaha memahami terhadap perubahan- perubahan yang terjadi baik perubahan fisik maupun afektif, sedangkan untuk reaksi yang bersifat destruktif menunjukan sikap pesimis dan seringknya diikuti perilaku maladaptif (Stuart,2011). Rentang respon diawali dengan respon antisipasi, ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat sampai dengan panik. 1.2 Faktor Predisposisi dan Presipitasi 1.2.1 Faktor Biologis Faktor genetik dan neurokimia berperan dalam menimbulkan ansietas pada klien (Kraus et al, 2009). Keluarga yang mempunyai Riwayat ansietas cenderung mempunyai anggota keluarga yang akan mengalami ansietas. Klien dengan penyakit fisik yang kronis beresiko mengalami masalah Kesehatan jiwa sepersti ansietas (Ketis,2009). Klien dengan masalah Kesehatan fisik juga beresiko empat kali mengalami ansietas dibandingkan dengan yang tidak mengalami masalah Kesehatan fisik. Teori biologis menekankan pada hubungan antara ansietas dan faktor yang mempengaruhi katekolamin dan kadar neuroendokrin, neurontransmiter seperti serotonin dan kolesistoknin dan reaktifitas autonom. Gambaran fungsi saraf dapat diperlukan untuk melihat keterkaitan faktor biologis dengan ansietas (Edward et al,2003). Kadar serotonin yang berlebihan pada beberapa area penting dari otak yaitu hipotalamus, tahalamus, basal ganglia dan system limbik yang berhubungan dengan terjadinya ansietas. Teori biologis juga menjelasakan bahwa rangsangan pusat vasomotor di medulla oblongata akan dihantarkan dalam bentuk impuls melalui saraf simpatif ke ganglia simpatis. Neuron preganglion akan melepaskan aseltikolin dan akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dan akan melepaskan neuroepinefrin dan meningkatkan serotonin. Pelepasan ini mengakibatkan system limbik beraksi dengan menciptakan perasaan tidak nyama, khawatir, sedih, penurunan minat, serta penurunan napsu makan (Ketis, 2009). Masalah Kesehatan fisik yang sering terjadi pada individu juga dipersepsikan sebagai sebuah ancaman bagi klien dan akan mempengaruhi klien Ketika menghadapi masalah Kesehatan yang lain. Dengan demikian antara masalah Kesehatan fisik dan ansietas merupakan kondisi yang saling berhubungan dan bisa bersifat timbal balik. 1.2.2 Faktor Psikologis Dasar dari faktor psikologis adalah teori psikoanalisa dan perilaku yang menyebakan ansietas. Teori psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmun Freud menjelaskan bahwa ansietas merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah, konflik yang tidak disadari (Kumar et al, 2013). Model adaptasi stres juga menjelaskan bahwa adanya penggabungan faktor biologis dan peristiwa yang tidak menyenagkan dalam hidup berkontribusi terhadap terjadinya ansietas. Stres psikososial juga menyebabkan perubahan dalam kimia otak sehingga klien cenderung mengalami masalah Kesehatan jiwa seperti ansietas. Faktor psikologis berupa ancaman terhadap konsep diri pada klien dan merupakan faktor pencetus terjadinya ansietas. Ancaman terhdapa konsep diri diindikasikan mengancam identitias diri, harga diri dan fungsi integritas social( Lolak et al, 2008). Ancaman terhadap konsep diri juga trediri atas dua sumber yaitu eksternal dan internal. Sumber eksternal terdiri atas kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan social atau budaya. Sumber internal meliputi kesulitan hubungan interpersonal dirumah atau ditempat kerja. 1.2.3 Sosial Budaya Faktor lainnya yang melatarbelakangi klien mengalami ansietas adalah status social ekonomi yang rendah, kurangnya parsispasi di masyarakat dan perpisahan dengan orang yang disayangi serta kurang akan menjalakan ajaran agama akan lebih beresiko mengalami ansietas. (Towmsend, 2009). Tingkat Pendidikan yang rendah, tidak bekerja, PHK, diyakini menjadi faktor predisposisi pada klien dengan masalah Kesehatan jiwa seperti ansietas. Faktor predisposisi social budaya juga dianalisis melalui beberapa teroi yaitu interpersonal dan social budaya. Teori interpersonal melihat bahwa ansietas terjadi karena ketakutan akan penolakan interpersonal ( Stuart, 2009). Hal ini juga dihubungakn dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, peperisahan yang menyebabkan sesorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang sangat berat. Teori sosial budaya meyakini faktor social dan budaya sebagai penyebab faktor ansietas. Pengalaman sesoran gsulit beradaptasi terhadap permintaan social budaya dikarenakan konsep diri yang rendah dan mekanisme koping. Sterosr social dan budaya menjadi ancaman untuk seseorang dan dapat mempengaruhi berkembangnya perilkau maladaptif dan menjadi onset teerjadinya ansietas. 1.3 Tanda dan Gejala Ansietas Perubahan yang terjadi pada pasien ansietas seperti perubahan kognitif, penurunan konsentrasi, berfokus pada hal yang sakit, menyadari adanya gejala fisiologis seperti pusing. Perubahan afektif seperti perasaan khwatir, sedih dan tidak percaya diri dan mersa bingung. Perubahan fisiologis seperti penurunan napsu makan, ketegangan otot, peningkatan tanda-tanda vital, keulitan tidur dan nyeri. Perubahan perilaku yang muncul pada klien ansietas seperti penurunan produktifitas, kewaspadaan meningkt dan tidak bisa tenang. Perubahan sosial seperti kurangya inisiatif, sulit menikmati kegiatan sehari- hari dan menghindari kontak sosial ( Towmsend, 2009). Beberapa penelitian menunjukan bahwa gejala yang tampak pada pasien ansietas adalah penurunan penampilan klien dan menarik diri lingkungan sosial. Masalah psikososial yang sbeblumnya dialami klien dengan masalah fisik juga menambah berat ansietas yang dialami. 1.3.1 Respon Kognitif Respon kognitif merupakan suatu media bagi interaksi antara klien dan lingkungannya. Klien dalam menilai suatu stresor dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya pandangan dan pemahamn klien terhadap steror seperti sikap terbuka terhadap adanya perubahan, kelihatan secara aktif dalam suatu kegiatan serta kemampuan klien mengontrol diri terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan sekitar. Respon kognitif juga dipengaruhi oleh kemampuan kognitif seseorang yang berkaitan dengan penglaaman klien dalam menghadapi stresor serta efektivitas koping yang digunakan untuk mengontrol stresor (Stuart, 2009). Respon ansietas yang muncul pada klien ansietas meliputi meliputi repon kognitif secara subjektif dan objektif. Respon kognitif secara subjektif diantaranya adalah a) Mudah lupa b) Mengatakan sulit mengambil keputusan c) Sering mimpi buruk d) Mengatakan takut kehilangan control e) Bingung f) Pikiran bloking g) Mengungkapakn atau menyadari adanya gejala fisiologis serta ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik. Respon kognitif secara objektif diantaranya : a) Kesulitan konsentrasi b) Penurunan kemampuan untuk belajar c) Penurunan lapang persepsi d) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian e) Penurunan kemampuan untuk memcahkan masalah f) Serta tidak mampu menerima rangsangan dari luar 1.3.2 Respon Afektif Respon afektif yang muncul pada klien berkaitan dengan pengalaman berinteraksi dengan orang lain, respon emosi dalam mengahadapi stresor, serta intensitas dari stresor yang diterima oleh klien ( Towmsend, 2009). Rentang respon afektif pada klien ansietas mengacu pada beberapa hal diantaranya pengalaman klien serta intensitas dari stresor. Respon afektif yang muncul pada klien ansietas meliputi respom afektif secara subjektif dan objektif. Respon subjektif secara afektif diantaranya : a) Merasa cemas b) Merasa menyesal c) Perasaan tidak aman d) Perasaan senang atau sedih yang berlebihan e) Gelisah dan merasa ketakutan f) Kesedihan yang mendalam g) Persaan tidak adekuat dan tidak berdaya Respon afektif secara objektif diantaranya : a) Berfokus pada diri sendiri b) Ragu dan tidak percaya diri c) Tidak sabaram d) Marah yang berlebihan e) Cenderung menyalahkan orang lain f) Kewaspadaan meningkat dan gugup 1.3.3 ResponFisiologis Respon fisiologis yang muncul pada klien ansietas meliputi respon fisiologi secara objektif dan subjektif. respon fisiologi secara subjektif diantaranya : Anoreksia, diare, nyeri abdomen, sering berkemih, peningkatan ketegangan otot, mulut kering, jantung berdebar-debar, peningkatan reflek, kedutan pada otot dan kesemutan pada eksterimtas. Respon fisiologi secara objektif diantaranya : wajah tegang dan merah, nadi dan tekanan darah meningkat, sering nafas pendek, termor tangan, peningkatan keringat, gangguan pola tidur serta peningkatan pernapasan. 1.3.4 Respon Perilaku Respon perilaku yang muncul pada klien ansietas meliputi respon perilaku secara objektif dan subjektif. respon perilaku secara subjektf yaitu penurunan produktifitas (Stuart,2009). respon perilaku secara objektif diantaranya melamun, tidak bisa tenang, misalnya gerakan kaki dan tangan, gerakan yang tersentak, gerakan yang irrelevan, gelisa serta tampak kurang koordinasi dalam Gerakan. 1.3.5 Respon Sosial Respon sosial yang muncul pada klien ansietas meliputi respon sosial secara objektif dan subjektif. respon sosial secara subjektf yaitu: sulit menikmati kegiatan sehari-hari. respon sosial secara objektif diantaranya; bicara berlebihan dan cepat, menarik diri dari hubungan interpersonal, kurang insisatif, menghindari kontak sosial dengan orang lain dan terkadang menunjukan sikap bermusuhan. 1.4 Tingkat Ansietas Berbagai respon kognitif, afektif, perilaku, sosial pada klien ansietas akan teridentifikasi menjadi rentang respon dari tingkat ansietas ringan sampai dengan panik. 1) Ansietas Ringan Ansietas ringan berkaitan dengan ketagangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan klien menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsi (Stuart, 2009). Respon yang ditimbulkan masih dalam batas normal. Dampak dari ansietas ringan adalah meningkatnya kewaspadaan dan kemampuan dalam belajar. 2) Ansietas Ringan Ansietas sedang yang mana memungkinkan klien untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain sehingga klien mengalami perhatian yang selektif, namun masih dalam melakukan aktivitas yang terarah (Audrey Berman, 2016). Efek yang ditimbulkan pada ansietas skala sedang adalah kemampuan berfokus pada masalah utama, tetap mampu melakukan perhatian dan mampu belajar. Respon fisiologis dalam kondisi normal atau mulai terjadi peningkatan. Respon kognitif juga menunjukan penyempitan lapang persepsi, sedangkan respon emosi dan perilaku menunjukan sikap waspada dan bertentangan. 3) Ansietas Berat Memungkinkan klien mengalami penurunan lapang persepsi klien. Perilaku yang ditunjukan klien mengarah pada perilaku untuk mengurangi ketegangan serta membutuhkan pengarahan untuk memusatkan pikiran. Dampak yang ditmbulkan pada skala ansietas berat adalah ketidakmampuan menyelesaikan masalah seta terjadinya aktivitas system saraf simpatis (Kumar et al, 2013). Respon yang ditunjukan pada skala ansietas berat adalah gangguan fungsi adaptif dan mempengaruhi interaksi sosial dengan orang lain. Ansietas berat menyebabkan klien kesulitan berpikir dan mengambil keputusan, perubahan tanda-tanda vital, memperlihatkan kegelisahan, klien akan menggunakan cara untuk mengatasi ketegangan. 4) Panik Kondisi panik digambarkan dengan keadaan terperangah dan ketakutan. Klien panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Kondisi panik menyebabkan peningkatan akvitas motoric. Penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Dampak dari kondisi panik diantaranya ; ketidakmampuan memfokuskan pikiran, klien membutuhkan bantuan orang lain dalam aktivitas dan terjadi gangguan kondisi yang adaptif. Respon kognitif berupa perhatian terpecah, tidak mampu berpikir, disorientasi waktu tempat dan orang. Respon afektif yang muncul berupa ; berupa putus asa, tidak mampu menguasai diri serta sudah lepas kendali. Respon fisiologi yang ditemukan terjadi penurunan tand-tanda vital kecuali pernapasan menjadi dangkal dan cepat, wajah menyeringai, mulut ternganga, mual dan muntah, insomniah, gangguan pola eliminasi, keringat berlebihan, dan kulit tersa panas kemudian dingin (Kumar et al, 2013). Respon perilaku ditunjukan dengan peningkatan akvitas motoric kasar, komunikasi inkoheren dan tidak produktif. Respon sosial ditunjukan dengan menarik diri dari lingkungan sekitar. 2. Proses Keperawatan Kecemasan 2.1 Pengkajian Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara. tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut: Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, perubahan tAndatanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak – sentak, meremas-remas tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat. Tabel Analisa data dan masalah No Data Masalah 1. Subjektif : Pasien merasa tegang dalam melakukan aktivitas seharihari – hari. Objektif Kecemasan Ringan Tampak motivasi dan kreatifitas meningkat Tampak terpacu untuk menyelesaikan masalah 2. Subjektif : Pasien merasa tidak dapat memikirkan hal lain, selain dirinya Objektif : Pasien mengatakan minta tolong Kecemasan Berat untuk menyelesaikan masalahnya. Perlu pengarahan untuk melakukan tugas yang lain
2.2. Diagnosa Kperawatan : Ansietas
2.3 Pohon Masalah Setelah Anda melakukan pengkajian dan mengelompokkan data pada pasien ansietas selanjutnya buatlah pohon masalah. Pohon masalah akan membantu dan mempermudah Anda untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Harga Diri Rendah
Gangguan Citra Tubuh
Ansietas (Core Problem)
Koping individu tidak efektif
Kurang pengetahuan Perubahan fisik / operasi / stresor fisik
Pohon masalah pada ansietas 2.4 Tindakan Keperawatan 2.4.1 Tujuan Tindakan Keperawatan a) Klien dapat mengenal ansietas b) Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi c) Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi ansietas. d) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun 2.4.2 Tindakan Keperawatan : a) Membina hubungan saling percaya b) Membantu klien mengenal ansietas c) Mengajarkan teknik nafas dalam 1) Pengertian Teknik relaksasi Nafas dalam merupakan suatu tindakan keperawatan dengan menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah juga dapat menurunkan tingkat kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002) 2) Tujuan Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas untuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. 3) Prosedur teknik relaksasi napas dalam a) Ciptakan lingkungan yang tenang b) Usahakan tetap rileks dan tenang c) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3 d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks e) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali f) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan g) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks h) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam i) Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman j) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang 4) Mengajarkan relaksasi otot a) Identifikasi tingkat cemas b) Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien. c) Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami d) Siapkan tempat tidur atau kursi yang dapat menopang bahu pasien 1) Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan 2) Pasien berbaring atau duduk bersAndar (ada sandaran untuk kaki dan bahu) 3) Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut 4) Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing untuk mengidentifikasi) daerah-daerah ototyang sering tegang misalnya dahi, tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis 5) Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai 7detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30 detik. 6) Kencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7 detik,kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya. 7) Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar 8) Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar 9) Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar. 10) Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot. 5) Melatih pasien prosedure hipnosis 5 jari a) Atur posisi klien senyaman mungkin b) Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3 kali. Minta pasien untuk relaks c) Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasiun untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat d) Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai e) Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia f) Tautkan ibu jari dengan jari kelingkng, bayangkan ketika Anda mendapat suatu penghargaan g) Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali h) Buka mata kembali. 6) Masukan Jadwal Harian 2.5 Evaluasi a) Pasien dapat mengenal ansietas b) Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi:tarik nafas dalam dan distraksi lima jari c) Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi ansietas. d) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun 2.6 Dokumentasi Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas DAFTAR PUSTAKA Mad Zaini, 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Psikososial Dan Komunitas. Jakarta : CV BUDI UTAMA Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC