Anda di halaman 1dari 13

Isolasi Sosial

A. Pengertian

Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang


karena orang lain dianggap menilai, menyatakan, serta memperlihatkan sikap
negatif dan mengancam bagi dirinya (Townsend, 2009). Isolasi sosial adalah
keadaan ketika seorang klien mengalami penuruanan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2010).

Isolasi sosial sebagai suatu pengalaman mnyendiri dari seseorang dan


perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan
yang mengancam (Herdman, 2012). Dengan kata lain kita dapat katakana
bahwa isolasi sosial adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi
dengan orang lain yang disebabkan oleh pikiran negatif atau mengancam.

B. Rentang Respon Sosial dan Gangguan Kepribadian

C. Proses Terjadinya Masalah

Proses terjadinya isolasi sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan


pendekatan psikodinamika model Stuart (2009) dimana pada mode ini
masalah keperawatan dimulai dengan menganalisa faktor predisposisi,
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber kopingdan mekanisme kong
yang digunakan oleh seorang klien sehingga menghasilkan respon baik yang
bersifat konstruktif maupun destruktif dalam rentang adaptif samapi
maladaptif. Menurut Stuart (2009), masalah isolasi sosial dapat dijelaskan
dengan menggunakan psikodinamika masalah keperawatan jiwa seperti
skema di bawah ini:

1. Faktor Predisposisi
Stuart (2009), mengatakan faktor predisposisi adalah factor resiko
timbulnya stress yang akan mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang
dimiliki klien untuk menghadapi stress. Stuart( 2009) membagi factor
predisposisi dalam tiga dominan yaitu biologis, psikososial dan sosio
kultural.
a. Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis yang
mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa. Isolasi sosial merupakan
gejala negatif dari skizofrenia menurut berbagai penelitian kejadian
skizofrenia disebabkan beberapa factor seperti kerusakan pada area
otak, peningkatan aktivitas neurotransmitter, serta factor genetika,
1) Kerusakan pada area otak
Kejadian skizofrenia sering dihubungkan dengan adanya
kerusakan pada bagian otak tertentu, namun hingga kini belum
dapat diketahui dengan pasti area yang dapat mengakibatkan
skizofrenia. Menurut penelitian beberapa area dalam otak yang
berperan dalam timbulnya kejadian skizofrenia antara ain sisitem
limbic, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat
area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area
akan mengakibatkan gangguan pada area yang lain (Arief, 2006).
2) Peningkatan aktivitas neurotransmitter
Selain kerusakan anatomis pada area di otak, skizofrenia
juga disebabkan karena peningkatan aktivitas neurotransmitter
dopaminergik. Videback (2006) mengatakan bahwa ada keterkaitan
anatara neoanatomi dengan neurokimia otak, pada klien
skizofreniaditemukan adanya struktur abnormal pada otak seperti
atropi otak, perubahan ukuran serta bentuk sel pada system limbic
dan daerah frontal selain itu adanya factor imunovirologi dan
respon tubuh terhadap paparan virus.
3) Faktor Genetika
Penelitian tentang fakor genetic telah membuktikan bahwa
skizofrenia diturunkan secara gentika. Menurut Saddock (2003)
Prevalensi seseorang menderita skizofrenia bila salah satu saudara
kandung menderita skizofrenia sebesar 8%, sedangkan bila salah
satu orang tua menderita skizofrenia sebesar 12% dan bila kedua
orang tua menderita skizorenia sebesar 47%.

b. Psikologis
Teori Psikoanalitik, perilaku dan interpersonal menjadi dasar pola
pikir predisposisi psikologis.
1) Teori Psikoanalitik
Sigmund Freud melalui teori psiko analisa menjelaskan
bahwa skizofrenia merupakan hasil dari ketidakmampuan
menyelesaikan masalah dan konflik yang tidak disadari antara
impuls agresif aau kepuasan libido serta pengakuan terhadap ego.
Sebagai contoh konflik yang tidak disadari pada saat masa kanak-
kanak, seperti kehlangan cinta atau perhatian orang tua,
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada masa kanak-kanak,
remaja dan dewasa awal (Reorig, 1999).
2) Teori Perilaku
Selain teori psikoanalisa, teori prilaku juga mendasari
factor predisposisi psikologis. Teor perlikaku berasumsi bahwa
perilaku merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien
sepanjang daur kehidupanya, dimana setiap pengalaman yang
dialami akan mempengaruhi prilaku klien baik yang bersifat adaptif
maupun maladaptif.
3) Teori Interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizofrenia terjadi
karena klien mengalami ketakutan akan peolakan interpersonal
atau trauma dan kegagalan perkembangan yang dialami pada masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan
seseorang menjadi tidak beraya, tidak percaya diri, tidak mampu
membina hubungan saling percaya pada orang lain, timbulnya
sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan menampilkan
perilaku muah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain
serta menghindar dari orang lain. Selain itu sistem keluarga yang
kurang harmonis seperti adanya penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kurang mempunyai tanggung jawab
personal juga menjadi actor pencetus timbulnya gangguan dalam
hubungan interpersonal.

c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia
adalah pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi
terhadap tuntutan sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah
dan mekanisme koping maladaptive. Stressor ini merupakan salah satu
ancaman yang dapat mempengaruhi berkembangnya gangguan dalam
interaksi sosial terutama dalam menjalin hubungan interpersonal.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya
mudah dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal
dan berlanjut sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang
ditandai dengan adanya respon maladaptive yaitu ketidakmampuan
klien untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta
ketidakmampuan membina hubungan interpersonal atau penyimpangan
perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di amerika menyimpulkan
sekitar 10% sampai 18% penduduknya mengalami gangguan
kepribadian (Stuart, 2009).
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umumnya isolasi sosial
disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaan panik, adanya
gangguan dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau,
perkembangan ego yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan
menurut Stuart (2009) Isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah
bila tidak segera ditangani perilaku isolasi sosial dapat beresiko
terjadinya halusinasi.

2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang
mengancam klien antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran,
konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan
transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat-sakit (Stuart, 2009).
Stuart (2009) membagi factor presipitasi dalam psikososial.
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi berasal dari internal
dan eksternal. Stuart & Laria (2005) yang menyatakan bahwa isolasi
sosial disebabkan karena adanya factor presipitasi yang berasal dari
dalam diri sendiri ataupun dari luar.
1) Internal
Stressor internal terdiri dari pengalaman yang tidak
menyenangkan, perasaan ditolak dan kehilangan orang yang
berarti. Penelitian yang dilakukan oleh Canadian Assosiation
Psychiatric (2004), menunjukan bahwa prevalensi ketakutan
berhubungan sosial pada klien yang memiliki harga diri rendah
14.9% lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki
harga diri tinggi sebesar 6.6%
2) Eksternal
Stressor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan
serta penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stressor dari luar
klien tersebut dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi,
situasi transisi peran dan peran sehat-sakit. Stuart (2000) yang
menyatakan bahwa seseorang dengan tipe keperibadian
introvert,menutup diri dari orang yang berarti dalam hidup nya.

b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan ancaman terhadap system diri .ancaman
terhadap system dari merupakan ancaman terhadap identitas diri,harga
diri,dan fungsi integeritas .ancaman terhadap system diri berasal dari
dua sumber yaitu ekternal dan internal. Sumber ekternal dapat di
sebabkan karena kehilanga orang yang sangat di cintai karena
kematian,perceraian,perubahan,setatus pekerjaan,dilemma etik,ataupun
tekanan sosialdan budaya.sedangkan sumber internaldi sebabkan karena
kesulitan membangun hubungan interpersonal di linkungan sekiar
seperti di lingkungan rumah atau di tempat krjadan ketidak mampuan
menjalan kan peran baru sebagai orang tua,pelajar atau
pekerja.penelitian tentang faktor lingkungan sebagai salah satu
penyebab isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki adil
yang cukup besar terhadap timbul nya harga diri rendah pada klien
seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokan klien dan
pada akhir nya akan mempengaruhi aktifitas kelien termasuk hubungan
dengan orang lain.

3. Penilian Stressor
Model stress Adaptasi Stuart (2009) mengidentrigasikan data dari
konsep psikonalsis,interpersonal,prilaku,genetik dan biologis.berbagai
konsep tersebut akan menjelaskan tentang penilaian steresor terhadap
seseorang terhadap respon yang akan di timbulkan akibat mengalami harga
diri rendah salah satu nya adalah isolisasi sosial. Penilain terhadap stressor
yang dialami klien dengan isolasi sosial meliputi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan social.
a. Kognitif
Stuart (2009) yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas
mencatat kejadian stress full dan reaksi di timbulkan secara
emosional,fisiologis,serta perilaku dan reaksi sosial seseorang yang di
tampilkan akibat kejadian stress full dalam kehidupan selain memilih
pola koping yang di gunakan.berdasarkan penilaian tersebut klien
dapat menilai ada nya sesuatu masalah sebagai ancaman atau potensi
b. Afektif
Respon afektif yang di tampilkan di pengaruhi
ketidakmampuan jangan panjang terhadap situasi yang
membahayakan sehingga mempengaruhi kecendrungan respon
terhadap ancaman terhadap harga diri klien.respon afektif pada klien
isolasi sosial adalah perasaan putus asa,sedih,kecewa,merasa tidak
bahagi dan merasa tidak di perhatikan menurut stuart dan laria (2005)
perasaan yang di rasakan klien tersebut dapat mengakibatkan menarik
diri dari lingkungan sekitar.
c. Fisiologis
Menurut stuart (2009) respon fisiologis terkait dengan
bagamana system fisilogis tubuh berespon terhadap stressor,yang
mengakibatkan perubahan terhadap sisten neuroendokrin,dan
hormonal.
Respon fisiologis merupakan respon neurobiologis yang
bertujuan untuk menyikapkan klien dalam mengatasi
bahaya.perubahan yang di alami oleh klien akan mempengaruhi
neurobiologist untuk mencegah stimulus yang mengancam.
Setiap klien yang di lahirkan memiliki system saraf pusat yang
sensitif terhadap stimulus yang membahayakan.respon perilaku dan
sosial yang di tampilkan klien merupakan hasil belajar dari
pengalaman sosial dan masa kanak kanak dan dewasa khusus nya
dalam mengahadapi berbagai stressor yang mengancam harga diri
klien.
d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosional dan fisioligis respon
perilaku isolasi sosial teridentifikasi 3 perilaku yang maladiktif yang
itu sering melamun,tidak mau bergaul dengan klien lain tidak mau
mengemukakan pendapat,mudah menyerah dan ragu ragu dalam
mengambil keputusan atau dalam melakukan tindakan
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif ,afektif,
fisiologis dan perilaku yang akan mempengaruhi hubungan, atau
interaksi dengan orang lain respon perilaku dan sosial
memperlihatkan bahwa klien dengan isolasi sosial lebih banyak
memberikan respon menghindar terhadap stressor yang di dalam
nya.respon negative yang di tampilkan merupakan akibat keterbatasan
kemampuan klien dalam melesaikan masalah dan keterbatasan klien
dalam melakukan penilaian terhadap stressor,sehingga klien memilih
stressor bukan sesuatu yang harus di hadapi atau di selesaikan.

4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang bisa di gunakan adalah pertahanan koping
dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego,Stuart
(2009) mengatakan pertahanan jangka pendek yang bisa di lakukan klien
isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis,missal nya dengan bekerja
keras,nonton televisi secara terus menerus,melakukan kegiatan untuk
mengganti identitas sementara,missal nya ikut kelompok
sosisal,keagamaan dan politik,kegiatan yang member dukungan
sementara,seperti mengikuti sesuatu kompetensi atau kontes popularitas,
kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalagunakan obat obatan.

5. Sumber Koping
Menurut Stuart (2009) , sumber koping merupakan pilihan atau
strategi bantuan untuk memutuskan mengenai dapan apa yang di lakukan
dalam menghadapi suatu masalah.dalam menggapai stressor klien dapat
menggunakan berbagai sumber koping yang di milikinya baik internal atau
eksterna.
a. Kemampuan Personal
Pada klien isolasi sosial kemampuan personal yang harus di
miliki meliputi kemampuan secara fisik dak mental kemampuan
secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat kemampuan
mental meliputi kemampuan kognitif,afektif,perilaku dan
sosial.kemampuan kognitif meliputi kemampuan yang sudah ataupun
yang belum di miliki klien didalam mengidentifikasi masalah,menilai
dan melesaikan masalah,sedangkan kemampuan afektif meliputi
kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan
perilaku terkait dengan kemampuan melakukan tindakan yang adek
kuat dalam melesaikan stressor yang di alami.kurang nya
dukungan,penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan
yang di miliki klien dari lingkungan sekitar klien akan mengakibatkan
rendah nya motivasi klien untuk melesaikan masalah yang di hadapi,
timbul nya rasa rendah diri yang pada akhir nya akan mengakibatkan
gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.temuan ini
sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh muslim (2001)
bahwa gejala negatif pada klien gangguan jiwa kronik adalah kurang
tidak ada nya motivasi.
b. Dukungan sosial
Taylor,dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan
membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor
dalam mencapai ketrampilan yang efektif pendapat lain yang
mendukung pernyataan di atas mengenai penting nya dukungan sosial
proses penyembuhan klien adalah pernyataan yang di ungkapkan oleh
sarafino (2002), yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan
perasaan caring penghargaan yang akan membantu klien untuk
mendapat menerima orang lain yang berasal dari keyakinan yang
berbeda.pendapat senada di uraikan oleh tomaras,et.al.,(2001 dalam
keliat,2003) yang menyatakan bahwa dukungan anggota keluarga di
dalam membantu merawat klien dengan skizofrenia akan mengurangi
frekuensi kekambuhan klien berdasarkan uraian di atas dapat di
simpulkan bahwa dengan dukungan sosial seseorang klien merasakan
ada nya cinta,penghargaan,membantu mencapai keterampilan sosial
dan koping yang adaktif serta yang terpenting adalah membantu
proses penyembuhan.
Sumber dukungan sosial pada klien isolasi sosial meliputi
dukungan yang di miliki klien baik yang di dapatkan dari
keluarga,perawat maupun dari lingkungan sekitar klien.dukungan
yang di berikan dapat berupa dukungan fisik dan psikologis.
Dukungan fisik yang di pengaruhi di peroleh melalui dukungan
keterlibatkan aktif dari keluarga,perawat,dokter serta tenaga kesehatan
lain nya yang dapat membantu klien mengatasi masalah.menurut
Stuart (2009) untuk mampu memberikan dukungan sosial kepada
klien dengan isolasi sosial keluarga harus memiliki kemampuan
seperti kemampuan mengenal masalah,menentukan masalah dan
melesaikan masalah kemampuan mengenal masalah tampak
pengetahuan keluarga tentang kondisi klien dan potensi yang di miliki
keluarga kemampuan menentukan masalah teridentifikasi dari
kemampuan untuk menentukan prioritas masalah sedangkan
kemampuan melesaikan masalah teridentifikasi kemampuan untuk
menentukan prioritas masalah sedangkan kemampuan melesaikan
masalah teridentifikasi dari kemampuan melakukan perawat baik
terhadapa klien maupun anggota keluarga lain nya.dukungan dapat di
lakukan keluarga meliputi pencegahan tersier yaitu membantu
memberikan perawatan di rumah sesuai dengan konsep teori yang ada.

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
dukung dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif, pasien mengungkapkan tentang :
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4) Ketidakmampuan berkonsentrasi
5) Perasaan ditolak
b. Data Objektif
1) Banyak Diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
5) Tampak sedih
6) Ekspresi datar dan dangkal
7) Kontak mata kurang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Isolasi Sosial 1.Membina hubungan Pertemuan 1
saling percaya 1. Identifikasi penyebab
2. Dapat isolasi sosial : siapa yang
mengidentifikasi serumah, siapa yang
isolasi sosial dekat dan apa sebabnya.
3. Dapat 2. Jelaskan keuntungan
memberitahukan punya teman dan
kepada klien bercakap-cakap
keuntungan punya 3. Jelaskan kerugian
teman dan bercakap- tidak punya teman dan
cakap tidak bercakap-cakap
4.Dapat 4. masukkan pada jadwal
memberitahukan
kegiatan untuk latihan
kepada klien kerugian
tidak punya teman dan berkenalan
tidak bercakap-cakap
5.Klien dapat
berkenalan dengan
pasien, perawat dan
tamu
1. klien dapat Pertemuan 2
berbicara saat 1. Evaluasi kegitan
melakukan kegiatan berkenalan dengan
harian beberapa orang. Beri
2. klien dapat pujian.
berkenalan dengan 2-3 2. Latih cara berbicara
orang pasien, perawat saat melakukan kegiatan
dan tamu harian.
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan
dengan 2-3 orang pasien,
perawat dan tamu,
berbicara saat melakukan
kegiatan harian.
1. Klien dapat Pertemuan 3
berbicara saat 1. Evaluasi kegiatan,
melakukan kegiatan latihan berkenalan
harian (beberapa orang ) dan
2. klien dapat bicara saat melakukan
berkenalan dengan 4-5 duaan kegiatan
orang , berbicara saat harian.berikan pujian.
melakukan 2 kegiatan 2. latih cara berbicara
harian saat melakukan kegiatan
harian (2 kegiatan baru)
3. masukkan dalam
jadwal kegiatan harian
untuk latihan berkenal
dengan 4-5 orang,
berbicara saat melakukan
4 kegiatan latihan.
1. klien dapat Pertemuan 4
berbicara sosial : 1. Evaluasi kegiatan
meminta sesuatu, latihan berkenalan,
menjawab sesuatu. bicara saat melakukan
2. klien dapat empat kegiatan harian.
berkenalan degan >5 Berikan pujian.
orang , orang baru dan 2. Latihan bicara sosial:
berbicara saat meminta sesuatu,
melakukan kegiatan menjawab pertanyaan.
harian sosialisasi. 3. masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan >5 orang,
orang baru berbicara saat
melakukan kegiatan
harian dan sosialisasi.
1. Klien Dapat Pertemuan 5-12
mandiri dalam 1. evaluasi kegiatan
berkenalan, berbicara latihan berkenalan,
saat melakukan berbicara saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan harian dan
sosialisasi sosialisasi. Berikan
pujian.
2. nilai kemampuan yang
telah mandiri
3. Nilai apakah isolisasi
sosial teratasi.

Reverensi :
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Indonesia
Stuart, G.W> & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatrich
Nursing, 8 ed. Missouri: Mosby, Inc
Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health Nursing Concepts Of Care in
Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A Davis Company

Anda mungkin juga menyukai