Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Definisi
Menurut Rice (1995), citra tubuh merupakan gambaran yang dimiliki
individu secara mental mengenai tubuhnya, gambaran tersebut dapat
berupa pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-
sensasi, kesadaran dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya (dalam
Mukhlis, 2013:7). Citra tubuh merupakan ide seseorang mengenai betapa
penampilan badannya menarik di hadapan orang lain (Chaplin, 2011:63).

B. Faktor-faktor
1. Faktor Predisposisi
Adanya riwayat :
a. Biologi :
Penyakit genetik dalam keluarga, pertumbuhan dan perkembangan
masa bayi, anak dan remaja, anoreksia, bulimia atau berat badan
kurang atau berlebih dari berat badan ideal, perubahan fisiologi
pada kehamilan dan penuaan, pembedahan elektif dan operasi,
trauma, penyakit atau gangguan organ dan fungsi tubuh lain ;
stroke, kusta, asthma dan lain-lain, pengobatan atau kemoterapi,
penyalahgunaan obat atau zat ; coccaine, amphetamine,
halusinogen dan lain-lain.
b. Psikologis
Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai masyarakat,
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, ideal diri tidak
realistis.
c. Sosial budaya
Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan, nilai budaya
bertentangan dengan nilai individu, pengalaman sosial yang tidak
menyenangkan, kegagalan peran sosial.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma
b. Penyakit, kelainan hormonal
c. Operasi atau pembedahan
d. Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan ; maturasi
e. Perubahan fisiologis tubuh ; kehamilan, penuaan
f. Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan ; radioterapi,
kemoterapi

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yand dapat diobservasi pada gangguan citra tubuh adalah
1. Hilangnya bagian tubuh
2. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi
3. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang yang
terganggu
4. Menolak melihat bagian tubuh
5. Menolak menyentuh bagian tubuh
6. Aktifitas sosial menurun

Sedangkan data yang bisa didapatkan saat wawancara adalah pasien :


1. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas
dengan hasil operasi
2. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
3. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan
4. Menolak berinteraksi dengan orang lain
5. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh
yang terganggu
6. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
7. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang

D. Respon Klien terhadap Perubahan Citra Tubuh


Menurut Riyadi (2009), respon pasien terhadap perubahan bentuk atau
keterbatasan meliputi perubahan dalam kebebasan, pola ketergantungan
dalam komunikasi dan sosialisasi.
1. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa
shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau
penerimaan).
b. Respon maladaptif: lanjutan terhadap penyangkalan yang
berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi
pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang
perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa
kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku
kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber
daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.
b. Respon maladaptif: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa
kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung
atau dengan keras menolak bantuan.
3. Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan
komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai
pendukung bagi yang lain.
b. Respon maladaptif: mengisolasikan dirinya sendiri,
memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak
mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,
frustrasi, tertekan)

E. Klasifikasi
Menurut Riyadi (2009), citra tubuh normal adalah persepsi individu yang
dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan
harga dirinya meningkat.
Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2009).
Stresor pada tiap perubahan, yaitu :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasanagn infus
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai
dengan pemasangan alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem
tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan
berubah, pemasagan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

F. Sumber Koping
1. Hubungan interpersonal dengan orang lain.
2. Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan sosial.
3. Bakat tertentu
4. Pekerjaan, penghasilan.
5. Keyakinan diri yang positif.

G. Mekanisme Koping

1. Konstruktif
a. Berfokus pada masalah : negosiasi, konfrontasi dan meminta
nasehat/saran.
b. Berfokus pada kognitif : perbandingan yang positif, penggantian
rewards, antisipasi.
2. Destruktif
Berfokus pada emosi : Denial, Proyeksi, Represi, Kompensasi, Isolasi.

H. Komponen Citra Tubuh


Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra
tubuh. Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya
lima komponen citra tubuh, yaitu :
1. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian
individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah
menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.
2. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu
terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
3. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu
kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti
wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki),
tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.
4. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu
kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat
badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan.
5. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu
persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari
kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan.

Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari,


2001) mengatakan citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:

1. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi


fisiknya yaitu mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam
mengestimasi ukuran tubuh seperti tinggi atau pendek, cantik atau
jelek, putih atau hitam, kuat atau lemah.
2. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan
ketidakpuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh yang meliputi
wajah, bibir, hidung, mata, rambut dan keseluruhan tubuh yang
meliputi proporsi tubuh, bentuk tubuh, penampilan fisik

I. Pohon Masalah

Isolasi Sosial Harga diri Rendah

Klien tidak mau berinteraksi Klien tidak mau melihat dengan orang
lain wajahnya dicermin

Klien malu dengan kondisinya Klien kehilangan kepercayaan diri

Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk tubuh

Kekerasan fisik

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah : Gangguan Citra Tubuh
(Body Image, Disturbed)

K. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh
Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
gangguan citra tubuh menurun
Kriteria hasil:
1. Gambaran diri meningkat
2. Gambaran diri sesuai
3. Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya
Intervensi Rasional
1. Binalah hubungan saling percaya 1. Dasar mengembangkan tindakan
antara klien dengan perawat keperawatan
2. Berikan kesempatan 2. Klien membutuhkan
pengungkapan perasaan pengalaman didengarkan dan
3. Bantu klien yang cemas dipahami
mengembangkan kemampuan 3. Menetralkan kecemasan yang
untuk menilai diri dan mengenali tidak perlu terjadi dan
masalahnya memulihkan realitas situasi,
4. Dukung upaya klien untuk ketakutan merusak adaptasi
memperbaiki citra diri klien
5. Dorong klien agar bersosialisasi 4. Membantu meningkatkan
dengan orang lain penerimaan diri dan sosialisasi
5. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi

L. Evaluasi
Gangguan citra tubuh
1. Klien mengatakan dapat menerima keadaan tubuhnya
2. Klien dapat mengaplikasikan strategi koping

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. (2001). Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC
Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore : Elsevier
Wijayaningsih, K. S. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) I PASIEN


PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH
Hari/tanggal :
Pertemuan :
Dx / SP : Gangguan Citra Tubuh / I
Ruangan :
Nama klien :
Nama petugas :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif

b. Data Objektif

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan Keperawatan
Pasien mampu :
a. Mengidentifikasi perasaan
b. Mendiskusikan aspek positif bagian tubuh
c. Melakukan kegiatan untuk dilatih
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang hilang,
rusak, mengalami gangguan
b. Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh
c. Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik

SP 1 : Pasien
Membina hubungan saling percaya, diskusi tentang citra tubuh, harapan, dan
potensi yang dimiliki

Orientasi :
“ Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya … panggil saja … mahasiswa D3
keperawatan Purwokerto, saya datang untuk merawat …, nama … siapa ? dan
senang dipanggil apa?
“Bagaimana perasaan … hari ini. Bagaimana penyembuhan lukanya …
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan … terhadap kaki …
yang terganggu (perhatikan data-data gangguan citra tubuh !) Mau berapa
lama ? Bagaimana kalau 30 menit ? Mau dimana kita bercakap-cakap,diruang
tamu ?”

Kerja :
“Bagaimana perasaan … tentang kaki yang sudah mulai sembuh ?Apa harapan …
untuk penyembuhan ini.
“Baik, gaimana kalau kita bicarakan potensi bagian tubuh … yang lain. Mari kita
mulai dari..... (Boleh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki), Nah mata …
masih awas ya, Bagus ! Bagaimana dengan kedua tangan … dst (Jadi ada daftar
potensi tubuh yang masih prima). Wah!, banyak sekali yang masih berfungsi
dengan baik yang perlu disyukuri”

Terminasi :
“Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap? Wah ! banyak sekali
bagian tubuh … yang masih berfungsi dengan baik (sebutkan beberapa)
“Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan menggunakan potensi tubuh yang
masih baik (masukkan jadwal kegiatan)
“Baik, dua hari lagi kita bertemu untuk membicarakan cara memenuhi harapan …
yang terganggu. Mau jam berapa … Baik ! sampai jumpa. Assalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) II PASIEN
PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Hari/tanggal :
Pertemuan :
Dx / SP : Gangguan Citra Tubuh / II
Ruangan :
Nama klien :
Nama petugas :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif

b. Data Objektif

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan Keperawatan
Pasien mampu :
a. Melakukan aktivitas sehari-hari
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
b. Latihan interaksi secara bertahap: jadwal kegiatan sehari-hari,
aktivitas dalam keluarga dan sosial (teman atau orang lain yang
berarti/ mempunyai peran penting baginya)
c. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi
SP 2 : Pasien
Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, mengidentifikasi dan melakukan
cara meningkatkan citra tubuh.

Orientasi :
“Assalamualaikum … sedang apa sekarang? Bisa kita bercakap -cakap ?
“Bagaimana perasaan … hari ini? Apakah sudah dicoba kegiatannya sesuai
jadwal? bagaimana perasaannya setelah mencoba ?
“Baik, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara meningkatkan fungsi
kaki … ? Mau berapa lama, bagaimana kalau 30 menit ? Mau bicara dimana …
bagaimana kalau di ruang tamu ?”

Kerja :
“… selama ini apa yang … lakukan agar kaki … berfungsi kembali? Dan apa
yang … lakukan untuk mengurangi rasa malu ? Beri pujian jika jawaban pasien
positif
“… ada beberapa cara yang dapat dilakukan :
1. Untuk mengurangi rasa malu dilihat oleh orang lain, mbak bisa melakukan
menutupi bagian tubuh yang berubah misalnya pakai rok panjang.
2. Untuk mengembalikan fungsinya dengan cara mengganti dengan yang palsu,
misalnya wig, kaki palsu, kosmetik
3. Menerima perubahan yang terjadi dengan menyentuh, melihat bagian yang
berubah.
“Nah, yang mana yang mau dicoba ? (Jika pasien ingin kaki palsu, saudara
harus mencari informasi)
“Selain itu … bisa melakukan sosialisasi dengan keluarga dan teman - teman lain
melalui berbagai aktifitas”

Terminasi :
“Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap? Apa berapa cara tadi
yang bisa dicoba ? Bagus !
“Nah, silahkan coba dengan pakaian yang panjang. Adakan ya rok panjang …?”
“Baik, dua hari lagi kita bertemu, kita akan bicara tentang bagaimana
bercakap-cakap dengan orang lain (Gunakan Modul Isolasi Sosial). Untuk
informasi kaki palsu, saya akan cari dulu, segera saya beritahu. Sampai
jumpa. Assalamualaikum!”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) I KELUARGA
PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Hari/tanggal :
Pertemuan :
Dx / SP : Gangguan Citra Tubuh / I Keluarga
Ruangan :
Nama klien :
Nama petugas :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif

b. Data Objektif

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu :
a. Mengungkapkan masalah yang dialami keluarga selama merawat
pasien
b. Memahami proses terjadinya dan cara mengatasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dialami keluarga selama merawat pasien
b. Menjelaskan proses terjadinya dan cara mengatasi gangguan citra
tubuh
SP 1 : Keluarga
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga, menjelaskan proses terjadinya
gangguan Citra tubuh dan cara mengatasinya.

Orientasi :
“Assalamualaikum, … ? Perkenalkan nama saya …, senang di panggil …
mahasiswa D3 keperawatan Purwokerto. Bagaimana perasaan … hari ini? Nama
… siapa, panggilannya? Bagaimana kalau bercakap-cakap selama 30 menit,
tentang kesehatan … ? Mau duduk dimana kita? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”

Kerja :
“ Apa yang … rasakan menjadi masalah dalam pemulihan perawatan …?”
“ … sendiri bagaimana perasaannya melihat …?”
“ Iya, benar … menghadapi dua masalah, yang pertama pemulihan luka operasi
karena amputasi yang saat ini lukanya sudah mulai sembuh. Yang kedua
perasaan … yang masih sukar menerima kenyataan bagian tubuhnya yang
hilang. Dia juga masih malu untuk bertemu dengan orang lain.”
“Untuk itu ada beberapa cara yang … bisa lakukan agar … bisa menerima
keadaan ini.”
1. … fokuskan memberi pujian setiap kegiatan yang … dapat lakukan
2. … tolong bantu … memfokuskan kegiatan pada bagian tubuh yang masih
dapat berfungsi dengan baik
3. Ada beberapa cara untuk memulihkan fungsi kaki … yaitu memakai kaki
palsu atau tetap pakai tongkat (jelaskan cara mendapatkan kaki palsu)
4. Untuk mengurangi rasa malu :
a. Dorong memakai rok/celana panjang
b. Libatkan melakukan kegiatan rumah tangga
c. Libatkan bersosialisasi dengan keluarga, tetangga, dll
5. Bantu menerima bagian tubuh dengan cara melihat saat ganti verban dan
jangan menghina kecacatan tsb.
“ Yang mana kira-kira yang dapat … lakukan segera ? Bagus sekali !”

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan … setelah kita bercakap-cakap ? Coba … sebutkan cara
cara merawat …? Bagus sekali !
“ Coba … buat jadwal bergantian memperhatikan …”
“ Baiklah, dua hari lagi saya datang, kita akan bicarakan hal -hal yang telah …
lakukan serta mencoba bercakap-cakap langsung dengan …? Sampai jumpa.
Assalamualaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) II KELUARGA
PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Hari/tanggal :
Pertemuan :
Dx / SP : Gangguan Citra Tubuh / II Keluarga
Ruangan :
Nama klien :
Nama petugas :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif

b. Data Objektif

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu :
a. Mempraktikan cara merawat pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Mempraktikan cara merawata pasien dengan gangguan citra tubuh
SP 2 : Keluarga
Melatih cara merawat dan mengevaluasi kemampuan pasien

Orientasi :
“Assalamualaikum, … sedang apa ? Bisa kita bercakap-cakap ? Baik, bagaimana
…? Sudah … coba cara yang kita diskusikan dua hari yang lalu ? Bagaimana
hasilnya ?
“Baik, sekarang kita akan coba langsung ke …. Bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang kegiatan yang masih … lakukan tanpa terganggu dengan bagian
tubuh yang sakit? Saya punya waktu 30 menit, Oke!?”

Kerja :
“Mari … kita temui …. “… lagi ngapain ? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
sebentar ? Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan ? (pasien mengatakan
beberapa). Bagus sekali ! wah … hebat”
“Kembali duduk : ”Bagaimana …, sudah lihat cara yang kita lakukan tadi ? Apa
saja yang sudah dapat dilakukan …. Bagus !”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan … ?”
“Apa lagi yang perlu dilakukan untuk …. Kapan … mau melakukannya?
Bagus!”
“Baiklah, dua hari lagi saya kembali. Nanti kita bicarakan kemungkinan -
kemungkinan, cita-cita … dapat diwujudkan. Assalamu’alaikum, sampai jumpa”

Anda mungkin juga menyukai