Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan sistem dinamis yang menempatkannya pada


rentang sehat-sakit. Respons adaptif maupun maladaptif yang muncul meliputi
seluruh aspek biopsikososiokultural yang holistik (Stuart, 2013).
Terganggunya salah satu dari sistem tersebut akan diikuti dengan adanya
perubahan pada sistem tubuh yang lain. Perubahan dapat berupa munculnya
koping individu yang sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimilikinya.
Penyakit fisik sering dipahami oleh klien sebagai ancaman yang dapat
menyebabkan perubahan yang memicu munculnya ansietas dan gangguan
citra tubuh. Masalah gangguan citra tubuh yang bisa membuat pasien
gangguan jiwa yang tidak diatasi dengan baik akan menjadi faktor comorbid
yang dapat memperberat prognosis penyakit fisik. Respons ansietas dan
gangguan citra tubuh dapat pula merupakan hasil adaptasi klien dengan
perubahan fisik dan lingkungannya.
Adaptasi klien dan care giver dapat berupa: penyesuaian diri, perubahan
gaya hidup dan aktivitas yang masih dimungkinkan untuk dilakukan lagi
setelah terjadi gangguan kondisi kesehatannya (Llyod & Guthrie, 2007).
Dengan diterapkannya konsep consultation liaison mental health nursing
(CLMHN) pada klien dengan masalah psikososial, keseimbangan homeostasis
dapat terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi gangguan citra tubuh?


2. Apa perkembangan citra tubuh positif ?
3. Apa saja penyebab gaangguan citra tubuh ?
4. Apa saja tanda dan gejala gaangguan citra tubuh ?

1
5. Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi gaangguan citra tubuh ?
6. Bagaimana Respon Klien terhadap Gangguan Citra Tubuh ?
7. Bagaimanaa Stressor yang dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh ?
8. Apa saja Negatif dan Positif Citra Tubuh ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan gaangguan citra tubuh ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah untuk menambah pengetahuan
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya mengenai
gangguan Citra tubuh.

2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi gangguan citra tubuh
2) Mengetahui perkembangan citra tubuh positif
3) Mengetahui penyebab gaangguan citra tubuh
4) Mengetahui tanda dan gejala gaangguan citra tubuh
5) MengetahuiFaktor-Faktor yang Mempengaruhi gaangguan citra
tubuh
6) Mengetahui Respon Klien terhadap Gangguan Citra Tubuh
7) Mengetahui Stressor yang dapat Menyebabkan Gangguan Citra
Tubuh
8) Mengetahui Negatif dan Positif Citra Tubuh
9) Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan gaangguan citra tubuh

2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah

1. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan citra tubuh serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan
pasien dengan gangguan jiwa pada lansia “gangguan citra tubuh”
3. Bagi Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UNUSA
Bahan masukan bagi calon perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan citra tubuh

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh adalah kumpulan
dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya,
termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak
puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan.

2.2 Perkembangan Citra Tubuh Positif

Pada anak misalnya perspektif sekarang dan masa lalu klien tentang
tubuhnya, fungsi fisiologis, pematangan perkembangan dan tanggapan dari
orang lain mempengaruhi periode kritis pembangunan untuk pembentukan
citra tubuh karena perubahan pubertas memaksa perubahan citra tubuh
remaja. Sebagai tambahan informasi, perkembangan citra tubuh posiitif
menurut usia dipetakan di bawah ini (Boyd dalam carpenito-Moyet, 2009).

Usia Perkembangan
Lahir hingga 1 tahun a. Belajar untuk menoleransi
frustasi kecil
b. Belajar untuk percaya
1-3 tahun a. Belajar menyukai tubuh
b. Mempelajari penguasaan :
 Keterampilan motoric
 Kemampuan bahasa
Pelatihan usus ( bowel
training)
3-6 tahun a. Belajar inisiatif

4
b. Belajar mengenai sex typing
(anak menyadari gendernya
dan berperan sesuai denan nilai
dan atribut tersebut)
c. Mengidentifikasi dengan
parenting model (keluarga)
d. Meningkatkan keterampilan
(motorik, bahasa)
6-12 tahun a. Mengembangkan ketekunan
(sense of industry)
b. Memiliki identifikasi peran
seks yang jelas
c. Mempelajari interaksi rekan
Mengembangkan keterampilan
akademik
Remaja a. Menetapkan identitas diri dan
peran seksual
b. Menggunakan pemikiran
abstrak
Mengembangkan system nilai
pribadi

2.3 Penyebab Gangguan Citra Tubuh

Gangguan citra tubuh disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kerusakan atau
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh
serta tindakan pembedahan. Selain itu gangguan citra tubuh juga dapat
disebabkan oleh penyakit, seperti splenomegaly. Splenomegali merupakan
pembesaran organ limpa yang terus menerus, sehingga mengakibatkan
pembesaran abdomen kuadran kiri klien. Kondisi semacam ini membuat klien
tidak puas dengan kondisi tubuhnya.
2.4 Tanda dan gejala gangguan citra tubuh

5
Adapun tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut (muhith, 2015).

1) Menolak melihat dan penyentuh bagian tubuh yang berubah


2) Tidak menerima perubahan tubuh yang delah terjadi/akan terjadi
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh
4) Persepsi negatif pada tubuh
5) Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6) Mengungkapkan keputusan
7) Mengungkapkan ketakutan

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan


fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh
dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri.Selain itu, sikap dan nilai
kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang
lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting
pada aspek psiko loginya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya,
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa
aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.Proses
tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal
seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih
besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri
(Potter& Perry, 2005).Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan citra
tubuh:
1) Operasi
Seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah
gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik dan
lain –lain.

6
2) Kegagalan fungsi tubuh
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu
tidak mengakui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan
fungsi saraf.
3) Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan
penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
4) Tergantung pada mesin
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai
tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan
penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
5) Umpan balik interpersonal yang negatif 
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian
sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
6) Standard sosial budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut.

2.6 Respon Klien terhadap Gangguan Citra Tubuh

1.    Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:


1) Respon penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
2) Respon mal-adaptip
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan
bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang
bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau
perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

7
2.      Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
1) Respon penyesuaian
Merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat
keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru
terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi
yang saling mendukung dengan keluarga.
2) Respon mal-adaptip
Menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannyaterhadap
yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak
bantuan.
3.     Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
1) Respon penyesuaian
Memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima
tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
2) Respon mal-adaptip
Mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan
kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri
sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan).

2.7 Stressor yang dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh

1.        Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2.        Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infuse.
3.        Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh.
4.        Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
5.        Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6.        Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dll).

8
2.8 Negatif dan Positif Citra Tubuh

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan
bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan
pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan 
badannya.
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang
bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam
menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang
waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori.

9
BAB 3
APLIKASI TEORI

3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Citra Tubuh

1. Pengkajian

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh perawat dalam mengkaji


gangguan citra tubuh adalah faktor predisposisi serta tanda dan gejala.

1) Factor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi.Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
terdiri dari tiga, yaitu faktor biologis, psikologis, dan social budaya.
 Faktor biologis
Gangguan citra tubuh turut dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor
biologis yang paling dominan terlihat adalah ketidakpuasan
terhadap bentuk dan ukuran tubuh, akan tetapi, hal ini bukanlah
pemicu utama. Bolton (2010) menyatakan bahwa faktor yang
berhubungan dengan kesehatan turut mempengaruhi citra tubuh
seseorang, seperti pada klien penderita penyakit kronis atau kondisi
lain, serta amputasi , stroke, mastektomi, luka bedah, luka bedah,
cedera saraf tulang belakang atau hilangnya bagian atau fungsi
tubuh.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis berkaitan dengan keadaan depresi, rendah diri,
dan ketidaksempurnaan yang dirasakan oleh seseorang.Depresi dan
rendah diri berkontribusi terhadap pandangan negative tentang diri
sendiri.Selain itu, perfeksionisme juga turut menyebabkan adanya
harapan yang tidak realistis dari berat badan, bentuk, dan
penampilan.

10
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial dan budaya yang kuat mempengaruhi citra tubuh pada
kaum muda.Faktor sosial budaya dapat dilihat dari beberapa hal,
diantaranya adalah pesan media dan keluarga. Dari masa kanak-
kanak sampai dewasa, televise, papan reklame, film, video music,
video game, game computer, mainan, internet, dan majalah
menyampaikan gambaran tentang daya tarik, kecantikan, bentuk,
ukuran, kekuatan dan berat ideal (croll,2005).
Di sisi lain, kekhawatiran dan tekanan keluarga juga dapat
menyebabkan ketidakpuasan tubuh dan ansietas tubuh. Sosialisasi
mendorong laki-laki untuk berusaha menjadi lebih kuat dan lebih
maju, sementara perempuan membuat tubuhnya lebih indah. Orang
tua juga cenderung menjadi kurang positif dan lebih kritis
mengenai penampilan anak-anak mereka, makan, dan aktivitas fisk
saat mereka masuk dan melewati masa remajanya. Perhatian orang
tua terhadap anak-anak yang kurus atau dorongan untuk
menghindari kegemukan dapat mempengaruhi orang muda menjadi
pelaku diet konstan dan menggunakan metode pengendalian berat
badan yang tidak sehat.

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dapat dinilai dari ungkapan klien
yang menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan
didukung dengan data hasil wawancara dan observasi.
1) Data subejktif
 Perubahan gaya hidup
 Takut akan penolakan atau reaksi oleh orang lain
 Fokus pada kekuatan, fungsi, atau penampilan masa lalu
 Perasaan negatif tentang tubuh
 Perasaan tak berdaya, keputusan atau ketidakberdayaan
 Preokupasi (terpaku pada satu hal) dengan perubahan atau kerugian
 Penekanan pada kekuatan yang tersisa dan pencapaian yang tinggi

11
 Ekstensi batas tubuh untuk bergabung dengan objek lingkungan
 Depersonalisasi sebagian atau kerugian kata ganti impersonal
 Penolakan untuk memverifikasi perubahan yang sebenarnya

2) Data objektif
 Hilangnya bagian tubuh
 Perubahan actual dalam struktur atau fungsi
 Menghindar untuk melihat atau menyentuh bagian tubuh
 Mengekspos tubuh secara berlebihan (overexposure) dengan
disengaja atau tidak disengaja
 Trauma atas adanya bagian tubuh yang tidak berfungsi
 Perubahan dalam keterlibatan social
 Perubahan kemampuan untuk memperkirakan hubungan spasial
tubuh terhadap lingkungan

3. Komponen Citra Tubuh


Citra tubuh terdiri dari tiga komponen, yaitu realitas tubuh (body reality),
ideal tubuh (body ideal), dan perwujudan tubuh (body presentation) (price
dalam carpenito-Moyet,2009)
1) Realitas tubuh
Pada komponen ini, tubuh seperti itu benar-benar ada, dibatasi oleh
efek genetika manusia dan keausan kehidupan dilingkungan luar
(seperti yang mungkin dijelaskan dalam pemeriksaan dokter formal).
Hal ini dapat berubah, baik akibat proses penuaan dan karena kita
menggunakan dan menyalahgunakannya, perubahan nyata dalam
realitas tubuh dikaitkan dengan trauma, keganasan, infeksi, dan
malnutrisi.
2) Ideal tubuh
Ideal tubuh merupakan gambaran di kepala kita tentang bagaimana kita
ingin tubuh kita terlihat dan tampil. Hal-hal yang mempengaruhi idel
tubuh meliputi norma social dan budaya, periklanan, dan perubahan
sikap terhadap kebugaran dan kesehatan. Perubahan dalam realitas

12
tubuh mengancam ideal tubuh, namun kelainan pada ideal realitas
tubuh (misalnya : anoreksia nervosa) juga dapat mempengaruhi
ekuilibrium secara langsung.

3) Perwujudan tubuh
Kenyataan tubuh jarang memenuhi standar ideal tubuh.Dalam upaya
membuat kedua keseimbangan ini, penyajian tubuh digunakan. Hal ini
adalah tentang bagaimana tubuh secara harafiah disajikan ke
lingkungan luar, seperti cara kita berpakaian, mempelai pria, berjalan,
berbicara, berbose, dan menggunakan alat peraga, seperti tongkat atau
alat bantu dengar. Sama halnya, kelumpuhan atau kehilangan anggota
tubuh (realitas tubuh) juga mempengaruhi penyajian tubuh.

2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data yang di kaji, diagnosis masalah gangguan citra tubuh di
tampilkan dalam pohon masalah berikut ini:

gangguan konsep diri: harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk, ukuran, fungsi serta


kehilangan anggota tubuh

13
3. Rencana Keperawatan Gangguan Citra Tubuh

Diagn
Perencanaan
osa
kepera
Tujuan (tuk/tum) Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
watan
Gangg TUM : Pasien menunjukka 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan
uan Pasien dapat tanda-tanda percaya percaya dengan diri pasien
citra tubuh dan dapat kepada perawat megemukakan prinsip merupakan hal
tubuh berinteraksi melalui: komunikasi terapiutik: yang akan
dengan orang lain a. Ekspresi a. Mengucapkan salam memudah
tanpa terganggu wajah cerah, terapiutik. Sapa perawat dalam
TUK 1: tersenyum pasien dengan melakukan
Pasien dapat b. Mau ramah, baik verbal pendekatan
membina berkenalan maupun non verbal keperawatan
hubungan saling c. Ada kontak b. Berjabat tangan atau intervensi
percaya mata dengan pasien selanjutnya
d. Bersedia c. Pekenalan diri terhadap
menceritaka dengan sopan pasien
n perasaan d. Tanyakan nama
e. Bersedia lengap pasien dan
mengungkap nama panggilan
an masalah yang disukai pasien
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu pasien
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya

14
h. Beri perhatian
kepada pasien dan
perhatian kebutuhan
dasar pasien
TUK 2: Kriteria evaluasi: Diskusikan presepsi pasien Kekuatan ego
Mengidentiofikasi Pasien dapat tentang citra tubuhnya: dulu tingkat
citra tubuh pasien mengidentifikasi saat ini, perasaan tentang citra tertentu,
citra tubuhnya tubunya dan tubuhnya dan seperti
harapan terhadap citra kapasitas
tubuhnya saat ini untuk uji
realitas,
kontrol diri,
atau tingkat
integritas ego,
dibutuhkan
sebagai dasar
asuhan
keperawatan
kemuadian.
TUK 3: Kriteria hasil: Diskusi potensi bagian tubuh Memfasilitasi
Pasien dapat Pasien dapat yang lain dengan
mengidentifikasi mengidentifikasi memanfaatkan
potensi (aspek potensi positif yang kelebihan.
positif) dirinya dimiliki Keterbukan
dan pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
adalah
prasarat untuk
berubah.
Pengertian
tentang

15
kemampuan
yang dimiliki
diri
memotivasi
pasien untuk
tetap
mempertahank
an
penggunaan
TUK 4: Kriteria hasil : 4.1 bantu pasien untuk Pasien lebih
Pasien dapat Pasien tahu meningkatkan fungsi percaya diri
mengetahui cara- bagaimana bagian tubuh yang
cara atau tindakan meningkatkan citra terganggu
untuk tubuh
meningkatkan
citra tubuh
TUK 5: Kriteria hasil: Ajarkan pasien menungkatkan Pasien
Pasien dapat Pasien citra tubuh dengan cara : bertanggung
melakukan cara- mendemostrasikan 5.1. gunakan protese, wing, jawab
cara untuk tindakan yang akan kosmetik atau yang terhadap
meningkatkan mengurangi lainnya sesegera dirinya dalam
citra tubuh gangguan citra mungkin. Gunakan meningkatkan
tubuhnya pakaian yang baru. citra tubuh.
5.2. motivasi pasien untuk Motivasi
melihat bagian yang penting untuk
hilang secara lengkap meningkatkan
5.3. bantu pasien menyentuh rasa percaya
bagian tersebut. diri pasien.
5.4. motivasi pasien untuk
melakukan aktivitas yang
mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal
TUK: Kriteria hasil: Lakukan interaksi secara Agar pasien

16
Pasien dapat Pasien merasa bertahap dengan cara: lebih percaya
berinteraksi dirinya berharga 6.1. susun jadwal kegiatan diri
dengan orang lain dan dapat sehari- hari Setelah dapat
tanpa terganggu berinteraksi tanpa 6.2. dorong pasien untuk berinteraksi
gangguan melakukan aktifitas dengan orang
sehari-hari dan terlibat lain dan
dalam aktifitas keluarga memberi
dan sosial kesempatan
6.3. dorong pasien untuk pasien dalam
mengunjungi teman atau mengikuti
orang lain yang aktivitas,
berarti/mempunyai peran pasien merasa
penting baginya lebih percaya
6.4. beri pujian terhadap diri.
keberhasilan pasien Motivasi
melakukan interaksi. penting untuk
meningkatkan
utuk
meningkatkan
rasa percaya
diri pasien
TUK 7: Kriteria evaluasi: 7.1. jelaskan dengan keluarga Keluarga
Pasien dapoat 1. Keluarga tentang gangguan citra metrupakan
dukungan dapat tubuh yang terjadi pada sistem
keluarga untuk mengenal pasien pendukung
mengontrol masalah 7.2 jelaskan kepada keluarga utama bagi
gangguan citra gangguan cara mengatasi masalah pasien dan
tubuh citra tubuh gangguan citra tubuh merupakan
2. Keluarga 7.3 menyediakan fasilitas bagian penting
mengetahui untuk memenuhi kebutuhan dari
cara kebutuhan pasien di rumah rehabilitasi
mengatasi 7.4 memfasilitasi interaksi di
masalah rumah

17
gangguan 7.5 melaksanakan kegiatan di
citra tubuh rumah dan sosial
3. Keluarga 7.6 memberikan pujian atas
mampu kegiatan yang telah
merawat dilakukan pasien
pasien 7.7 ajarkan kepada keuarga
gangguan untuk mengevaluasi
citra tubuh perkembangan
4. Keluarga kemampuan pasien, seperti
mampu pasien mampu menyentuh
mengevalua dan melihat anggota tubuh
si yang terganggu,
kemampuan melakukan aktifitas di
pasien dan rumah dan di masyarakat
memberikan tanpa hambatan.
atas 7.8 berikan pujian yang
keberhasilan realistis terhadap
nya keberhasilan keluarga
7.9 TAK: stimulasi persepsi
HDR

BAB 4
TINJAUAN KASUS

4.1 Contoh Kasus

18
Tn.Y usia 28 tahun, pekerjaan sebelumnya supir angkot, mengalami
kecelakaan kendaraan mobil saat bekerja. Oleh keluarganya klien dibawa ke
rumah sakit.Karena kondisi kaki kanannya yang tidak memungkinkan dan
keadaan lukanya cukup parah maka kaki kanannya harus diamputasi.
Karena kondisi klien saat ini, klien sangat malu dengan keadaan sekarang,
klien merasa tidak berguna lagi.
Ketika perawat mengkaji keadaannya, klien mengatakan merasa tidak
berguna lagi bagi keluarganya, klien mengatakan hanya sebagai beban saja
dalam keluarga, klien mengatakan merasa gagal sebagai kepala rumah tangga
karena sudah tidak bisa bekerja untuk menafkahi keluarganya seperti biasa.
Klien mengatakan merasa malu dengan kakinya yang sekarang. Klien sering
terlihat menyendiri. Klien tampak sering menunduk. Klien tidak mau melihat
kakinya dan tidak mau menunjukkan kaki kanannya yang diamputasi kepada
siapapun.

4.2 Pembahasan Kasus


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengkajian dilakukan cara mengidentifikasi:
1) Identifikasi klien dan penanggung
Nama : Tn. Y Pekerjaan : Sopir angkot
Umur : 28 Th RM No. : 1234xx
Alamat : wonokromo Tgl masuk : 20 januari 2019
Pendidikan : Smk Tgl pengkajian: 20 januari 2019

2) Alasan dirawat
Pasien mengatakan Karena kondisi klien saat ini, klien sangat malu
dengan keadaan sekarang, klien merasa tidak berguna lagi.
3) Riwayat penyakit

19
Pasien mengatakan Klien tidak memiliki penyakit menurun atau
menular dan klien tidak memiliki riwayat trauma lainnya
4) Faktor Predisposisi
Klien tidak mengalami perubahan sikap saat berkomunikasi
sejak ia dirawat di rumah sakit
5) Faktor Presipitasi
Pasien mengatakan merasa malu dengan kakinya yang sekarang.
Klien sering terlihat menyendiri. Klien tampak sering menunduk.
Klien tidak mau melihat kakinya dan tidak mau menunjukkan kaki
kanannya yang diamputasi kepada siapapunmengenai bagian
tubuhnya yang sakit.
6) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Klien tudak pernah mengalami masalah gangguan jiwa di masa
lalu
7) Riwayat Kesehatan Keluarga

x x x
x
x

Keterangan :
x : laki- laki meninggal dunia
xX : perempuan meninggal dunia
: laki-laki hidup
: perempuan hidup
: pasien
8) Penilaian Terhadap Stresor
Sumber koping : kemampuan personal
9) Aktifitas/istirahat
 Sering duduk dan mengamati orang lain

20
 Aktivitas motorik klien terganggu karena mengalami
kelemahan di extremitas kanan yaitu tangan dan kaki. Tonus
otot 0
 Klien tidak mau melihat kakinya dan tidak mau menunjukkan
kaki kanannya yang diamputasi kepada siapapun.

1)  Pembicaraan
 Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang
diberikan dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara
mengenai satu topik dengan jelas.

2) Makan atau minum


 Kurang minat pada atau melupakan waktu makan, bergantung
pada orang lain untuk makan
3) Hygiene.

 Klien  berpenampilan cukup, klien menggunakan sarung kotak-


kotak berwarna merah dan memakai baju kaos singlet, rambut
cukup bersih dan rapi.

4) Eliminasi

 Klien tidak mampu melakukan BAK dan BAB sendiri. Klien


dibantu dalam pemenuhan kebutuhan eliminasinya.

5) Neurosensorik
 pasien mengatakan pasien mengalami penurunan terhadap
dalam kemampuan kognitif dan perubahan perilaku
6) Interaksi sosial
 Kontak mata kurang
 Sering menunduk

Analisa Data

1) Data Subjektif
a. Klien mengatakan hanya sebagai beban saja dalam keluarga

21
b. Klien mengatakan merasa gagal sebagai kepala rumah
tangga karena sudah tidak bisa bekerja untuk menafkahi
keluarganya seperti biasanya.
c. Klien mengatakan merasa malu dengan kakinya yang
sekarang.
2) Data Objektif
a. Klien tampak sering menunduk.
b. Klien tidak mau melihat kakinya dan tidak mau
menunjukkan kaki kanannya yang diamputasi kepda
siapapun.
c. Klien sering terlihat menyendiri.
2. Analisa Data

No. Data Problem


1. Ds : Gangguan konsep diri :
a. Klien mengatakan hanya Harga diri rendah
sebagai beban saja dalam
keluarga.
b. Klien mengatakan merasa
gagal sebagai kepala rumah
tangga karena sudah tidak
bisa bekerja untuk
menafkahi keluarganya
seperti biasanya.
c. Klien mengatakan merasa
malu dengan kakinya yang
sekarang.
Do :
Klien tampak sering menunduk
2. Ds : klien mengatakan merasa malu Gangguan perubahan citra
dengan kakinya yang sekarang. tubuh
Do : klien tidak mau melihat kaki
kanannya dan tidak mau

22
menunjukkan kakinya yang
diamputasi kepada siapapun.
3. Ds : - Gangguan Isolasi Sosial :
Do : klien sering terlihat menarik diri
menyendiri

3. Pohon Masalah

Gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep diri : gangguan citra tubuh

Risiko Kerusakan Interaksi Sosial: kecemasan

4. Prioritas Masalah
Gangguan Konsep diri : Gangguan citra tubuh
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh
6. Intervensi

Sp 1 pasien
Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien
Sp 2 Pasien
Klien dapat mengidenti-fikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki

Sp 3 Pasien
Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan

Sp 4 Pasien

Bantu klien meningkatkan harga dirinya

23
Sp 1 keluarga
Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien.
Sp 2 Keluarga
keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
Sp 3 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

24
Hari/t Dx. Perencanaan
gl/ jam Kep. Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Mingg Ganggu TUM :
u , 20 an Klien dapat
Januari konsep meningkatkan
2019 diri harga dirinya /
09.00 berhub harga diri klien
WIB ungan meningkat.
dengan
ganggu TUK :
an citra 1.Klien dapat
tubuh membina Setelah 1x Bina hubungan Pembinaan
hubungan saling pertemuan selama saling percaya hubungan
percaya 15 menit dengan : saling percaya
diharapkan -      Sapa klien dengan merupakan
klienmenunjukkan ramah baik verbal dasar
tanda-tanda maupun non verbal terjalinnya
percaya kepada-     Perkenalkan diri komunikasi
perawat : dengan sopan. terbuka
-       Wajah klien cerah-      Tanyakan nama sehingga
dan tersenyum lengkap klien dan meningkatkan
-       Klien mau nama panggilan rasa
membalas salam. yang disukai. komunikasi
-       Klien mau-      Jelaskan tujuan klien.
menyebutkan nama pertemuan.
sambil berjabat-      Jujur dan menepati
tangan dan ada janji
kontak mata -      Tunjukkan sikap
-       Klien bersedia empati dan
menceritakan menerima klien apa
perasaannya adanya.

2. Klien dapat Setelah 1x     Diskusikan Mengetahui


mengidenti- pertemuan selama kemampuan dan kemampuan
fikasi 15 menit aspek positif yang positif yang
kemampuan dan diharapkan klien dimiliki dimiliki klien

25
aspek positif dapat menyebutkan     Beri pujian pada dan
yang dimiliki kemampuan yang klien atas meningkatkan
bisa dilakukan dari kemampuan percaya diri
aspek positif dalam meningkatkan klien
dirinya percaya diri pada
klien

3. Klien dapat Setelah 1x Rencanakan Dapat


menetapkan dan pertemuan selama bersama klien memotivasi
merencanakan 15 menit aktivitas yang klien untuk
kegiatan sesuai diharapkan Klien dapat dilakukan melakukan
kemampuan dapat membuat setiap hari aktivitas
jadwal kegiatan
harian
Klien dapat
4. Bantu klien
menerapkan jadwal
meningkatkan
harga dirinya yang telah
ditetapkan
     

Setelah 1x Beri kegiatan yang Klien dapat


 
        pertemuan selama sesuai dengan memiliki harga
15 menit kemampuannya diri, rasa
diharapkan      Beri pujian jika percaya diri
klien melakukan berhasil untuk
kegiatan yang berinteraksi
diperitahkan dengan
lingkungn

Terapi Aktivitas Kelompok


TAK Orientasi Realitas
1. Sesi 1 : Pengenalan orang
2. Sesi 2 : Pengenalan tempat

26
3. Sesi 3 : Pengenalan waktu
TAK Sosialisasi
1. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
2. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
3. Sesi 3 : Kemampuan berbicara
4. Sesi 4 : Kemampuan berbicara topik tertentu
5. Sesi 5 : Kemampuan berbicara masalah pribadi
6. Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama
7. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

7. Implementasi

No.
Hari/
DX Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
tgl/Jam
/TUK
minggu, I “ Selamat pagi, Pak.” S : “Saya Yayan Genep,
20Januari “Nama saya Trisna firda sari, panggil saja saya Pak Yan.”
2019 biasa dipanggil Sari. Nama O : Kontak mata baik, pasien
09.00 Bapak siapa? “ tampak ramah, klien mau
WITA “Saya boleh panggil Bapak mengulurkan tangan
siapa?”
Sambil mengulurkan tangan
dan berjabatan

“Pak Yan, boleh sya S : “Iya boleh.”


mengobrol dengan Bapak O : Kontak mata baik, pasien
selama 15 menit?” tampak ramah.

“Bagaimana rasanya sekarang S : “sekarang saya merasa


Pak?” sedikit baik.
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.

“Berapa umur Bapak S : “Umur saya sekarang 45


sekarang?” tahun.”
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.

27
“Bapak berasal darimana, S : “Saya berasal dari Br.
Pak?” Jasan Tegallalang”.
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.

“Biasanya di rumah Pak Yan S : “Saya biasanya


melakukan kegiatan apa?” membantu istri saya
melakukan pekerjaan rumah
karena saya sudah tidak
bekerja lagi”.
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.”
“Bagaimana rasanya kalau
sekarang Pak Yan melakukan  S : “Biasa saja.”
kegiatan itu di rumah?” O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.
“Kalau boleh saya tahu apa
hobi Pak Yan?” S : “Hobi saya mengurus
”Kalau boleh, mengobrol anggrek”.
dengan saya”    Biasanya saya membersihkan
anggrek-anggrek itu setiap
“Ya itu bagus Pak Yan” sore.
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah. Pasien
tampak tersenyum.
“Pak Yan punya hobi lain?”
S : “Biasanya saya mengurus
“Owwh..iya...iya.” ayam-ayam peliharaan
saya”.
O : Kontak mata baik, pasien
“Pak Yan, tanpa terasa kita tampak ramah.
sudah mengobrol selama 15
menit. Sampai disini dulu S : “Iya. Saya merasa senang
ngobrol-ngobrolnya ya. mengobrol dengan adik.
Bagaimana rasanya setelah O : Kontak mata baik, pasien
ngobrol-ngobrol dengan saya tampak ramah.

28
selama 15 menit?”

“Pak Yan, mau besok ngobrol-


ngobrol lagi dengan saya?”
S : “Iya boleh!”
“Kira-kira jam berapa Pak Yan O : Kontak mata baik, pasien
mau ngobrol-ngobrol lagi?” tampak ramah.

“Dimana tempat kita ngobrol- S : “Jam 4 sore ya”.


ngobrol lagi?” O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.

S : “Ya, disini saja”.


O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.

Senin, 21 II “Selamat sore Pak Yan, masih S : “Selamat sore, Sri ya?”
Januari, ingat dengan saya?” O : Kontak mata baik, pasien
2019 tampak ramah.
16.00
WIB ”Iya Pak Yan. Bagaimana S : “Saya baik-baik
rasanya sekarang? Apa saja. Saya sudah minum obat
obatnya sudah Pak Yan minum yang diberikan dengan
teratur?” teratur”.
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.
“Sekarang kira-kira Pak Yan
punya masalah tidak?” S : “Masalah saya sekarang
cuma penyakit kencing
manis saya saja”.
O : Kontak mata baik, pasien
“Bagaimana biasanya Pak Yan tampak ramah.
dengan keluarga atau tetangga, S : “ Tidak ada masalah dik.
apa punya masalah?” Baik-baik saja. Saya hanya
malu dengan keadaan saya
saat ini.
“Apa yang Bapak banggakan O :”Kontak mata baik,

29
pada diri Bapak?” pasien tampak ramah.

S : “Saya paling suka dengan


mata saya dan saya tidak
suka dengan kaki saya
karena jarinya hilang”.
“Biasanya kalau Pak Yan O : :”Kontak mata baik,
punya masalah Bapak pasien tampak sedikit malu.
membicarakannya dengan
siapa?” S : “Biasanya saya
membicarakannya dengan
keluarga saya”.
Istri saya biasanya mau
mendengarkan saya bicara.”
“Pak Yan, tanpa terasa sudah O : Kontak mata baik, pasien
15 menit kita ngobrol-ngobrol. tampak  gelisah.
Sampai disini dulu ya Pak.
Bagaimana rasanya setelah S : “Ya saya senang ngobrol-
ngobrol-ngobrol dengan saya ngobrol dengan adik.”
selama 15 menit?” O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.
“Pak Yan, mau ngobrol-
ngobrol dengan saya lagi
besok?”

“Kira-kira jam berapa besok S : “Iya boleh!”


Pak Yan mau ngobrol-ngobrol O : Kontak mata baik, pasien
lagi dengan saya?” tampak ramah.

“Dimana tempat kita ngobrol- S : “Jam 2 siang saja lagi”.


ngobrol lagi Pak?” O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.

S : “Iya disini saja lagi”.


O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah dan mau
tersenyum.

30
Selasa , III “Selamat siang Pak Yan, masih S : “Selamat siang, Sri ya?!”
22 ingat dengan saya?” O : Kontak mata baik, pasien
Januari tampak ramah.
2019
16.00 ”Pak Yan, bagaimana rasanya S : “Sekarang saya sudah
WIB sekarang?” Apa obat sudah merasa baik dan obat juga
Bapak minum dengan teratur? sudah saya minum dengan
teratur”.
O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.
“Biasanya kalau Pak Yan
mempunyai masalah, S : “Biasanya saya bercerita
bagaimana cara Pak Yan dengan keluarga dan anak-
mengatasinya?” anak saya.
Setelah itu lega dah perasaan
“Ya itu bagus Pak, supaya saya”.
tidak berat pikiran Bapak”. O : Kontak mata baik, pasien
tampak ramah.
“Pak Yan, tanpa terasa sudah
15 menit kita ngobrol-ngobrol. S : “Ya saya senang ngobrol-
Sampai disini dulu ya Pak. ngobrol dengan adik.”
Bagaimana rasanya setelah O : Kontak mata baik, pasien
ngobrol-ngobrol dengan saya tampak ramah.
selama 15 menit?”
“Besok kita tidak ketemu lagi S : “Iya terimakasih juga
Pak, waktu saya praktek disini dik!”
sudah selesai. Pak Yan harus O : Kontak mata baik, pasien
ingat apa saja yang telah kita tampak ramah dan kooperatif
obrolkan”. Terimakasih Pak. dengan anjuran perawat serta
klien mau tersenyum.

8. Evaluasi

Strategi Komunikasi

SP 1 klien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


pasien membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat

31
digunakan, membantu klien memilih atau menetapkan kemampuan yang
akan dilatih, melatih kemampuan/tindakan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.

1. Fase orientasi
“ Selamat pagi pak, bagaimana keadaan bapak pagi ini ? “
“ Perkenalkan saya perawat A dan ini rekan saya perawat B, kami
dinas di ruang Merak yang akan merawat bapak”.
“ Siapa nama bapak ? senang dipanggil apa ?
“ Bagaimana kalau kita mengobrol tentang kegiatan apa yang suka
bapak lakukan dirumah ? setelah itu kita akan menilai kegiatan mana
yang masih bapak lakukan dirumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan
pilih satu kegiatan untuk kita latih. “ Bapak mau mengobrol dimana? “
bagaimana kalau 20menit. Dari jam 09.00 sampai jam 09.20 wib ?
“ Tujuannya agar bapak dapat melatih kemampuan kegiatan yang
bapak miliki. “
“ Setelah itu kita juga akan melatih bapak untuk berjalan denan
menggunakan tongkat bantu jalan, tujuannya agar bapak bisa kembali
berjalan.”
2. Fase kerja
“ Bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki dan bisa bapak
kerjakan dirumah?
Bagus, lalu apalagi pak ? saya buatkan daftarnya ya pak. Bapak dari
daftar kegiatan ini, mana yang masih bisa bapak dapat lakukan ?
bagaimana yang pertama ? apakah kegiatan yang pertama masih bisa
bapak lakukan ? yang kedua dan ketiga juga ? bagus....... (misalnya
hanya ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan).
“ sekarang coba bapak pilih kegiatan yang masih bisa bapak lakukan
dirumah sakit ini?. Wah, yang nomer satu ya pak, bapak akan
melukis ? mari nanti kita akan melukis ya pak”.

32
“ sekarang kita akan mulai melukisnya ya pak. Saya siapkan dulu
kanvas, pallet dan cat lukisnya ya pak, baiklah kita mulai ya pak.
Bagus sekali lukisan bapak ini”.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi respons terhadap tindakan perawat.
“ bagus sekali lukisan bapak, sekarang bagaimana perasaan
bapak setelah kita melakukan kegiatan yang pertama yaitu
melukis?”
b. Rencana tindak lanjut
“ bagaimana kalau kita masukkan kedalam jadwal latihan ya
pak, mau jam berapa latihannya ?”
c. Kontrak yang akan datang
“ besok pagi kita akan melatih bapak ya pak, besok saya akan
kesini lagi jam 09.00 wib. Besok kami kesini untuk melatih
berjalan dengan menggunakan tongkat bantu jalan. “sekarang
bapak bisa beristirahat dulu ya, selamat pagi”.

Sp 2 klien : melatih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan


kemampuan pasien.

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“ selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak pagi ini? Wah
bapak terlihat lebih baik dari sebelumnya”.
b. Evaluasi validasi
“ bagaimana pak, sudah bisa membuat berapa lukisan pak? Bagus
sekali pak”.
c. Kontrak
Sekarang kita akan melati bapak untuk berjalan menggunakan
tongkat bantu jalan pak, sesuai dengan janji kita kemarin.
Waktunya sekitar 20menit pak. Kita akan latihan di ruangan

33
fisioterapi ya pak. Kita akan membawa bapak dengan kursi roda
kesana.

2. Fase kerja
“ pak Y. Sebelum kita melatih bapak untuk berjalan di tongkat bantu
Jalan kita akan melatih bapak untuk berdiri menggunakan tongkat
bantu jalan dulu sebelumnya tujuannya agar bapak terbiasa dengan
tongkat jalan ini setelah itu baru kita bisa melatih bapak untuk berjalan
menggunakan ini.”
“ Ya pak, gunakan tongkat bantu jalan ini kami akan membantu bapak
untuk melakukannya pak.” Ya pak bagus pak, sekarang taruk
penyangga tongkat bagian atasnya diketiak bapak, tangan bapak
pegang penopang besinya ya pak. Ya bagus pak. Bagus pak, sepertinya
bapak sudah bisa berdiri menggunakan tongkat bantu jalan itu.
Sekarang kita akan melatih bapak untuk berjalan tongkat alat bantu
jalan. pegang yang kuat ya pak penopangnya, bapak bisa latih
melangkah sedikit demi sedikit dengan kaki kiri. Ya bagus pak ! nah,
sekarang tongkat sebelah kanan pak, melangkah maju sedikit demi
sedikit saja pak. Ya pak bagus sekali.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respons klien terhadap tindakan perawat.
S : Bagus sekali pak sekarang bagaimana perasaan bapak setelah
bapak melakukan latihan untuk berjalan dengan tongkat bantu ?
O : Coba bapak sebutkan bagaimana langkah-langkah saat
memulai berjalan dengan tongkat tadi ?
b. Rencana tindak lanjut
“ bagaimana kalu kita masukkan kedalam jadwal latihan ya pak?
Mau jam berapa pak latihannya?”
c. Kontrak yang akan datang
“ besok pagi kita akan melatih kemampuan bapak yang lainnya ya
pak, disini jam 09.00 wib”. “latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lainnya sampai semua kemampuan dilatih. Setiap

34
kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri bapak.
Permisi pak. Selamat pagi.”

1. Tindakan keperawatan pada keluarga


Kelurga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
dirumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien.
2. keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki pasien.
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
b. Tindakan keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya
4. Jelaskan kepada keluarga agar sering melatih klien untuk berjalan
menggunakan tongkat bantu jalan
5. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat klien harga diri rendah dengan amputasi, seperti yang
telah perawat demonstrasikan sebelumnya.
6. Bantu keluarga menyusun jadwal kegiatan klien dirumah.

Sp 1 keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawat pasien dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
harga diri rendah, menjelaskan pada keluarga agar sering melatih klien
untuk berjalan menggunakan tongkat bantu jalan, memberi kesempatan
kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.

35
1. Orientasi
“ selamat pagi”
“ bagaimana keadaan ibu?”
“ bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Y
? berapa lama waktu ibu ? 30 menit ? baik mari duduk diruangan
wawancara.”
2. Kerja
“ apa yang ibu ketahui tentang masalah Y “
“ ya memang benar sekali ibu Y itu memang terlihat percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya Y sering sekali
mengatakan dirinya sudah tidak berguna lagi bagi keluarga ini dan
sering menyalahkan diri sendiri. Y memiliki masalah dengan harga
yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif
terhadap masalah yang berat lagi, misalkan Y menjadi malu kepada
orang lain, dan memilih menyendiri.”
“ sampai disini apakah bapak/ibu sudah mengerti apa yang dimaksud
harga diri rendah ?”
“ bagus sekali bapak/ibu”.
“ selain itu, agar Y bisa kembali berjalan kita bisa melatih bapak
dengan latihan berjalan dengan tongkat bantu jalan. kegiatan ini bisa
membantu Y untuk mengembalikan harga dirinya, Maka dari itu kita
memerlukan pelatihan yang baik untuk Y.
“ Y telah berlatih bersama kami untuk berjalan dengan tongkat bantu jalan,
serta telah dibuat jadwal untuk berlatih melakukannya. Untuk itu ibu dapat
mengingatkan Y untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong
bantu untuk menyiapkan alat-alatnya ya bu. Dan jangan lupa memberikan
pujian agar harga dirinya mengingkat. Ajak pula memberi tanda cek list
pada jadwal yang kegiatannya.
“ selain itu bila Y sudah tidak lagi dirawat di rumah sakit, ibu tetap
memantau perkembangan Y, jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani lagi, ibu dapat membawa Y ke rumah sakit ini.”

36
“ bagaimana kalau kita sekarang kita mempraktekkan cara memberikan
pujian ke Y”
“ temui Y dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan berikan pujian
yang mengatakan : bagus sekali Y, kamu sudah semakin terampil berjalan
menggunakan tongkat bantu jalan”
“ coba ibu praktek sekarang, bagus sekali”.
3. Termiansi
“ bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?”
“ dapatkah ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi Y dan bagaimana
cara merawatnya?”
“ bagus sekali ibu dapat menjelaskan dengan baik, nah setiap kali ibu
kemari lakukan seperti itu. Nanti jika sudah kembali ke rumah juga
demikian.”

“ bagaimana kalu kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Y.”
“ jam berapa ibu ? baik saya tunggu,,sampai jumpa.,”

Sp 2 keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga

1. Orientasi
“ selamat pagi”
“ karena hari ini Y sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan
‘ jadwal Y selama di rumah”.
“ berapa lama ibu ada waktu ? mari kita bicarakan di teras lorong”
2. Kerja
“ ibu ini jadwal kegiatan Y selama dirumah sakit. Coba diperlihatkan
apakah semua dapat dilaksanakan dirumah ? ibu jadwal yang telah dibuat
selama Y dirawat, di minum obatnya”.
“ hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh Y selama dirumah. Misalnya jika Y terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan selalu berfikiran negatif terhadap dirinya
sendiri, menolak minum obatnya atau memperlihatkan perilaku

37
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat
klien di rumah sakit terdekat dari rumah ibu, ini nomer telepon rumah
sakit ini 021-8682xxx
“ selanjutnya perawat tersebut akan memantau perkembangan Y selama di
rumah”.
3. Terminasi
“ bagaimana ibu ? ada perkembangan yang belum jelas ? ini jadwal
kegiatan harian Y untuk dibawa pulang. Jangan lupa kontrol ke rumah
sakit sebelum obatnya habis atau jika ada gejala yang tampak. Nah,
sekarang silahkan ibu selesaikan administrasinya di kantor pelayananan
kesehatan”.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

38
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.Gangguan citra
tubuh disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh serta tindakan
pembedahan.

5.2 Saran

Diharapkan penulis kedepannya dapat menggunakan sumber referensinya


lebih up to date. Sehingga, makalah yang dibuat dapat menjadi lebih up to
date dan dapat menjadi referensi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, S dan Purwanto, T. 2013. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Graha


ilmu.

39
Kaliat, B.A. dkk. 2006. Proses keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi 2):Jakata:EGC.

Carpenito-Moyet, L.J. 2009. Nursing Diagnosis (Application to Clinical Practice,


13thed.). Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Stuart, G. (2013).Buku Saku Keperawatan Jiwa .Jakarta: EGC.


Perry, & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC.

Naskah role play

Kasus:

40
Tn.Y usia 28 tahun,mengalami kecelakaan kendaraan mobil saat bekerja.Karena
kondisi kaki kanannya yang tidak memungkinkan dan keadaan lukanya cukup
parah maka kaki kanannya harus diamputasi.

Perawat : “ Selamat pagi pak, bagaimana keadaan bapak pagi ini ? “

“ Perkenalkan saya perawat A dan ini rekan saya perawat B, kami


dinas di ruang Merak yang akan merawat bapak”.
“ Siapa nama bapak ? biasanya senang dipanggil apa ?

Pasien : iya sus, nama saya Tn Y. Panggil saja dengan P.Y

Perawat : baik pak Y “ Bagaimana kalau kita mengobrol tentang kegiatan apa
yang suka bapak lakukan dirumah ? setelah itu kita akan menilai
kegiatan mana yang masih bapak lakukan dirumah sakit. Setelah kita
nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. “ Bapak mau
mengobrol dimana? “ bagaimana kalau 20menit. Dari jam 09.00 sampai
jam 09.20 wib ?

Pasien : iya sus, disini saja

Perawat : baik pak Y “ Tujuannya agar bapak dapat melatih kemampuan kegiatan
yang bapak miliki. “Setelah itu kita juga akan melatih bapak untuk
berjalan dengan menggunakan tongkat bantu jalan, tujuannya agar
bapak bisa kembali berjalan.”

Pasien : iya sus

Perawat : “ Bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki dan bisa bapak
kerjakan dirumah?

Pasien : biasanya saya berkebun, menggambar sus

Perawat : Bagus, lalu apalagi pak ? saya buatkan daftarnya ya pak. Bapak dari
daftar kegiatan ini, mana yang masih bisa bapak dapat lakukan ? apakah
kegiatan yang pertama masih bisa bapak lakukan ? yang kedua?
bagus.......

41
Pasien : spertinya belum sus, kegiatan yang ke 2 saja sus menggambar yang bisa
saya lakukan.

Perawat : Wah, yang nomer 2 ya pak, bapak akan menggambar ? mari nanti kita
akan menggambar ya pak”.

Pasien : iya sus

Perawat : “ sekarang kita akan mulai menggambar ya pak. Saya siapkan dulu
buku menggambar dan pensil warnanya ya pak, baiklah kita mulai ya pak. Bagus
sekali menggambarnya bapak ini”.

Pasien : iya sus terima kasih

Perawat : “sekarang bagaimana perasaan bapak setelah kita melakukan kegiatan


yang pertama yaitu menggambar?”

Pasien : senang sekali sus

Perawat : “ bagaimana kalau kita masukkan kedalam jadwal latihan ya pak, mau
jam berapa latihannya .“ besok pagi kita akan melatih bapak ya pak,
besok saya akan kesini lagi jam 09.00 wib. Besok kami kesini untuk
melatih berjalan dengan menggunakan tongkat bantu jalan. “sekarang
bapak bisa beristirahat dulu ya, selamat pagi”.

Pasien : baik sus, pagi

Keesokan hari nya melatih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan
kemampuan pasien.

Perawat : “ selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak pagi ini? Wah bapak
terlihat lebih baik dari sebelumnya”.

Pasien : senang sus karena saya akan dilatih untuk bisa berjalan

Perawat : Sekarang kita akan melati bapak untuk berjalan menggunakan tongkat
bantu jalan pak, sesuai dengan janji kita kemarin. Waktunya sekitar

42
20menit pak. Kita akan latihan di ruangan fisioterapi ya pak. Kita akan
membawa bapak dengan kursi roda kesana.

Pasien : iya sus

Perawat : “ pak Y. Sebelum kita melatih bapak untuk berjalan di tongkat bantu

Jalan kita akan melatih bapak untuk berdiri menggunakan tongkat


bantu jalan dulu sebelumnya tujuannya agar bapak terbiasa dengan
tongkat jalan ini setelah itu baru kita bisa melatih bapak untuk berjalan
menggunakan ini.”
“ Ya pak, gunakan tongkat bantu jalan ini kami akan membantu bapak
untuk melakukannya pak.”

Pasien : iya sus ( sambil memperagakan )

Perawat : Ya pak bagus pak, sekarang taruk penyangga tongkat bagian atasnya
diketiak bapak, tangan bapak pegang penopang besinya ya pak. Ya
bagus pak. Bagus pak, sepertinya bapak sudah bisa berdiri
menggunakan tongkat bantu jalan itu. Sekarang kita akan melatih bapak
untuk berjalan tongkat alat bantu jalan. pegang yang kuat ya pak
penopangnya, bapak bisa latih melangkah sedikit demi sedikit dengan
kaki kiri. Ya bagus pak ! nah, sekarang tongkat sebelah kanan pak,
melangkah maju sedikit demi sedikit saja pak. Ya pak bagus sekali. pak
sekarang bagaimana perasaan bapak setelah bapak melakukan latihan
untuk berjalan dengan tongkat bantu ?

Pasien : perasaan saya sangat senang saya bisa berjalan walaupun rasanya beda
dari yang dulu

mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah,


menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan
pada keluarga agar sering melatih klien untuk berjalan menggunakan tongkat
bantu jalan, memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.

43
Perawat : “ selamat pagi”bagaimana keadaan ibu?

Keluarga : baik sus

Perawat : bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Y ?

Keluarga : iya sus

Perawat : Agar Y bisa kembali berjalan kita bisa melatih bapak dengan latihan
berjalan dengan tongkat bantu jalan. kegiatan ini bisa membantu Y
untuk mengembalikan harga dirinya, Maka dari itu kita memerlukan
pelatihan yang baik untuk Y.“ Y telah berlatih bersama kami untuk
berjalan dengan tongkat bantu jalan, serta telah dibuat jadwal untuk
berlatih melakukannya. Untuk itu ibu dapat mengingatkan Y untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu untuk
menyiapkan alat-alatnya ya bu. Dan jangan lupa memberikan pujian
agar harga dirinya mengingkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada
jadwal yang kegiatannya.“ selain itu bila Y sudah tidak lagi dirawat di
rumah sakit, ibu tetap memantau perkembangan Y, jika masalah harga
dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, ibu dapat membawa
Y ke rumah sakit ini.” “ bagaimana perasaan ibu setelah percakapan
kita ini?”

Keluarga : terima kasih sus sudah memberikan informasi nya dengan baik dan
bisa saya mengerti.

Perawat : sama sama ibu

44

Anda mungkin juga menyukai