Anda di halaman 1dari 19

RESUME

KEPERAWATAN KELUARGA

TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Kelompok 2 / 6D

1. ARIF IRWANSYAH (1130017148)


2. LUKMANUL HAKIM (1130017156)
3. FAISAL TANJUNG (1130017155)

Dosen Fasilitator :
Nety Mawarda Hatmanti, S. Kep., Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
2020

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai copy dari resume ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak
Resume ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan resume
ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya 03 Maret 2020

No Nama Nim Tanda tangan


1 Arif irwansyah 1130017148
2 Lukmanul hakim 1130017156
3 Faisal tanjung 1130017155

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kelompok kami,sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan resume keperawatan keluarga dengan judul “Tahap Perkembangan Keluarga”
ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen, yang
telah membimbing serta mengajarkan kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Demikian pula dengan resume ini,tentu masih banyak kekurangan, maka dari pada itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi para mahasiswa, terutama bagi kami sebagai penyusun.

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
BAB 1 TINJAUAN TEORI ..............................................................................................1
1.1 Tahap Perkembangan Keluarga ...................................................................................1
1.1.1 Tahap Keluarga melepaskan anak dewasa muda ............................................1
1.1.2 Tahap keluarga dengan orangtua parubaya .....................................................4
1.1.3 Tahap Keluarga dengan lansia pensiun ...........................................................7
1.1.4 Keluarga denganpenyakit kronik tidak minular ............................................ 10
1.1.5 Keluarga dengan penyakit kronik minular ................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

iv
BAB 1

RESUME

1.1 Tahap Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda

Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahaop ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan sekolah menengah atas atau kuliahnya (Mitchell,Wister &
Burch, 1989 dalam Friedman, Marilyn, 2010)

Fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh puncak tahun-tahun persiapan bagi anak
yang siap untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orang tua, pada saat mereka
melepaskan anak-anaknya pergi, melepaskan peran mereka sebagai orang tua yang telah
dijalankan selama 21 tahun atau lebih dan mereka kembali ke pasangan hidup mereka.
Tugas perkembangan keluarga sangat penting jika keluarga berpindah dari rumah tangga
dengan anak ke rumah tangga dengan pasangan suami-istri. Tujuan utama keluarga
adalah menata ulang keluarga ke dalam unit berkelanjutan ketika melepaska dewasa
muda yang telah dewasa ke dalam kehidupan mereka sendiri (Duvall & Miller, 1985
dalam Friedman, Marilyn, 2010)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota


keluarga dengan kehadiran anggota keluarga baru yang melalui pernikahan anak-anak
yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan , menyiapkan datangnya proses
penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan (Duvall, 1997 dalam Sudiharto,
2007).

1.1.1 Tugas Perkembangan Keluarga Tahap VI

Menurut Friedman, Marilyn M, 2010 tugas perkembangan keluarga saat ini adalah :

1. Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda


Pada saat keluarga membantu anak tertua untuk terjun kedunia luar, orang tua
juga akan terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
Dan ketika anak yang telah menikah, tugas keluarga adalah memperluas lingkaran

1
keluarga untuk memasukkan anggota baru dari pernikahan dan menerima gaya hidup
dan nilai pasangan itu sendiri (Friedman, Marilyn, 2010).
Dengan keluar anak dari rumah, oaring tua memiliki lebih banyak waktu untuk
aktivitas dan hubungan lainnya. Berharap, mereka tidak tumbuh terpisah terlalu jauh
satu sama lain sehingga mereka tidak dapat mengatur kembali atau menetapkan
kembali peran suami dan istri untuk meletakkan kepentingan primer peran-peran ini
setelah diperoleh (Friedman, Marilyn, 2010).

2. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan


pernikahan
Dengan fase ini sebagai sebah waktu yang sulit bagi wanita adalah hal yang
biasa. Kehilangan peran yang berkaitan dengan pengasuhan anak meninggalkan
perasaan hampa. Saat ini, jauh dari perasaan tidak berguna setelah anak-anak mereka
tumbuh, sebagian besar wanita tteap melanjutkan kehidupannya dalam perkerjaan dan
dalam menjalankan peran sebagai pasangan. Sebagian besar wanita merasa puas
bahwa anak mereka telah melaksanakan tanggung jawab sebagai seorangdewasa dan
tetap berhubungan dekat dengan mereka. Mereka kini memiliki waktu dan energi
untuk memilih perkembangan mereka sendiri untuk memilih keintiman serta
pendamping hidup mereka sendiri (Friedman, Marilyn, 2010).
Pria dalam masa pertengahan menghadapi krisis perkembangan potensial.
Sebuah krisis potensial adalah suatu dorongan untuk maju dalam karir dengan
menyadari bahwa mereka tidak sukses atau tidak mencapai aspirasi mereka. Tanda-
tanda menghilangnya maskulinitas, dan kepuasan seksual, kekkhawatiran akan
gambar diri, rambut, dan tanda-tanda penuaan, serta kekhawatiran berkenaan dengan
keuangan, adalah stressor bagi pria selama siklus kehidupan keluarga ini (Friedman,
Marilyn, 2010).
Frekuensi ekstra pada perselingkuhan dalam pernikahan, perceraian, penyakit
jiwa, alkoholisme, dan bunuh diri telah mengalami peningkatan diantara orang
dewasa di kelompok ini, suatu jumllah yang berada di bawah krisis perkembangan
yang terjadi di usia pertengahan (Friedman, Marilyn, 2010).
3. Membantu orang tua suami dan istri yang sudah tua menderita sakit

Tugas perkembangan pada tahap ini walaupun asuhan aktual orang tua yang
menua atau orang tua yang bergantung bukanlah fungsi yang diharapkan pada

2
keluarga. Suami dan istri diharapkan membantu dan mendukung anggota keluarga
yang sudah lanjut sebanyak mungkin sesuai dengan kemudahan yang dirasakannya.
Aktivitas seperti itu menggunakan semua bentuk dari seringnya menelpon dan
memberi dukungan lewat telpon sampai membantu finansial, menyediakan
transportasi, dan mengunjungi serta merawat orang tua mereka di rumah. Orang tua
lansia biasanya berkeinginan hidup mandiri, sehingga tidak mempengaruhi kehidupan
anak mereka, dan untuk mempertahankan perasaaan kompetensi, mandiri, dan
memiliki privasi mereka sendiri. Orang tua juga dapat memliki pertentangan dengan
keputusan untuk menempatkan orang tua mereka di panti werda (Friedman, Marilyn,
2010).

Menurut Setiadi, 2008 tugas perkembangan pada saat ini adalah :

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


2. Mempertahankan keintiman
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat
4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6. Berperan suami-istri kakek dan nenek
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya

Menurut Suprajitno, 2004 tugas perkemangan pada saat ini adalah :

1. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar


2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
4. Penataaan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah
(Suprajitno. 2004)

Menurut Komang Ayu Ajchar, 2010 tahap perkembangan keluarga saat ini adalah :

1. Melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan


2. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri
3. Membantu anak mandiri
4. Mempertahanakan komunikasi
5. Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
6. Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak

3
1.1.2 Perhatian Kesehatan
2. Komunikasikan isu antara orang tua dan anak dewasa muda
3. Masalah transisi peran bagi suami dan istri
4. Kedaruratan masalah kesehatan kronik
5. Perencanaan keluarga bagi anak dewasa muda
6. Perhatian terhadap menopause
7. Efek yang berkaitan dengan meminum alkohol, merokok, dan praktik diet yang
buruk yang telah berlangsung dalam jangka Panjang
8. Gaya hidup sehat

1.2 Tahap VII : Keluarga dengan Orang Tua Paruh Baya Usia Pertengahan
Tahap pada siklus kehidupan keluarga, merupakan tahap masa pertengahanbagi
orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berkahir dengan
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua
berusia sekitar 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan, biasanya
16 sampai 18 tahun kemudian (Roth, 1996 dalam Friedman Marilyn, 2010).
Pasangan pasca menjadi orang tua saat ini tidak lagi terisolasi, semakin banyak
pasangan paruh baya yang tidak lagi melaksanakan kesibukan harian mereka dan
meluangkan waktu lebih banyak dlam fase pascaparental, dengan perluasan hubungan
kekeluargaan antara empat generasi bukanlah hal yang jarang (Roth, 1996 dalam
Friedman Marilyn, 2010).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kontak
dengan anak dan cucu, memeperkuat hubunngan perkawinan, dan meningkatkan usaha
promosi kesehatan (Duval, 1997 dalam Sudiharto, 2007).

1.3 Tugas Perkembangan Keluarga Tahap VII

Menurut Friedman, Marilyn, 2010 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan


Tahap perkembangan ini adalah menciptakan lingkungan yang sehat. Dalam
periode ini adalah periode yang paling umum bagi pasangan untuk melaksanakan
gaya hidup lebih sehat, selain fakta bahwa mereka mungkin telah melibatkan diri
dalam kebiasaan yang merusak diri sendiri selama 45 sampai 65 tahun. Walaupun

4
tidak dilarang untuk memulai dari sekarang, karena pernyataan “lebih baik sekarang
daripada tidak sama sekali” selalu benar, sudah terlalu terlambat untuk
mengembalikan perubahan fisiologis yang telah banyak terjadi signifikan, seperti
gangguan artitis akibat tidak beraktivitas, penambahan berat badan yang sedang
sampai berat, tekanan darah tinggi akibat kurang olahraga, stress berkepanjangan, dan
berkurangnya kapasitas vital paru akibat merokok (Friedman, Marilyn, 2010).
Motivasi untuk meningkatkan gaya hidup individu usia pertengahan
tampaknya sebagai refleksi dari perasaan yang rentan atau mudah terkena kesakitan
dan penyakit yang dapat terjadi ketika seorang teman atau anggota keluarga di usia
yang sama telah mengalami serangan jantung, stroke, atau kanker. Keyakinan bahwa
pemeriksaan teratur dan gaya hidup sehat adalah cara yang efektif mengurangi
kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan motivasi yang sangat kuat
(Friedman, Marilyn, 2010).
2. Mempertahankan kepuasan hubungan yang bermakna

Tugas perkembangan menemukan hubungan memuaskan dan bermakna


dengan anak pada saat dewasa dan dengan orang tua mereka yang sudah lansia. Dapat
diindikasikan bahwa perubahan kehidupan yang merugikan orang tua sangat
mempengaruhi cara panjang anak mengenai hubungan dengan orang tua mereka.
Perubahan merugikan ini secara dominan tercatat sebagai penurunan dalam status
kesehatan orang tua dan gangguan pernikahan orang tua di kehidupan lanjut akibat
perceraian. Tidak ada bukti yang mendukung keadaan hidup sebagai janda
berpengaruh negatif pada hubungan anak dewasa (Friedman, Marilyn, 2010).

Menerima dan menyambut kedatangan cucu ke dalam keluarga membantu


dalam meningkatkan kepuasan hubungan antar-generasi. Hadirnya cucu
memungkinkan pasangan paruh baya untuk tetap merasa sebagai sebuah keluarga dan
membawa kebahagiaan tersendiri ketika mereka menjadi seorang kakek/nenek tanpa
harus bertanggung jawab selama 24 jam seperti halnya jika mereka menjadi orang tua.
Dengan harapan hidup yang meningkat, biasanya mereka merasakan menjadi
kakek/nenek selama tahap ini (Friedman, Marilyn, 2010).

3. Memperkuat hubungan pernikahan

Saat ini pasangan benar-benar sendiri setelah beberapa tahun dikelilingi oleh
anggota keluarga lain dan beberapa hubngan. Walaupun tampak sebagai kelegaan

5
yang disambut baik, masa ini merupakan pengalaman yang sulit bagi banyak
pasangan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan baru bukan sebagai
orang tua. Wright dan Leahey (1994) menguraikan tugas perkembangan ini sebagai
negosiasi ulang system pernikahan sebagai suatu pasangan (Friedman, Marilyn,
2010).

Keseimbangan antara kebergantungan dan kemandirian pada pasangan perlu


dipelajari kembali. Sering kali pasangan membuat aturan yang berbeda dalam
pernikahan, seperti minat bersama pasangan yang bermakna. Bagi pasangan yang
memiliki masalah, pengurangan tekanan kehidupan dalam masa pasca parental tidak
dapat menghasilkan pernikahan, tetapi menyebabkan pernikahan menjadi sesuatu
yang membosankan (Friedman, Marilyn, 2010).

Menurut Setiadi, 2008 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan
waktu santai
2. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
3. Keakraban dengan pasangan
4. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
5. Persiapan masa tua/pensiun

Menurut Suprajitno, 2004 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan


2. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan
sebayanya
3. Meningkatkan keakraban pasangan

Menurut Komang Ayu Ajchar, 2010 tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah:

1. Menyediakan lingkungan yang yang meningkatkan kesehatan


2. Merencanakan kegiatan yang akan datang
1.3.1 Perhatian Kesehatan
1. Praktik kesehatan baik (misalnya., tidur, nutrisi, olahraga)
2. Hubungan pernikahan

6
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, keluarga dari pasangannya, cucu,
dan orang tua yang telah menua
4. Perhatian pemberi asuhan
5. Penyesuaian terhadap perubahan fisiologis pada penuaan.

1.4 Tahap VIII : Keluarga dengan Lansia Pensiun

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang
memuaskan, menyesuaikan, kehidupan dengan penghasilan yang berkurang,
mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup (Duvall, 1997
dalam Sudiharto, 2007).

Persepsi tahap siklus kehidupan ini berbeda secara signifikan di antara keluarga
lansia. Beberapa individu merasa memiliki hidup yang kacau sementara orang lain akan
merasa bahwa tahun ini adalah tahun terbaik dalam kehidupan mereka. Walaupun
banyak yang bergantung pada keadekuatan sumber-sumber fina nsial dan kemampuan
untuk mempertahankan kepuasan di rumah, status kesehatan seseorang telah diidentifikai
sebagai sesuatu yang dapat memprediksi kesejahteraan lansia ( Brubaker, 1990;
Quinn,1993).

Semakin sulit kondisi kesehatan yang dialami, semakin terdapat kemungkinan


hadirnya perasaan negatif pada usia tua. Lansia yang kehilangan kemandirian mereka
akibat gangguan kesehatan secara umum memiliki moral yang rendah, dan buruknya
kesehatan fisik sering kali menjadi awal terjadinya masalah perilaku dan psikologis pada
lansia (Chilman, Nunnally, & Cox, 1988). Sebaliknya, lansia yang mempertahankan
kesehatan mereka, yang tetap menjaga keaktifan, dan memiliki sumber ekonomi yang
adekuat menunjukkan proporsi lansia yang signifikan dan biasanya merasa positif
mengenai tahap kehidupan ini (Friedman, Marilyn, 2010).

1.Tugas Perkembangan Keluarga Tahap VIII

Menurut Friedman, Marilyn, 2010 tugas perkembangan keluarga saat ini adalah :

1. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

7
Tugas perkembangan ini yang paling penting. Kembali ke rumah setelah
individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematic. Pada tahun-tahun sesaat
sesudah pemberhentian kerja, pasangan biasanya tetap tinggal di rumah sampai pajak
kepemilikan, kondisi lingkungan di sekitar rumah, ukuran atau kondisi rumah, atau
kondisi kesehatan memaksa mereka menemukan akomodasi yang lebih sederhana.
Walaupun sebagian besar rumah tersebut sudah tua dan sering kali mengalami
kerusakan dan banyak rumah yang berlokasi di area yang tingkat kriminalitasnya
tinggi sehingga lansia memiliki kemungkinan untuk menjadi korban. Meskipun
demikian, lansia yang tinggal di rumah mereka sendiri secara umum lebih dapat
menyesuaikan diri daripada mereka tinggal di rumah anak-anaknya (Friedman,
Marilyn, 2010).
2. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang

Ketika pria lansia pensiun, terdapat penurunan drastic dalam penghasilan, dan
biasanya seiring dengan perjalanan waktu, pendapatan ini menjadi semakin kurang
mencukupi karena peningkatan biaya hidup yang terjadi terus-menerus dan
berkurangnya tabungan/simpanan. Lansia pada dasarnya memiliki pendapatan tunai
yang lebih sedikit daripada pria berusia di bawah 65 tahun. Lansia sangat bergantung
pada keuntungan Social Security dan pendapatan aset.wanita tampaknya lebih
mungkin untuk menunda karir mereka, bekerja paruh waktu, dan mengalami gangguan
dalam siklus pekerjaan yang dapat menyebabkan upah yang rendah dan keuntungan
yang lebih sedikit. Wanita juga cenderung berhenti bekerja untuk menerima tanggung
jawab merawat orang tua atau pasangan mereka yang tengah menua (Friedman,
Marilyn, 2010).

3. Mempertahankan hubungan pernikahan


Tugas perkembangan berlanjut menjadi puncak kebahagiaan keluarga.
Pernikahan yang dianggap memuaskan dalam beberapa tahun terakhir biasanya
memiliki riwayat positif yang panjang dan begitu pula sebaliknya. Peneliti juga
memperlihatkan bahwa pernikahan sangat berperan pada moral dan kelanjutan
aktivitas pasangan dewasa. Memppertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan setelah salah satu atau kedua pasangan pensiun juga dipengaruhi oleh
dukungan yang diterima oleh satu pasangan dari pasangan lainnya dan perubahan
yang terjadi dalam kesehatan salah seorang atau kedua pasangan. Perubahan
kesehatan menciptakan tantangan dan beban dalam pemberian asuhan, yang pada

8
gilirannya akan mempengaruhi penyesuaian pernikahan pasangan (Friedman,
Marilyn, 2010).
4. Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan ini yang


paling membuat trauma. Wanita lansia lebih menderita akibat kehilangan
pasangannya jika dibandingkan pria. Disisi lain, wanita lansia memiliki kemungkinan
sampai lebih dari tiga kali untuk menjadi janda dibandingkan pria lansia. Akibatnya,
banyak lansia yang hidup sendiri, dan sebagian besar adalah wanita (Friedman,
Marilyn, 2010).

5. Mempertahankan ikatan antar generasi


Dalam tugas ini terdapat kecenderungan bagi lansia untuk melepaskan diri dari
hubungan social, keluarga tetap mengingatkan focus interaksi sosial pada lansia dan
sumber dukungan sosial primer mereka. Pada saat lansia menarik diri dari aktivitas di
dunia luar, hubungan dengan pasangan, anak, cucu da saudara kandung menjadi lebih
penting (Friedman, Marilyn, 2010).

Menurut Setiadi, 2008 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup


2. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4. Melakukan life review masa lalu

Menurut Suprajitno, 2004 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1. Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan


pasangannya
2. Adaptasi dengan peruabahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik,
dan penghasilan keluarga
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

Menurut Komang Ayu Ajchar, 2010 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi


2. Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun,
mengasuh cucu, dan lain lain

9
Menurut Mary & Melanie, 2015 tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan


2. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).
2.3.1 Perhatian Kesehatan
1. Disabilitas fungsional meningkat
2. Gangguan mobilitas
3. Penyakit kronik
4. Kekuatan dan fungsi menghilang
5. Layanan perawatan dalam jangka panjang
6. Memberikan asuhan
7. Isolasi social
8. Berduka/depresi
9. Gangguan kognitif

1.5 Keluarga dengan Penyakit Kronik Tidak Menular

penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) diartikan sebagai syndrome klinis yang
merupakan kelompok gejala kronik, progresif, melemahkan fungsi respirasi yang
dikarakteristikkan dengan adanya keterbatasan pada aliran udara dan bersifat reversible,
Emfisema ada aliran udara dan bersifat reversible, emfisema dan bronkitis kronis
dimasukkan sebagai PPOK karena memiliki karakteristik yang yang sama yaitu
menyebabkan obstruksi jalan nafas, perjalannan terjadinya PPOK dimulai dengan
inflamasi pada saluran pernafasan, setelah itu ikuti dengan perubahan pada pembulu
darah pararu yang ditandai dengan perubahan pada pembuluh darah paru yang di tandai
dengan penebalan dinding saluran paru. : (menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie
2015)

laporan status global penyakit tidak menular (PTM) yang di buat world Health
Organization (WHO) untuk tahun 2008-2013 menyebutkan bahwa factor resiko
terjadinya penyakit menular sebagian besar adalah factor yang dapat dicegah. Factor
resiko penyakit tidak menular adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan
dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular pada seorang atau kelompok tertentu
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia) Kemenkes RI], 2016).

Penyakit tidak menular tidak diketahui sebagai penyakit utama hampir diseluruh
negara pada saat ini, sehingga program pencegahan dan kebijakan terkait penyakit
menular merupakan prioritas dari departemen kesehatan. Penelitian terkait surveilen
factor resiko sudah berkembang namun belum didikuti dengan penelitian surveilen
angka insiden dan pravelansi. Meningkatkan pelayanan primer kesehatan untuk
menangani PTM sangat penting karena pelayanan inilah yang mampu menyentuh
seluruh lapisan masyarakat. (menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie 2015)

10
Peran keluarga, banyak sekali observasi klinis dan publikasi riset tahap lanjut
belakangan ini membuat para perawat keluarga lebih sadar akan isu-isu serius yang di
hadapi pemberi perawatan, karena banyak banyak sekali orang-orang yang lemah dan
sakit kronis yang menerima perawatan di rumah sekarang. Banyak studi yang secara
konsisten mendokumentasikan stress dan beban-beban yang dihadapi oleh keluarga,
khususnya oleh yang merawat ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga
lansia yang sakit kronis dan lemah tersebut. Pemberian perawatan di rumah
berkesinambungan ini dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi negative yang
serius bagi pemberi perawatan. (Treas dan Bengston 1987).
Peran pemberian perawatan maka harapannya adalah pasangannya akan memberikan
bantuan tersebut akan tetapi, pasangan yang memberikan perawatan yang biasanya orang
tua itu sendiri, beresiko yang tinggi terhadap masalah kesehatan atau memperburuk
kondisi yang ada karena adanya tegangan akibat memberikan perawatan dan karena usia
mereka yang semakin lanjut. (Blietzner dan Alley, 1990)
1.6 Keluarga dengan Penyakit Kronik Menular
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) diartikan sebagai syndrome klinis yang
merupakan kelompok gejala kronik, progresif, melemahkan fungsi respirasi yang
dikarakteristikkan dengan adanya keterbatasan pada aliran udara dan bersifat reversible,
Emfisema ada aliran udara dan bersifat reversible, emfisema dan bronkitis kronis
dimasukkan sebagai PPOK karena memiliki karakteristik yang yang sama yaitu
menyebabkan obstruksi jalan nafas, perjalannan terjadinya PPOK dimulai dengan
inflamasi pada saluran pernafasan, setelah itu ikuti dengan perubahan pada pembulu
darah pararu yang ditandai dengan perubahan pada pembuluh darah paru yang di tandai
dengan penebalan dinding saluran paru. : (menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie
2015)

Penyakit menular yang masih menjadi prioritas kebijakan kementrian kesehatan RI


adalah penyakit HIV AIDS, Tuberculosis, Malaria, Demam Berdarah, influenza, dan flu
burung. Namun demikian Indonesia belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit
neglected disease seperti kusta, filariasis, leptospirosis dan lain-lain. (Kemenkes, 2016 ).
Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi seperti Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Hepatitis B dan
Tetanus baik yang maternal maupun neonatal sudah sangat menurun, bahkan tahun 2014
indonesia telah di nyatakan bebas polio.
Semua perawat memiliki peran dalam implementasi pencegahan penyakit menular
primer, sekunder, dan tersier : (menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melarenie 2015)

1.6.1 Pencegahan Primer


Pencegahan primer penyakit menular melibatkan tindakan untuk mencegah
penularan agen infeksinya dan untuk mencegah kelainan pada orang yang terkena
infeksi. Semua aktivitas yang dijelaskan di bagian pemecahan rantai penularan
adalah kegiatan pencegahan primer. Imunisasi adalah kegiatan primer. Mengubah
perilaku yang menyebabkan terpapar pathogen adalah pencegahan pencegahan
primer. Untuk pencegahan primer yang spesifik terhadap kondisi yang tercantum
pada tabel di bawah ini: (menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie 2015)

Tabel 1 contoh pencegahan primer

11
Penyakit Infeksi Individu/Keluarga

Penyakit menular seksual 


Ajarkan perilaku sex yang aman

Anjurkan dan motivasi untuk
pemberian immunisasi HPV
Penyakit bersumber dari  Ajak tindakan pencegahan umum
darah untuk semua petugas layanan
kesehatan
 Anjurkan pengguna narkoba suntik
tentang bahaya berbagai jarum
suntik
Penyakit yang dapat Pastikan semua anak yang datang atau atau tidak
dicegah dengan imunisai datanag ke klinik memiliki imunisasi sesuai usia

(menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie 2015)

1.6.2 Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder terdiri dari kegiatan mendeteksi infeksi dini dan efektif
mengobati orang yang terinfeksi. Tindakan ini mencegah tidak hanya berkembang
penyakit menular, tetapi juga transmisi pathogen ke orang lain. Melaporkan
penyakit menular, menyeliki kontak, memberikan pasangan, menemukan kasus
baru, dan mengatasi. (menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie 2015)
Melalui Pendidikan kesehatan perawatan komunitas berfungsi sebagai educator
yang handal dalam mencegah dan mengendalikan penyakit menular sebagai bagian
dari pemberian asuhan keperawatan. Dan untuk memastikan bahwa mereka dapat
disembuhkan atau kualitas hidup mereka dapat disembuhkan atau kulaitas hidup
mereka dipelihara.mungkin menjadi bagian terpenting dari proses pengobatan
adalah memastikan bahwa orang membawa agen antimikroba agar dapat efektif
proses pengobatannya. Pada saat resitensi meningkat orang terinfeksi juga
merupakan contoh pencegahan sekunder di bawah ini (menurut Nies, A. Mary &
McEwen., Melanie 2015)
Tabel 2. Contoh pencegahan sekunder

Penyakit Infeksi Individu/keluarga


Penyakit menular Skinning dan berikan tindakan pada semua
seksual penderita penyakit menular seksual
Tuberculosis Periksa semua orang yang kontak serumah
dengan penderita tb. Pastikan orang dengan
kontak seluruh hasil skin test nya bila negative
menjadi positif

(menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie 2015)


1.6.3 Pencegahan Tersier

12
Pencegahan tersier mencakup kegiatan yang terlibat dalam merawat orang-orang
dengan penyakit arah kebijakan pencegahan dan mengendalikan penyakit menular
di fokuskan pada tiga hal penting:
1. Penguatan pelayanan kesehatan primer (primary health Care)
Penguatan pelayanan kesehatan primer dititikberatkan kepada puskesmas sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat yang berfungsi :
a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat
b. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat
c. Melaksanakan upaya kesehatan perorangan
d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
Khususnya untuk peningkatan sumber daya manusia kesehatan di puskesmas
lebih diutamakan untuk ketersediaan lima jenis tenaga kesehatan selain dokter,
perawat dan bidan adalah tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga kefarmasian, dan analisis kesehatan. Sedangkan untuk
penjangkauan daeraah terpencil dan perbatasan dilakukan dengan pendekatan
metode berbasis team kesehatan. Salah satu bentuk penguatan pelayanan primer
dengan metode berbasis team kesehatan adalah lebih diarahkan pada upaya promotif
dan preventif untuk menekankan resiko kejadian penyakit menular sekaligus
mengedukasi masyarakat agar selalu memelihara perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (connituum of care)
Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu dan pelayanan
kesehatan ibu, bayi, balita,anak sekolah, remaja usia kerja dan usia lanjut. Adanya
penyakit menular dalam konteks continuum of care tidak hanya dilakukan intervensi
pada saat di rawat di rumah sakit, namun di intevensi di tatanan hulu atau di
masyarakat saat sebelum sakit atau bahkan setelah sakit, sehingga intervensi ini bukan
hanya kepada individu yang sakit tetapi kepada anggota keluarga yang beresiko sakit
seperti pada kasus Tb paru yang lebih kenal dengan istilah kontak serumah dengan
penderita, atau pada kasus DBD yang di pantau saat sebelum adanya kasus DBD dan
lebih memberdayakan masyarakat.

3. Intervensi berbasis resiko kesehatan


Secara spesifik intervensi berbasis resiko kesehatan diarahkan kepada program
khusus terhadap pathogen, membantu pasien mematuhi aturan program pengobatan
sangat penting. Selain itu, pengaruh harus diajar untuk melindungi diri dan
mengelolah lingkungan dengan menggunakan tindakan pencegahan yang tepat saat
merawat anggota keluarga yang terinfeksi.

Tabel 3 Contoh pencegahan tersier

Penyakit infeksi Individu/ keluarga


Tuberculosis  Berikan terapi untuk orang dengan TB
aktif
 Anjurkan pasien untuk mengambil
semua dosis antibiotic yang di tentukan
dan pantau kepatuhan

13
(menurut Nies, A. Mary & McEwen., Melanie 2015)

Peran keluarga, Peran keluarga, banyak sekali observasi klinis dan publikasi riset
tahap lanjut belakangan ini membuat para perawat keluarga lebih sadar akan isu-isu
serius yang di hadapi pemberi perawatan, karena banyak banyak sekali orang-orang yang
lemah dan sakit kronis yang menerima perawatan di rumah sekarang. Banyak studi yang
secara konsisten mendokumentasikan stress dan beban-beban yang dihadapi oleh
keluarga, khususnya oleh yang merawat ketika memberikan perawatan kepada anggota
keluarga lansia yang sakit kronis dan lemah tersebut. Pemberian perawatan di rumah
berkesinambungan ini dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi negative yang
serius bagi pemberi perawatan. (Treas dan Bengston 1987).
Peran pemberian perawatan maka harapannya adalah pasangannya akan memberikan
bantuan tersebut akan tetapi, pasangan yang memberikan perawatan yang biasanya orang
tua itu sendiri, beresiko yang tinggi terhadap masalah kesehatan atau memperburuk
kondisi yang ada karena adanya tegangan akibat memberikan perawatan dan karena usia
mereka yang semakin lanjut. (Blietzner dan Alley, 1990)

14
DAFTAR PUSTAKA

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik Jakarta :
Kedokteran EGC
Achjar Henny Ayu Komang Ns. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Nies, A. Mary., & McEwen., Melanie. 2015. Keperawatan Keluarga Komunitas dan
Keluarga. Singapore: ELSEVIER
Friedman.Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga.Kedokteran Teori dan praktik, edisi 3.
EGC:Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai