Dosen Pembimbing:
Ns. Omi Haryati, S.Sos., S.Kep., MKM
Disusun Oleh:
Safitri Rismayati
Sarah Melisa Stephani
Satria Febry Ramdhan
Septi Chairunnisa
Siti Alfiyah
Siti Nurjannah
II REGULER B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN JAKARTA III
JURUSAN KEPERAWATAN
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Intervensi
Keperawatan pada Ibu Hamil.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan nilai tugas Keperawatan Maternitas I. Pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Yeti Resnayati, SKp., MKes, selaku Ketua Jurusan D III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III.
2. Ns. Ulty Desmarnita, SKp., Mkes., SpMat., selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Ns. Sri Djuwitaningsih, SKp.,Mkes.,Sp.Mat, selaku penanggungjawab mata kuliah
Keperawatan Maternitas I
4. Semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan pengarahan
serta informasi yang sangat bermanfaat.
Tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan makalah yang kami susun dan
kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami sendiri maupun para pembaca, khususnya para mahasiswa
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................................................
i
Daftar Isi........................................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
..........................................................................................................................................
1
..........................................................................................................................................
1.2
Rumusan
Masalah
..........................................................................................................................................
1
1.3
Tujuan
..........................................................................................................................................
2
1.3.1
Tujuan
Umum
...................................................................................................................................
2
1.3.2
Tujuan
Khusus
..............................................................................................................................................
2
BAB II Tinjauan Teoritis
2.1
Anatomi
dan
Fisiologis
Usus
Halus
.......................................................................................................................................................
3
2.2
Definisi
Typus
Abdominalis
.......................................................................................................................................................
4
2.3
Etiologi
.......................................................................................................................................................
4
2.4
Gejala
yang
Terjadi
.......................................................................................................................................................
4
2.5
Patofisiologi
.......................................................................................................................................................
5
2.6
Faktor
Resiko
.......................................................................................................................................................
6
2.7
Pemeriksaan
Penunjang
.......................................................................................................................................................
6
2.8
Penatalaksanaan
.......................................................................................................................................................
7
2.9
Komplikasi
.......................................................................................................................................................
7
2.10
Pencegahan
.......................................................................................................................................................
9
2.11
Pengobatan
.......................................................................................................................................................
9
BAB III Asuhan Keperawatan
3.1
Pengkajian
.......................................................................................................................................................
11
3.2
Diagnosa
Keperawatan
.......................................................................................................................................................
11
3.3
Intervensi
.......................................................................................................................................................
11
3.4
Implementasi
.......................................................................................................................................................
12
3.5
Evaluasi
.......................................................................................................................................................
12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................................
13
4.2 Saran .......................................................................................................................................
13
Daftar Pustaka...............................................................................................................................
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Perubahan
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup
keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan
perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).
2. Citra Tubuh
Merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang membentuk persepsi
seseorang tentang tubuhnya baik secara internal maupus eksternal. Persepsi ini
mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi
oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh
persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo,
3.
2004).
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna
dan obyek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif
tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan
perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.
Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia
massa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan
wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam
majalah wanita yang sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat
badan (Anderson & Didomenico, 1992).
b. Usia.
Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi
penting (Papalia & Olds, 2003). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada
remaja untuk mengontrol berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada
remaja putri dari pada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat
badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan
hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating
disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal
hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin
berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003).
c. Media Massa .
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media
yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur
perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Tiggemann (dalam Cash &purzinsky, 2002) juga menyatakan bahwa media
massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan
remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi.
Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan
media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah
Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,
kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat.
Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan
memiliki tubuh yang berotot.
d. Keluarga.
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling
penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak
anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack
(dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh
membuat
seseorang
cenderung
C.
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh
dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan
malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan
gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk
individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu
menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan
fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari
seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik
dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori.
Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).
F. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh,
preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008).
Pengkajian
Gangguan citra tubuh : Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang
dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi.
Stressor pada tiap perubahan adalah
a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
berikut ini :
Citra tubuh yang positif dan sesuai
Ideal diri yang realistic
Konsep diri yang positif
Harga diri yang tinggi
Penampilan peran yang memuaskan
Rasa identitas yang jelas
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
b) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
c) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
d) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik
e) Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negarif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri
c) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan
f) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
3)
4) Gangguan ideal diri: Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi,
sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan
cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal
dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang
terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
a) Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak
bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena
bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main
bola.
b) Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa
sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan
sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi
sekolah.
2. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial,
dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor
kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya:
a. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
b. Isolasi social : menarik diri
c. Deficit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima
perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi
kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat
mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
a. Diagnose I : gangguan citra tubuh
SP Pasien
1) Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klain kembali normal
2) Tujuan khusus :
a) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
b) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
c) Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
d) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1)
Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
2)
perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.Bantu pasien untuk meningkatkan
3)
4)
5)
6)
7)
Intervensi
1) Jelaskan dengan keluarga tentang ganmgguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat
diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya,
termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian,
mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan
kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh
yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan
(pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan
yang terjadi.
Hal-hal yang perlu dievaluais meliputi :
1) Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien berkurang
dalam sifat, jumlah, asal atau waktunya ?
2) Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau tingkat
yang lebih berat ?
3) Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan dengan adekuat ?
4) Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan
terhadap perasaan tersebut ?
5) Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif ?
6) Sudahkah pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi kecemasan ?