Anda di halaman 1dari 9

AMPUTASI

A. Definisi
Amputasi merupakan tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh
(Suratun, 2008).
Amputasi merupakan pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas (Barbara
Engran, 1999).

B. Etiologi
Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, dan gangguan
kongenital (Doenges, 2000).
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :

1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki


2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
6. Deformitas organ

C. Patofisiologi
Amputasi merupakan pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas. Tindakan
ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi
organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak
organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan
amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti
sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Lebih lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

D. Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
1. Amputasi terbuka, amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama
2. Amputasi tertutup, biasanya dokter bedah menutup luka dengan flap kulit
yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira 5 cm lebih pendek
daripada kulit dan otot.

E. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Kerusakkan kulit
4. Kontraktur

F. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen : Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
2. Skan CT : Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis,
pembentukan hematoma.
3. LED : Mengindikasikan respons inflamasi
4. Kultur luka : Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organisme
penyebab.
5. Biopsy : Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.

G. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi
1. Perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi
2. Menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur
3. Mempertahankan intaks jaringan
4. Persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin )

2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri,dan
gangguan neurosensori
3. Riwayat kesehatan masa lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi,
trauma, dan fraktur), cara penanggulangan, dan penyakit diabetes melitus
4. Riwayat kesehatan sekarang : kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab, gejala, lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan
5. Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen,
kardiovaskuler (hipertensi dan takikardia), neurologis (spasme otot,
kesemutan), keadaan extremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya
kontraktur
6. Riwayat psikososial : reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung
7. Pemeriksaan diagnostik : rontgen (lokasi/luas), CT scan, MRI, arteriogram,
darah lengkap, dan kreatinin
8. Pola kebiasaan sehari-hari : nutrisi, eliminasi, dan asupan cairan

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan spasme otot, edema,
kerusakan jaringan
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah vena/arteri, trauma pembuluh darah, hipovolemia
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan extremitas
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi amputasi
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan amputasi anggota tubuh

3
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi
C. Intervensi keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan spasme otot, edema,
kerusakan jaringan
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, lokasi dan intensitas nyeri.
Rasional : memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan
keefektifan intervensi
b. Pertahankan immobilisasi secara efektif dengan cara tirah baring.
Rasional : mencegah terjadinya gerakan yang sering dari tulang yang
patah sehingga tidak merangsang saraf yang menimbulkan nyeri.
c. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis: teknik relaksasi dan
distraksi
Rasional : teknik relaksasi akan membantu dalam pelemasan otot dan
distraksi mengalihkan perhatian yang terpusat pada nyeri
d. Tangani extremitas yang sakit dengan perlahan, sangga dengan tangan
atau bantal
Rasional: pergerakan fragmen tulang sangat nyeri; spasme otot terjadi
bila digerakkan; sokongan yang memadai akan mengurangi tegangan
jaringan lunak
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa sakit
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah vena/arteri, trauma pembuluh darah, hipovolemia
a. Palpasi nadi, evaluasi pengisian kapiler serta warna kulit, suhu dan
bandingkan dengan tungkai yang tak operasi
Rasional: penurunan/tak adanya nadi, waktu pengisian kapiler, pucat,
kulit dingin menunjukkan penurunan sirkulasi/perfusi
b. Kaji gerakan dan sensasi ekstermitas yang dioperasi
Rasional: peningkatan nyeri, ketidakmampuan melakukan gerakan yang
diharapkan, pengaruh sirkulasi memerlukan intervensi segera

c. Awasi jumlah dan karakteristik drainase pada balutan


Rasional: dapat mengindikasikan perdarahan/hematoma berlebihan, yang
berpotensi mempengaruhi neurovaskuler
d. Observasi kegelisahan, kacau mental, nyeri dada tiba-tiba, takikardi,
demam

4
Rasional: emboli lemak dapat terjadi (biasanya pada 72 jam pertama
pascaoperasi) karena manipulasi traumatik sumsum tulang selama
implantasi protese panggul
3. Keterbatasan aktivitas kehidupan sehari-hari (Makan, minum, mandi
eliminasi) b/d imobilisasi sekunder nyeri fraktur, Amputasi.
a. Kaji tingkat ketergantungan klien.
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya lebih mudah
b. Dekat alat yang diperlukan klien.
Rasional: klien mudah menjangkau & menghindari trauma (jatuh).
c. Bantu kebutuhan klien selama klien mengalami keterbatasan.
Rasional: agar kebutuhan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kondisi.
d. Bantu klien untuk imobilisasi bila nyeri berkurang atau sesuai indikasi.
Rasional: ambulasi dini melatih klien melakukan aktivitas dari yang
ringan sampai dengan kegiatan aktif.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan extremitas
a. Kaji derajat mobilitas
Rasional: untuk mengetahui kemampuan klien dalam aktivitas
b. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
Rasional: untuk memudahkan klien dalam memenuhi kebutuhan secara
mandiri
c. Bantu klien melakukan latihan ROM
Rasional: mempertahankan pleksibilitas sendi sesuai kemampuan
d. Pertahankan postur tubuh yang baik saat klien duduk
Rasional: menegakkan postur tubuh dan menguatkan otot-otot sesuai
kesejajaran anatomi

e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien


Rasional: kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik yang diberikan oleh ahli fisioterapi
f. Ajarkan klien menggunakan prostesis
Rasional: untuk memudahkan mobilisasi
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi amputasi
a. Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional: deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk
intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius
b. Pantau tanda vital
Rasional : peningkatan suhu tubuh/takikardi di atas normal dapat
menunjukkan terjadinya sepsis
c. Pantau daerah insisi amputasi, apakah ada pengeluaran pus, timbul bau
dan peningkatan ketidaknyamanan

5
Rasional: deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk
intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius (contoh:
osteomielitis)
d. Ganti balutan luka amputasi dengan teknik aseptik sesuai program medis
Rasional: menghindari masukkan organisme infeksius
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional: antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaksis,
atau terapi antibiotik mungkin disesuaikan terhadap organisme khusus
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan amputasi anggota
tubuh/kehilangan bagian tubuh
a. Kaji persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi
Rasional: pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup
atau rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat
b. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien
Rasional: dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat
membantu proses rehabilitasi
c. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubunganya dengan
perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi
yang biasanya
Rasional: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola
hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah
d. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif,
penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan
nyata/yang diterima
Rasional: mengidentifikasi tahap berduka/kebutuhan untuk intervensi
e. Diskusikan tersedianya berbagai sumber seperti konseling psikiatrik
Rasional: dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut
yang optimal dan rehablitasi
7. Resiko kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan pressure yang
berlebihan, gesekan yang berlebihan, kurang aktivitas, sekunder adanya
imobilitas.
a. Pantau daerah yang sering mengalami tekanan.
Rasional: mengetahui daerah yang mengalami tekanan akan
mempermudah intervensi
b. Ubah posisi pasien setiap 2 jam
Rasional: mengurangi resiko iskemik jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan

6
c. Beri alas tempat tidur yang tidak kasar dan tidak lembab (Pertahankan
kebersihan dan beri bedak pada daerah tertentu).
Rasional: gesekan yang berlebih akan mengakibatkan lecet pada kulit
dan tempat lembab dan kurang bersih merupakan media kuman. Bedak
mengurangi gesekan berlebihan.
d. Lakukan massage, terutama setelah klien dimandikan & berikan tepukan
–tepukan ringan pada daerah yang menonjol.
Rasional: melancarkan sirkulasi darah, semoga keutuhan jaringan tetap
terjaga.
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi
a. Kaji ulang proses penyakit, prosedur pembedahan, dan harapan yang
akan datang
Rasional: memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan informasi
b. Kaji ulang perawatan insisi/luka
Rasional: meningkatkan kemandirian pada perawatan diri, menurunkan
resiko komplikasi
c. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik contoh demam
menggigil, inflamasi insisi, drainase luka tak lazim
Rasional: infeksi bakteri memerlukan pengobatan cepat untuk mencegah
progesi ke osteomielitis pada area operasi
d. Identifikasi kewaspadaan perdarahan
Rasional: menurunkan resiko perdarahan
e. Dorong pemasukan diet seimbang termasuk cairan adekuat
Rasional: meningkatkan penyembuhan, fungsi usus besar, dan kandung
kemih selama periode perubahan aktifitas

D. Evaluasi
1. Klien tidak mengalami nyeri: tampak rileks, mengungkapkan rasa nyaman
2. Perfusi jaringan yang adekuat: nadi teraba, kulit hangat dan kering, tanda
vital stabil
3. Klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan
4. Mencapai mobilitas mandiri: mampu menggunakan alat bantu saat
mobilisasi, memperlihatkan rentang gerak aktif, mampu menggunakan
protesis dengan aman
5. Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya, bebas drainase purulen atau
tidak demam

7
6. Menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri
(amputasi), mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri
yang akurat tanpa harga diri negatif, membuat rencana nyata untuk adaptasi
peran baru/perubahan peran
7. Kerusakkan intergritas kulit tidak terjadi
8. Menyatakan pemahaman prognosis, melakukan dengan benar prosedur
tertentu dan menjelaskan alasan tindakan

8
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engran. (1999). Rencana asuhan keperawatan medikal-bedah. vol. 2.

EGC: Jakarta

Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk

perencanaan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta

Guyton, A.C. (1995). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. EGC: Jakarta

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulkapius: Jakarta

Smeltzer & Bare (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah brunner &

Suddarth, ed.8, vol.2. EGC: Jakarta

Suratun., Heryati., Santa Manurung.,& Een Raenah. (2008). Seri asuhan

keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai