1. Pengertian
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: “hydro” yang
berarti air dan “cephalus” yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan “kepala air”) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. Hidrosefalus adalah suatu
keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis,
disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi,
dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto
Suharso,2009)
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito dkk,
2007:328).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi, 2006)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal
mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (Nining, 2008).
2. Klasifikasi
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan
atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan.
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar
dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS
yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan
ventrikel-ventrikel otak
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai
otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atau athrophy
3. Etiologi
a. Kelainan bawaan
1. Stenosis akuaduktus silvi
Merupakan penyebab yang paling banyak pada hidrosephalus pada
bayi dan anak (60-90%). Aquaduktus dapat berupa saluran yang buntu
sama sekali atau abnormal (lebih sempit)
2. Spina bifida
Hidrosephalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan
sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga menyebabkan sumbatan.
3. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen luscha dan magandi pada
ventrikel IV.
4. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
b. Infeksi
Infeksi dapat mengakibatkan perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subaraknoid. Biasanya terjadi setelah proses infeksi,
infeksi yang sering menyebabkan Hidrosephalus adalah infeksi saluran
pernapasan.
c. Neoplasma
Hidrosephalus dapat disebabkan oleh neoplasma jika tumor tersebut
menekan atau menyumbat saluran dari cairan serebro spinal.
d. Perdarahan
Telah banyak di buktikan bahwa perdarahan dalam otak sebelum dan
sesudah lahir, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada
daerah basal selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah
itu sendiri
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu: anak dibawah usia 2 tahun,
dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris
Strabismus divergens
Nystagmus
Refleks pupil lambat
Atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
6. Penatalaksanaan
• Non Bedah
Terapi obat-obatan pada hidrosefalus digunakan untuk menunda intervensi
bedah. Terapi obat-obatan dapat digunakan pada hidrosefalus paska perdarahan
(tanpa adanya hidrosefalus akut). Terapi obat-obatan tidaklah efektif untuk
pengobatan jangka panjang dari hidrosefalus kronis. Terapi ini dapat memicu
perubahan metabolik dan dengan demikian penggunaannya hanya sebagai
usaha sementara saja. Obat-obatan dapat mempengaruhi dinamika dari cairan
serebrospinal dengan beberapa mekanisme. Obat-obatan seperti asetazolamide
dan furosemid mempengaruhi cairan serebrospinal dengan cara menurunkan
sekresi cairan serebrospinal oleh pleksus koroideus. Isosorbide (walaupun
keefektifannya dipertanyakan) dikatakan dapat meningkatkan reabsorpsi dari
cairan serebrospinal.
• Bedah
Tindakan pembedahan adalah pilhan terapi yang lebih disukai. Salah satu
tindakan intervensi yang dapat dilakukan adalah lumbal pungsi. Lumbal pungsi
serial dapat dilakukan untuk kasus hidrosefalus setelah perdarahan
intraventrikuler, karena pada kondisi seperti ini hidrosefalus dapat hilang dengan
spontan. Jika reabsorpsi tidak terjadi ketika kandungan protein di dalam cairan
serebrospinal dibawah 100 mg/dL, reabsorpsi spontan tidak mungkin terjadi.
Lumbal pungsi serial hanya dapat dilakukan pada kasus hidrosefalus komunikan.
Kebanyakan pasien diterapi dengan shunt. Hanya sekitar 25% dari pasien
dengan hidrosefalus yang berhasil diterapi tanpa pemasangan shunt. Prinsip dari
shunting adalah untuk membentuk suatu hubungan antara cairan serebrospnal
(ventrikel atau lumbal) dan rongga tempat drainase (peritoneum, atrium kanan,
pleura).
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga komponen yaitu; kateter proksimal,
katub (dengan/tanpa reservior), dan kateter distal. Komponen bahan dasarnya
adalah elastomer silicon. Pemilihan pemakaian didasarkan atas pertimbangan
mengenai penyembuhan kulit yang dalam hal ini sesuai dengan usia penderita,
berat badan, ketebalan kulit dan ukuran kepala. Sistem hidrodinamik shunt tetap
berfungsi pada tekanan yang tinggi, sedang dan rendah, dan pilihan ditetapkan
sesuai dengan ukuran ventrikel, status pasien (vegetative, normal) pathogenesis
hidrosefalus, dan proses evolusi penyakit.
7. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
a. Peningkatan TIK
b. Pembesaran kepala
c. Kerusakan otak
d. Retardasi mental
e. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
f. Ekstremitas mengalami kelemahan, sensibilitas kulit menurun
g. Kerusakan jaringan saraf
h. Proses aliran darah terganggu
8. Patofisiologi
Merangsang
Atresia Gliosis
produksi liquor
berlebihan
Obstruksi pada
aliran CSF
Tekanan
intrakranial
meningkat
Kompartemen kepala
berusaha menyeimbangkan
sekresi dan absorbsi liquor
Pembesaran
ventrikel
unilateral
Ketidakseimbang
Resiko Gangguan an nutrisi kurang
Tumbuh Kembang dari keb.tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Http://Mualim/2010/12/Askep-Hydrocephalus.html
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk Perawat Dan Bidan).
Http://Www.Pediatrik.Com/Isi03.Php?Page=Html&Hkategori=Pdt&Direktori=P
dt&Filepdf=0&Pdf=&Html=061214-Sykj201.Htm