A DENGAN
MASALAH GANGGUAN CITRA TUBUH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
VERONIKA ANITA SARI LAIA
210202061
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. Suatu gangguan citra tubuh
dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara
berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi
signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik
bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan
anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya . Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya pada klien yang tidak menimbulkan keributan dan yang
tidak membahayakan
BAB II
LANDASAN TEORI
fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan
mencakup sensasi tubuh, seperti nyeri, kesenangan, keletihan, gerakan fisik. Citra
tubuh adalah gabungan dari sikap, kesadaran ,dan tidak kesadaran, yang dimiliki
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry,
2009). Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan dengan tubuh,
termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh
Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Citra tubuh dapat
sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi
kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan
individu tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain
terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu
bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari
rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan
dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2009).
dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan harga
dirinya meningkat. Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif tentang tubuh
makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2009).
pemasangan infuse.
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan
Menurut Dalami tahun 2009, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara
lain:
5. Mengungkapkan keputusasaan.
6. Mengungkapkan ketakutan
2.2.5 Stressor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh
2. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang belakang,
kolostomi, trakeostomi).
4. Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi muskular yang tidak dapat dicapai).
a. Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu melihat berbagai bagian tubuh
c. Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya, serta merasa nyaman dan
a. Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh, merasa terdapat bagian-
b. Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan bahwa ukuran atau
Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental fisik diri
Gangguan konsep diri yang mungkin muncul diantaranya adalah gangguan citra
tubuh. Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter & Perry, 2009). Individu yang mengalami gangguan citra tubuh mungkin
strukturnya telah berubah akibat penyakit atau trauma. Beberapa individu dapat
megendalikan situasi, dan kerapuhan. Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat
mungkin mengalami perubahan citra tubuh, perubahan ukuran tubuh, berat badan
yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti
operasi dan suntikan daerah pemasangan infus merupakan stresor yang bisa
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, respiratori, suntik, pemeriksaan tanda
Luka atau peradangan pada ekstremitas bawah atau kaki yang terjadi pada
klien diabetes mellitus harus segera diobati, dirawat, bila terlambat mudah timbul
ganggre diabetik (luka kehitaman karena sebagian jarinya mati dan membusuk,
berbau tidak sedap atau busuk) pada akhirnya harus dipotong (amputasi),
Peran perawat dalam hal ini adalah menciptakan hubungan saling percaya
pertolongan dari orang lain, mendorong klien untuk melakukan aktivitas sosial,
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 62 Tahun
Alamat : Gg.Musara 40i
Status : Menikah
Jenis Kel. : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 05 Oktober 2021.
Saat pengkajian :
IV. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Ukuran Vital :
TD : 90/80 mm/Hg
N : 88 x/m
S : 360 C
P : 20 x/m
2. Ukuran : BB 53 kg TB : 157 cm
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas :
Pasien mengatakan nama lengkapnya “Ny. A ”, pasien menyebutkan tanggal
lahirnya dan usianya.
c. Peran :
Pasien dalam keluarga berperan sebagai Istri dan Ibu
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin berguna bagi keluarga dan lingkungannya serta tidak
ingin menyusahkan banyak orang karena penyakit yang dideritanya.
e. Harga diri :
Pasien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga tetapi
mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Pasien mengatakan orang terdekat yang biasanya diajak untuk memecahkan
masalah adalah suami dan anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat:
Pasien mengatakan pasien jarang mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di dalam
masyarakat baik itu yang bersifat adat maupun umum karena kondisi pasien.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan mengalami hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama muslim dan rajin beribadah
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien berpenampilan rapi, berpakaian sesuai dengan tempatnya, rambut pasien
disisir rapi
Masalah Keperawatan:-
2. Pembicaraan
Menceritakan semua yang dialaminya dengan ekspresi wajah malu dan gelisah.
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Saat wawancara pasien Nampak gelisa dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakit dan
kondisinya saat ini, pasien tampak malu dan menolak untuk melihat
ekstremitasnya yang terganggu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Citra tubuh
4. Alam Perasaan
Pasien terlihat menunjukkan ekspresi khawatir dan takut karena pasien merasa
trauma untuk masuk kerumah sakit dan kondisinya saat ini yang masih mudah.
Masalah Keperawatan : Ketakutan
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan pasien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, pasien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata pasien tidak fokus dan pasien menatap wajah perawat saat wawancara dan
mau menjawab pertanyaan perawat dengan antuasias.
7. Persepsi
Halusinasi :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan : -
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan pasien jelas dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam satu topik pembicaraan
9. Isi Pikir
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat Kesadaran
Pasien menyadari bahwa dia sedang tidak berada di rumahnya, pasien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.
11. Memori
Pasien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Pasien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi pasien sudah makan
atau belum. Pasien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik jangka
panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasikurang baik dan kurang fokus terhadap apa yang
ditanyakan oleh perawat
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah pasien mendahulukan kegiatan merapikan
tempat tidur atau menyapu. Pasien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu karena kata pasien itu juga lebih mendesak.
14. Daya tilik diri
Pasien kurang mengetahui penyakit yang dideritanya.
VIII. MEKANISME KOPING
ADAPTIF MALADAPTIF
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat
Teknik relokasi Reaksi berlebih
Aktivitas konstruktif Bekerja berlebihan
Olah raga Menghindar
Lainnya Mencederai diri
Lainnya
Jelaskan :
Saat diwawancara reaksi pasien kurang baik, pasien dapat berbicara dengan orang
lain tanpa ada gangguan, dan pasien dapat menyelesaikan masalah yang ada di
keluarga pasien.
Masalah Keperawatan : -
Ketakutan ( effect )
EVALUASI SOAP
S: klien mengatakan namanya dan mengatakan sedang bekerja
- Klien mengatakan yang membuatnya menolak untuk menyentuh bagian tubuhnya
- Klien senang diajari terapi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis. Penulis mendapatkan
bahwa Ny. A mengalami pincang pada kaki nya sebelah kanan dikarenakan usia
dan kemampuan berjalan yang sudah mulai menurun.
Ketika diberikan intervensi, klien mampu mengikuti tindakan yang
diberikan oleh penulis dan berespon dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tindakan yang dilakukan oleh penulis yaitu bahwa klien
mampu melakukan danmampu mengikuti tindakan yang diberikan serta
yag diinstruksikan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, L. 2007. Citra Tubuh (Body Image) Remaja Perempuan. Jurnal Musawa,
Vol 5, No.4, Oktober 2007. STAIN Ponorogo. Ponorogo
Andea, R. 2010. Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ariyani, R.E. 2011. Hubungan antara Status Gizi dan Pola Makan dengan Fungsi
Paru Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Balai Besar
KesehatanParu Masyarakat Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.
Chairiah, P. 2012. Hubungan Gambaran Body image dan pola makan Remaja
Putri di SMAN 38 Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Depok.