Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN
MASALAH GANGGUAN CITRA TUBUH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
VERONIKA ANITA SARI LAIA
210202061

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
T.A. 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut National Eating Disorder, citra tubuh atau biasa juga disebut sebagai
body image adalah bagaimana seseorang melihat diri sendiri ketika ia berkaca atau
ketika ia membayangkan dirinya dalam pikiran. Citra tubuh adalah sikap individu
yang disadari atau tidak disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi serta
perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.
Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014).
Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri.
Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh
secara dinamis

Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. Suatu gangguan citra tubuh
dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara
berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi
signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik
bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan
anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya . Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya pada klien yang tidak menimbulkan keributan dan yang
tidak membahayakan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Citra Tubuh

2.2.1 Definisi Citra Tubuh

Citra tubuh adalah cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan, dan

fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan

afektif. Kognitif adalah pengetahuan materi tubuh dan kelekatannya, afektif

mencakup sensasi tubuh, seperti nyeri, kesenangan, keletihan, gerakan fisik. Citra

tubuh adalah gabungan dari sikap, kesadaran ,dan tidak kesadaran, yang dimiliki

seseorang terhadap tubuhnya.

Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan

kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry,

2009). Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan dengan tubuh,

termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh

termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas,

berpenampilan muda, kesehatan dan kekuatan (Potter & Perry, 2009).

Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar

maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta

persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Citra tubuh dapat

mempengaruhi bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara

sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi

tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah

kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan

terhadap dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:


1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.

2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis

individu tersebut.

3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain

terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.

4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan

memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.

5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat

mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

2.2.2 Faktor Yang Memperngaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.

Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan

mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan

aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga

mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan

kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu

memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.

Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur

bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari

rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan

kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan

mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan

dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2009).

2.2.3 Klasifikasi Citra Tubuh


Menurut Riyadi (2009), citra tubuh normal adalah persepsi individu yang

dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan harga

dirinya meningkat. Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif tentang tubuh

yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,

makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2009).

Stressor pada tiap perubahan, yaitu :

1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit .

2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah

pemasangan infuse.

3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan

pemasanagn alat di dalam tubuh.

4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.

5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.


6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,

pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan

tanda vital, dll).

2.2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Dalami tahun 2009, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara

lain:

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi.

3. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negative pada tubuh.

4. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

5. Mengungkapkan keputusasaan.

6. Mengungkapkan ketakutan
2.2.5 Stressor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh

1. Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi, histerektomi).

2. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang belakang,

penyakit neuromuskular, artritis, penurunan kemampuan mental dan sensori).

3. Disfigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di wajah,

kolostomi, trakeostomi).

4. Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi muskular yang tidak dapat dicapai).

2.2.6 Kriteria Citra Tubuh

Nada (dalam Veronica, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua kriteria

citra tubuh yaitu :

1. Body Image (Citra Tubuh) positif :

a. Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu melihat berbagai bagian tubuh

sebagaimana yang sebenarnya.

b. Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan memahami bahwa penampilan

fisik pada setiap individu mempunyai nilai dan karakter.

c. Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya, serta merasa nyaman dan

yakin dalam tubuhnya.

2. Body Image (Citra Tubuh) negatif :

a. Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh, merasa terdapat bagian-

bagian tubuh yang tidak sebenarnya.

b. Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan bahwa ukuran atau

bentuk tubuh adalah tanda kegagalan pribadi.

c. Individu merasa malu, sadar diri dan cemas tentang tubuhnya.

d. Individu tidak nyaman dan canggung dalam tubuhnya.


2.7 Gangguan Citra Tubuh pada Pasien Ca Mamae

Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental fisik diri

individu (NANDA, 2012). Masalah psikososial yang dapat dialami penyandang

diabetes mellitus diantaranya meliputi gangguan konsep diri dan kecemasan.

Gangguan konsep diri yang mungkin muncul diantaranya adalah gangguan citra

tubuh. Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara

internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang

ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang

karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain

(Potter & Perry, 2009). Individu yang mengalami gangguan citra tubuh mungkin

menyembunyikan atau tidak melihat atau menyentuh bagian tubuh yang

strukturnya telah berubah akibat penyakit atau trauma. Beberapa individu dapat

juga mengekspresikan perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mamp u

megendalikan situasi, dan kerapuhan. Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat

mungkin mengalami perubahan citra tubuh, perubahan ukuran tubuh, berat badan

yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti

operasi dan suntikan daerah pemasangan infus merupakan stresor yang bisa

mengakibatkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh yang memicu terjadinya

gangguan citra tubuh. Makna objek sering kontak, penampilan berubah

pemasangan alat pada tubuh klien (infus, respiratori, suntik, pemeriksaan tanda

vital dan lain- lain) (Tjokroprawiro,2011).

Luka atau peradangan pada ekstremitas bawah atau kaki yang terjadi pada

klien diabetes mellitus harus segera diobati, dirawat, bila terlambat mudah timbul

ganggre diabetik (luka kehitaman karena sebagian jarinya mati dan membusuk,
berbau tidak sedap atau busuk) pada akhirnya harus dipotong (amputasi),

ganggren diabetik penderita mendapatkan insulin, antibiotik dosis tinggi, dan

perawatan secara intensif (Hidayat. A. A. Musrifaul. Ullyah 2015).

Peran perawat dalam hal ini adalah menciptakan hubungan saling percaya

dengan mendorong klien untuk membicarakan perasaan tentang dirinya,

meningkatkan interaksi sosisal dngan cara membantu klien untuk menerima

pertolongan dari orang lain, mendorong klien untuk melakukan aktivitas sosial,

menerima keadaan dan lainnya (Hidayat A.A. Musrifatul. Ullyah 2015).


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA Ny. M


DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

I. IDENTITAS PASIEN
Nama            : Ny. A
Umur            : 62 Tahun
Alamat          : Gg.Musara 40i
Status            : Menikah
Jenis Kel.      : Perempuan               
Tanggal Pengkajian : 05 Oktober 2021.

Saat pengkajian :

Pasien mengatakan tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi disebabkan


oleh penuaan yang membuat fisik nya berubah. pasien mengatakan sering
mengalami persepsi negative pada tubuh

II. FAKTOR  PREDISPOSISI


1. Faktor perkembangan
Pasien mengatakan pernah mengalami perubahan berat badan akibat pola makan
tidak teratur.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar keluarga baik, ketika mempunyai masalah pasien memecahkan
masalahnya bersama suami dan anak-anaknya
3. Faktor psikologis
Pasien termasuk tipe orang yang terbuka, sering menceritakan keluh kesah yang
dialami kepada suami dan anak-anaknya serta tidak merasa dirinya tidak berharga.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor sosial budaya
Pasien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2 Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir dan cemas karena penyakitnya akan muncul kembali.
3. Faktor psikologis
pasien merasa tidak dapat menerima keadaan dirinya

IV.    PEMERIKSAAAN FISIK
1. Ukuran Vital :
TD : 90/80 mm/Hg  
N : 88 x/m     
S : 360 C
P : 20 x/m    
2.      Ukuran : BB 53 kg            TB : 157 cm    

2. Konsep Diri
a.   Citra tubuh  :
Pasien mengatakan mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b.   Identitas       :
Pasien mengatakan nama lengkapnya “Ny. A ”, pasien menyebutkan tanggal
lahirnya dan usianya.
c.   Peran            :
Pasien dalam keluarga berperan sebagai Istri dan Ibu
d.    Ideal diri      :
Pasien mengatakan ingin berguna bagi keluarga dan lingkungannya serta tidak
ingin menyusahkan banyak orang karena penyakit yang dideritanya.
e.   Harga diri    :  
Pasien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga tetapi
mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain.
3.      Hubungan sosial
a.     Orang yang berarti/terdekat:
Pasien mengatakan orang terdekat yang biasanya diajak untuk memecahkan
masalah adalah suami dan anaknya
b.     Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat:
Pasien mengatakan pasien jarang mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di dalam
masyarakat baik itu yang bersifat adat maupun umum karena kondisi pasien.
c.     Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan mengalami hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain.                
4.      Spiritual
a.   Nilai dan keyakinan
Pasien beragama muslim dan rajin beribadah
VI.    STATUS MENTAL
1.      Penampilan
Pasien berpenampilan rapi, berpakaian sesuai dengan tempatnya, rambut pasien
disisir rapi
Masalah Keperawatan:-
2.      Pembicaraan
Menceritakan semua yang dialaminya dengan ekspresi wajah malu dan gelisah.
3.      Aktifitas motorik/Psikomotor
Saat wawancara pasien Nampak gelisa dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakit dan
kondisinya saat ini, pasien tampak malu dan menolak untuk melihat
ekstremitasnya yang terganggu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Citra tubuh
4. Alam Perasaan
Pasien terlihat menunjukkan ekspresi khawatir dan takut karena pasien merasa
trauma untuk masuk kerumah sakit dan kondisinya saat ini yang masih mudah.
Masalah Keperawatan : Ketakutan
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan pasien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, pasien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata pasien tidak fokus dan pasien menatap wajah perawat saat wawancara dan
mau menjawab pertanyaan perawat dengan antuasias.
7. Persepsi
Halusinasi :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan : -
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan pasien jelas dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam satu topik pembicaraan
9. Isi Pikir
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat Kesadaran
Pasien menyadari bahwa dia sedang tidak berada di rumahnya, pasien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.
11. Memori
Pasien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Pasien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi pasien sudah makan
atau belum. Pasien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik jangka
panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasikurang baik dan kurang fokus terhadap apa yang
ditanyakan oleh perawat
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah pasien mendahulukan kegiatan merapikan
tempat tidur atau menyapu. Pasien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu karena kata pasien itu juga lebih mendesak.
14. Daya tilik diri
Pasien kurang mengetahui penyakit yang dideritanya.
VIII. MEKANISME KOPING
ADAPTIF MALADAPTIF
Bicara dengan orang lain  Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat
 Teknik relokasi  Reaksi berlebih
 Aktivitas konstruktif  Bekerja berlebihan
 Olah raga  Menghindar
 Lainnya  Mencederai diri
 Lainnya
Jelaskan :
Saat diwawancara reaksi pasien kurang baik, pasien dapat berbicara dengan orang
lain tanpa ada gangguan, dan pasien dapat menyelesaikan masalah yang ada di
keluarga pasien.
Masalah Keperawatan : -

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok
Uraikan : ada masalah dengan dukungan kelompok, sebab pasien malu berkumpul
dan bersosialisasi dengan tetangga.
 Masalah berhubungan dengan pendidikan
Uraikan : Pasien tidak bersekolah
 Masalah dengan pekerjaan
Uraikan : Pasien tidak bekerja.
 Masalah dengan perumahan
Uraikan : Tidak ada masalah dengan perumahan, spesifiknya pasien mempunyai
tempat tinggal yang bersih dan luas
Masalah dengan ekonomi
Uraikan : Tidak ada masalah dengan ekonomi
 Masalah lainnya
Uraikan :ada masalah dengan dukungan lingkungan, spesifiknya pasien tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : -
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN ( POHON MASALAH )

Ketakutan ( effect )

Gangguan Citra Tubuh ( core problem )

Kehilangan Anggota Tubuh (edcausa)

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Citra Tubuh

XIV. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan TUM :
Citra Tubuh Pasien mampu
melihat bagian
tubuhnya yang
hilang secara
bertahap
TUK : 1. Bina hubungan1. Pembinaan hubungan
1. Setelah saling percaya saling percaya
diberikan dengan : merupakan dasar
askep selama a.
1 Sapa pasien terjalinnya
kali pertemuan dengan ramah komunikasi terbuka
(tiap baik verbal sehingga
pertemuan  20 maupun non meningkatkan rasa
menit) verbal komunikasi pasien.
diharapkan b. Perkenalkan diri
pasien dengan sopan.
membina c. Tanyakan nama
hubungan lengkap pasien
saling percaya dan nama
dengan KH : panggilan yang
a. Wajah pasien disukai.
cerah dan
d. Jelaskan tujuan
tersenyum pertemuan.
b. Pasien mau
e. Jujur dan
membalas menepati janji
salam. f. Tunjukkan sikap
c. Pasien mau empati dan
menyebutkan menerima pasien
nama sambil apa adanya.
berjabat tangan
dan ada kontak
mata
d. Pasien bersedia
menceritakan
perasaannya
TUK : 1. Adakan kontak1. Mengidentifikasi citra
2. Pasien dapat sering dan tubuh klien
mengidentifika singkat secara2. Untuk mengadopsi
si dan bertahap. koping yang baru,
meningkatkan 2. Bantu pasien pasien pertama kali
perasaan untuk harus meningkatkan
tentang mengidentifikasi penerimaan terhadap
penerimaan dan citra tubuh klien
tubuhnya menggambarkan
dengan KH : perasaan yang
a. Pasien dapat mendasari
menyebutkan penolakan
waktu, isi, kehilangan
frekuensi anggota tubuh. 3. Pasien dapat
timbulnya rasa3. Gunakan mengidentifikasi
penolakan. pertanyaan potensi (aspek positif)
b. Pasien dapat terbuka beralih dirinya.
mengungkapka dari topik yang
n perasaannya tidak
terhadap mengancam ke
kondisinya saat isu konflik
ini. 4. Tinjau penilaian
terhadap stresor,
nilai-nilai yang
terancam dan
TUK : cara konflik
3. Pasien dapat berkembang
mengidentifika
si penyebab
gangguan citra
tubuhnya 1. Identifikasi
dengan KH : bersama pasien
a. Pasien dapat cara / tindakan
menceritakan yang dilakukan
penyebab jika terjadi
gangguan citra penolakanuntuk
tubuh tidak menerima
b. Pasien dapat keadaan
menyebutkan tubuhnya saat
tindakan yang ini.
biasanya 2. Ajarkan teknik
dilakukan distraksi dan
untuk relaksasi
mengendalikan
penolakan
pada tubuhnya.
c. Pasien dapat
memilih cara
mengatasinya.

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Melakukan salam teraupetik


2. Mengidentifikasi citra tubuh klien
3. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuh klien
4. Mengajarkan pasien cara terapi kognitif perilaku
5. Mengajarkan pasien untuk melakukannya dirumah

EVALUASI SOAP
S: klien mengatakan namanya dan mengatakan sedang bekerja
- Klien mengatakan yang membuatnya menolak untuk menyentuh bagian tubuhnya
- Klien senang diajari terapi

O: - klien menceritakan penyebab cemas


- Klien terlihat paham dan mengikuti penjelasan dan terapi yang telah diajari

A: - gangguan citra tubuh berkurang/ tujuan tercapai


P.klien : klien melakukan terapi yang diajarkan
P.perawa: Terapi satu tercapai
Menyiapkan terapi sesi 2

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis. Penulis mendapatkan
bahwa Ny. A mengalami pincang pada kaki nya sebelah kanan dikarenakan usia
dan kemampuan berjalan yang sudah mulai menurun.
Ketika diberikan intervensi, klien mampu mengikuti tindakan yang
diberikan oleh penulis dan berespon dengan baik.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tindakan yang dilakukan oleh penulis yaitu bahwa klien
mampu melakukan danmampu mengikuti tindakan yang diberikan serta
yag diinstruksikan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, L. 2007. Citra Tubuh (Body Image) Remaja Perempuan. Jurnal Musawa,
Vol 5, No.4, Oktober 2007. STAIN Ponorogo. Ponorogo
Andea, R. 2010. Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ariyani, R.E. 2011. Hubungan antara Status Gizi dan Pola Makan dengan Fungsi
Paru Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Balai Besar
KesehatanParu Masyarakat Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.
Chairiah, P. 2012. Hubungan Gambaran Body image dan pola makan Remaja
Putri di SMAN 38 Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Depok.

Anda mungkin juga menyukai