Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN TN.

M DENGAN

GANGGUAN CITRA TUBUH DI RUANGAN MAWAR

RSAD. Dr. R. ISMOYO KOTA KENDARI

OLEH :

NENENG ANJARWATI

N202201040

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

2023
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Gangguan Citra Tubuh

Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental fisik diri

individu (NANDA, 2015). Masalah psikososial yang dapat dialami

penyandang diabetes mellitus diantaranya meliputi gangguan konsep diri dan

kecemasan. Gangguan konsep diri yang mungkin muncul diantaranya adalah

gangguan citra tubuh. Citra tubuh membentuk persepsi seseorang 8 tentang

tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan

dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan

pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari

pandangan orang lain (Potter & Perry, 2015).

Citra tubuh adalah cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan,

dan fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif

dan afektif. Kognitif adalah pengetahuan materi tubuh dan kelekatannya,

afektif mencakup sensasi tubuh, seperti nyeri, kesenangan, keletihan, gerakan

fisik. Citra tubuh adalah gabungan dari sikap, kesadaran ,dan tidak kesadaran,

yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Citra tubuh dipengaruhi oleh

pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh

persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2017).


Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain :

1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.

2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek

psikologis individu tersebut.

3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang

lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap

dirinya.

4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh

akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan 5 meningkatkan

harga diri.

5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat

mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

B. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Kerancauan Identitas Depersonalisasi

Sumber : Stuart, 2013)

C. Etiologi

Menurut Potter & Perry (2017) faktor penyebab yang paling sering

yang dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan citra tubuh adalah

sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi

Gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan

perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti

pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar

pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu,

sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh.

Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh

persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya

mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.

Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur

bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar

dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik

dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan

dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh

bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri.

2. Faktor Prespitasi

a. Kehilangan bagian tubuh akibat operasi (mis., amputasi, mastektomi,

histerektomi).

b. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang

belakang, penyakit neuromuskular, artritis, penurunan kemampuan

mental dansensori).

c. Disfigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di

wajah, kolostomi, trakeostomi).


d. Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi muskular yang tidak dapat

dicapai).

D. Klasifikasi Citra Tubuh

Menurut Riyadi (2015) Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif

tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur,

fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang sering berhubungan dengan

tubuh. Stressor pada tiap perubahan, yaitu :

1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit .

2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah

pemasangan infuse.

3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai 6 dengan

pemasanagn alat di dalam tubuh.

4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.

5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,

pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik,

pemeriksaan tanda vital, dll).

E. Tanda dan Gejala

Menurut Dalami tahun 2018, tanda dan gejala gangguan citra tubuh

antara lain:

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi.


3. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negative pada tubuh.

4. Preokupasi dengan bagiantubuh yang hilang.

5. Mengungkapkan keputusasaan.

6. Mengungkapkan ketakutan

F. Patofisiologi

Individu yang mengalami gangguan citra tubuh mungkin

menyembunyikan atau tidak melihat atau menyentuh bagian tubuh yang

strukturnya telah berubah akibat penyakit atau trauma. Beberapa individu

dapat juga mengekspresikan perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mamp u

megendalikan situasi, dan kerapuhan. Pasien yang dirawat di rumah sakit

sangat mungkin mengalami perubahan citra tubuh, perubahan ukuran tubuh,

berat badan yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan

invasif, seperti operasi dan suntikan daerah pemasangan infus merupakan

stresor yang bisa mengakibatkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh yang

memicu terjadinya gangguan citra tubuh. Makna objek sering kontak,

penampilan berubah pemasangan alat pada tubuh klien (infus, respiratori,

suntik, pemeriksaan tanda vital dan lain- lain) (Tjokroprawiro, 2011).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan citra tubuh meliputi :

1. Terapi keperawatan generalis

Bertujuan membantu pasien untuk mengetahui atau mengenal

gangguajn citra tubuhb. Terapi ini mempunyai 2 prinsip yaitu membantu


pasien mengenal gangguan citra tubuh dan membantu pasien mengatasi

gangguan citra tubuh dalam aspek apapun (Keliat, 2015)

2. Terapi keperawatan spesialis

Terapi ini dilakukan apabila klien yang mengalami masalah

gangguan citra tubuh belum teratasi. Terapi yang diberikan berupa terapi

kognitif. Terapi kognitif adalah bentuk psikoterapi yang dapat melatih

klien untuk mengubah cara klien mengartikan sesuatu dan melihat sesuatu

hal yang tidak sesuai dengan keinginan (Adityatso, 2017).

H. Pohon Masalah

Akibat Harga Diri Rendah

Care Problem Gangguan Citra Tubuh

Etiologi Perubahan bentuk tubuh

Bentuk tubuh yang tidak ideal

Kehilangan struktur tubuh

Bagian tubuh yang tidak berfungsi


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA PSIKOSOSIAL GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Klien : nama, umur, alamat, usia dll.

2. Keluhan utama

3. Riwayat Penyakit Sekarang

4. Riwayat Penyakit Dahulu

5. Psikososial

a. Konsep Diri – Citra Tubuh

Stressor pada tiap perubahan citra tubuh yang mungkin dialami klien :

1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,

daerah pemasangan infus.

3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai

dengan pemasanagn alat di dalam tubuh.

4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system

tubuh.

5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.

6) Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan

berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor,

suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).


b. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul pada pengkajian citra

tubuh :

1) Bagaimana anda memandang diri anda?

2) Bagaimana anda memandang orang lain disekitar anda?

3) Bagaimana orang lain memandang diri anda?

4) Apakah anda nyaman dengan keadaan anda saat ini ?

5) Bagaimana perasaan/respon anda mengenai penampilan anda?

6) Bagian tubuh mana yang paling disukai ?

7) Bagian tubuh mana yang tidak disukai ?

8) Apakah anda merasa berbeda terhadap orang lain?

9) Apakah anda merasa nyaman apabila mendiskusikan mengenai

pengobatan yang anda sedang jalani saat ini?

10) Perubahan seperti apa yang diharapkan terhadap citra tubuh saat ini

11) Adakah ancaman perubahan penampilan?

c. Hubungan Sosial

Hubungan klien dengan teman terdekat, keluarga, dan orang

sekitar, yang dilakukan klien saat memiliki waktu luang, dan kegiatan

klien dalam kelompok masyarakat (Mubarak, Lilis & Susanto, 2015).

d. Spiritual : Nilai dan keyakinan klien, juga kegiatan ibadah.

e. Cara Komunikasi

Mengkaji respon klien saat diajak berkomunikasi (menolak atau

memberikan respon) dan perilaku nonverbal klien yang digunakan

dalam berkomunikasi (Mubarak, Lilis & Susanto, 2015).


f. Pola Interaksi

Mengaji kepada siapa klien mau berkomunikasi, orang yang

paling penting & berpengaruh bagi klien (Mubarak, Lilis & Susanto,

2015).

6. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola nutrisi dan metabolic

Pada klien Ulkus diabetik biasanya mengeluh anoreksia, nafsu

makan menurun.

b. Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya nyeri pada area kaki mengakibatkan

terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.

c. Pola hubungan dan peran

klien Ulkus diabetikum akan mengalami perasaan isolasi karena

malu terhadap penampilan dirinya.

d. Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada klien yang bisa mengkibatkan penolakan

terhadap pengobatan.

7. Pemeriksaan fisik

a. Sistem integument : Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab,

tugor kulit menurun.

b. Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :


1) Inspeksi : pernapasan normal

2) Palpasi : Penrunan fremitus vocal (getaran suara).

3) Perkusi: Suara redup/ sonor/ resonan pada seluruh lapang paru.

4) Auskultasi: Pada klien ulkus diabetikum tidak didapatkan bunyi

nafas tambahan (ronkli) pada sisi yang sakit.

c. Sistem kordiovaskuler : normal

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama perubahan citra tubuh adalah gangguan

citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit dan proses terapi penyakit.

C. Intervensi Keperawatan

 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit dan proses

terapi penyakit.

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu

diharapakan citra tubuh klien positif, mampu mengidentifikasi perubahan

citra tubuh, mampu mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber

pendukung lainnya.

 Kriteria Hasil :

1. Gambaran diri positif/meningkat.

2. Mampu mendeskripsikan perubahan tubuh.

3. Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya

4. Mampu mempertahankan interaksi sosial.


 Intervensi (Afirmasi Positif) :

1. Ciptakan hubungan saling percaya dengan menganjurkan klien untuk

mengungkapkan perasaannya terhadap citra tubuhnya.

2. Diskusikan bersama klien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat ini.

3. Diskusikan bersama klien tentang citra tubuh yang diinginkan

4. Berikan Penyuluhan kepada klien dan keluarga tentang penyebaran

penyakit, gejala, penanggulangan, dan pengobatan penyakit ulkus

diabetik dan tentang perubahan tubuh, citra tubuh positif & negatif,

respon adaptif & maldaptif terhadap perubahan citra tubuh, dan cara

keluarga merawat klien dengan perubahan citra tubuh.

5. Diskusikan dengan klien tentang respon terhadap perubahan tubuhnya

saat ini.

6. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam

aktivitas sosial masyarakat dan keluarga secara bertahap.

7. Libatkan keluarga ikut berpartisipasi memberikan motivasi/semangat

kepada klien dalam menjalani pengobatan dan menghadapi perubahan

tubuh yang terjadi juga ikut serta aktif dalam kegiatan masyarakat

bersama klien.

8. Mengajarkan klien untuk meningkatkan citra tubuh yang terganggu,

dengan cara menggunakan baju yang menutupi bagian tubuh yang

tergangg

9. Beri pujian terhadap keberhasilan klien dalam melakukan interaksi dan

berespon positif terhadap perubahan tubuhnya.


DAFTAR PUSTAKA

Adityatso, (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Gangguan

Citra Tubuh. Jurnal Keperawatan, Vol I No.1

Guntari & Suariyani, (2016). Nursing Interventions Classification (NIC).

Singapore : Elsevier.

Hamdani, Laura Sri. (2017). Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi

Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.

Universitas Sumatera Utara.

Hamud, Waliyo & Mustikasari, (2017). Peran Pasien san Suami Tentang

pengaruh Mastektomi Terhadap Citra Tubuh. Jurnal Keperawatan 1 (2)

Irman,Violina, dkk. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa 1. Padang : UNP

Press.

Keliat, K (2015). Hubungan Obesitas Dengan Citra Tubuh Dan nHrga Diri

Rendah Remaja Putri Program Stuydi Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi. Manado

Potter, P.A, Perry, A.G. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata

Komalasari,dkk.Jakarta:EGC

Riskesdas, (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemenkes RI. 11.

Herdman, T. Heather. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2015- 2017 Edisi 10. Jakarta : EGC. 45


Stuart. Gail. W, Keliat. Budi. Anna,& Pasaribu. Jesika. (2016). Keperawatan

Kesehatan Jiwa : Indonesia : Elsever.

Zaini, M. (2019). Asuhan keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan

Klinis dan Komunitas. Deepublish : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai