Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KONSEP DIRI

STASE KEPERAWATAN JIWA


RSJ KALAWA ATEI 

Preseptor Klinik & Preseptor Akademik :


Maradona Ns.,M.Kep
Meti Agustini, Ns.,M.Kep

OLEH :
Alya Alvega, S.Kep
NPM. 2114901110106

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KONSEP DIRI

1.1 Pengertian
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya
juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai
cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan
pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri
kita yang diukur dengan standar penilaian orang lain. (Muhith, 2015)

Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua kualitas manusia. Diri
adalah kerangka acuan dimana seseorang mempersepsi dan mengevaluasi
dunia. Konsep diri terdiri semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang
berkonstribusi terhadap pengetahuan diri dan memengaruhi hubungan
seseorang tentang karakteristik dan kemampuan pribadi serta tujuan dan
cita-cita seseorang (Stuart,2016:213)

1.2 Rentang Respon


Respon adaptif Respon maladaptif

aktualisasi diri konsep diri harga diri rendah kerancuan


depersonalisasi
positif kronis identitas

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma


sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat terdiri dari :
1. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang sukses.
2. Konsep diri positif.
Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan dirinya dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam
menilai masalah sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan suatu
tempat jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang
termasuk didalamnya adalah

3. Harga diri rendah


Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu
cenderung berpikir ke arah negatif.

4. Keranuan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan psikologis dan kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain sehingga mereka tidak
mengenal dirinya sendiri.

1.3 Faktor Predisposisi


Terjadinya karena penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. Adapun faktor predisposisi
antara lain:
1.3.1 Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti :
suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan
fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara
atau zat kimia.
1.3.2 Psikologi Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor
yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
1.3.3 Sosio kultural Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran
budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
1.3.4 Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a) Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.
c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh.
d) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi
1.3.5 Faktor predisposisi gangguan harga diri
a) Penolakan dari orang lain.
b) Kurang penghargaan.
c) Pola asuh yang salah
d) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
e) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
1.3.6 Faktor predisposisi gangguan peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,
perubahan situasi dan keadaan sehat – sakit.
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran
yang sesuai.
d) Peran yang terlalu banyak.

1.3.7 Faktor predisposisi gangguan identitas diri


a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
b) Tekanan dari teman sebaya.
c) Perubahan struktur sosial
(Stuart,2016 : 221)

1.4 Faktor Presitipasi


1.4.1 Situasional
Disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau
menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
1.4.2 Kronik
Berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
dirawat. Klien mempunyai pikiran negative sebelum dirawat dan
meningkat saat dirawat

1.4.5 Manifestasi Klinis/tanda dan gejala


1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Selera makan berkurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah
1.4.6 Pohon Masalah

Isolasi sosial menarik diri

Gangguan Konsep diri

Tidak efektifnya koping


individu
(Wijayaningsih, 2015:3)

1.4.7 PROSES KEPERAWATAN


1.4.7.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa, status
pernikahan, agama, pekerjaan, diagnose medik, nomer RM,
tanggal masuk, serta penanggung jawab.
2) Keluhan utama
Menanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang akan
dicapai.
3) Faktor Prepitasi dan Predisposisi
Menanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress
yang menumpuk.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan ,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien
e. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan
kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok
dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
f. Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan
berhitung
g. Kebutuhan persiapan pulang
 Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
 Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi
 Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
 Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri)
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
j. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian
tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter. Terapi yang
diterima klien bisa berupa terapi farmakologi, psikomotor,
TAK, dan rehabilitasi

1.4.7.2 Diagnosa Keperawatan


Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

1.4.7.3 Rencana Tindakan Keperawatan


 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan
dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
 Diskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit,
di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
 Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat
digunakan.Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif
 Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
 Diskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
 Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri
 Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan
keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
 Diskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
 Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
 Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih. Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut,
saudara dapat melakukan hal-hal berikut:
 beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan

1.4.8 Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP1 Klien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang
akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian
 Orientasi
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Aulia biasa dipanggil Aulia,
saya mahasiswa UMB yang., Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan
pilih satu kegiatan untuk kita latih””Dimana kita duduk ? Bagaimana
kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?
 Kerja
” Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya
buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu
lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? “ Wah,
bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki “.”
ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah,
yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).
Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini. ”Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan
tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapikan tempat tidur ibu”. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba
lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”. “Nah kalau kita mau
merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah
atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus !”. ” ibu sudah bisa merapihkan tempat
tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum
dirapikan? Bagus ” “Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda
MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan)
jika diingatkan bisa melakukan, dan ibu(tidak) melakukan.
 Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur ? Yah, ternyata ibu banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa
kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi
jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan
mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya”

SP2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
 Orientasi
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan ibu pagi ini ? Wah,
tampak cerah ” ”Bagaimana ibu, sudah dicoba merapikan tempat
tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau
belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua.
Masih ingat apa kegiatan itu ibu?” ”Ya benar, kita akan latihan
mencuci piring di dapur ruangan ini” ”Waktunya sekitar 15 menit.
Mari kita ke dapur!”
 Kerja
“ibu, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., ibu bisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan. “Sekarang
saya perlihatkan dulu ya caranya” “Setelah semuanya perlengkapan
tersedia, ibu ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran
yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian ibu
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu ibu bisa mengeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai… “Sekarang
coba ibu yang melakukan…”“Bagus sekali,ibu dapat
mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
 Terminasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cuci piring ?” “Bagaimana
jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
ibu. Mau berapa kali ibu mencuci piring? Bagus sekali ibu mencuci
piring tiga kali setelah makan.” ”Besok kita akan latihan untuk
kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel” ”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa

DAFTAR PUSTAKA

Agung majestic.files wordress.com/2011/10/lp-harga diri-rendah.doc


Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta:
ANDI
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:
Nuha Medika Press.
Stuart, G.W. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Edisi 3, Jakarta :
EGC.
Wijayaningsih, K. s. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.
Palangka Raya, 11 September 2022

Ners Muda

(Alya Alvega, S.Kep)

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Meti Agustini, Ns.,M.Kep) (Maradona, S.Kep.,Ners.,M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai