Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DAMPAK DAN CARA MENGATASI


BODY SHAMING

Nama : Sri Rizki Samatowa

NIM : P07120420030

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI PROFESI NERS
T.A 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Dampak dan Cara Mengatasi Body Shaming


Sub Pokok Bahasan : Body Shaming
Sasaran : Mahasiswa
Hari/Tanggal : , November 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Poltekkes Kemenkes Palu
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan Dampak dan cara mengatasi Body Shaming, bagi
mahasiswa agar dapat mengetahui dampak dan cara mengatasi Body Shaming
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan mahasiswa mampu:
a. Menyebutkan pengertian Body Shaming
b. Menyebutkan jenis-jenis Body Shaming
c. Menyebutkan ciri-ciri Body Shaming
d. Menyebutkan dampak dari tindakan Body Shaming
e. Menyebutkan cara mengatasi Body Shaming
B. Topik dan Sub Topik
1. Topik : Dampak Dan Cara Mengatasi Body Shaming
2. Sub topik : Body Shaming
C. Materi Terlampir
D. Metode Penyuluhan
 Ceramah
 Tanya Jawab
E. Media
 Leaflet
F. Setting Tempat
Peserta berada didalam ruangan
Penyaji berada didepan audience/ peserta

Penyaji

Peserta
G. Penyajian
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pembukaan dan - Menyampaikan salam - Menjawab salam 3 Menit
salam - Memperkenalkna diri - Mendengarkan
- Membuka
acara/Menyampaikan
tujuan - Memberi respon
- Membuat Kontrak - Menyetujui
waktu Kontrak Waktu

2. Penyampaian Menyampaikan materi: Mendengarkan dan 15 Menit


materi - Menjelaskan memperhatikan
Pengertian Body
Shaming
- Menjelaskan jenis-
jenis Body Shaming
Body Shaming
- Menjelaskan ciri-ciri
Body Shaming
- Menjelaskan Dampak
dari Body Shaming
- Menjelaskan Cara
Mengatasi Body
Shaming
3. Penutup dan - Memberikan - Menjawab 12 Menit
salam pertanyaan terkait pertanyaan
materi yang telah
disampaikan
- Menyimpulkan hasil - Mendengarkan
materi
- Menyampaikan salam - Menjawab salam

H. Evaluasi Hasil
Memberikan pertanyaan Kepada Peserta tentang Materi yang sudah dijelaskan antara lain
1. Apa yang dimaksud dengan Body Shaming
2. Apa saja ciri-ciri Body Shaming
3. Apa saja jening Body Shaming
4. Apa saja dampak Body Shaming
5. Bagaimana cara mengatasi Body Shaming

Materi
1. Pengertian Body shaming
Body shaming adalah istilah yang merujuk pada kegiatan mengkritik dan mengomentari
secara negatif fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang lain. Body shaming sejatinya sudah
terjadi sejak dulu hingga sekarang, dimana media berperan besar dalam melanggengkan
praktek-prakteknya. Oxford dictionary mendefinisikan body shaming sebagai ‘Tindakan atau
praktik mempermalukan seseorang dengan membuat komentar mengejek atau mengkritik
tentang bentuk atau ukuran tubuhnya’. Jika body shaming hanya ditujukan pada bentuk dan
ukuran tubuh, bullying merupakan lingkaran besarnya, didefinisikan sebagai bentuk agresi
dimana satu orang atau sekelompok orang berulang kali melecehkan korban secara verbal
atau fisik tanpa provokasi (Clarke & Kiselica, 1997 dalam Xin Ma).
Perilaku body shaming atau mengomentari/mengejek fisik orang lain bisa berdampak
laten pada diri seseorang. Wanita, umumnya lebih rentan jadi korban body shaming. Studi Fit
Rated terhadap 1.000 pria dan wanita mengungkapkan bahwa 92,7 persen wanita pernah
diolok-olok karena penampilannya. Sementara pria 86,5 persen. Survei Body Peace
Resolution yang digelar Yahoo! Health juga menunjukkan bahwa wanita lebih banyak
mendapat perlakuan body shaming ketimbang pria. Survei terhadap 2.000 orang berusia 13 -
64 tahun menemukan bahwa 94 persen remaja perempuan pernah mengalami body shaming,
sementara remaja laki-laki hanya 64 persen. Ironisnya, perlakuan body shaming kerap kali
datang dari sesama wanita. Lebih menyedihkannya lagi, body shaming justru lebih sering
dilakukan oleh orang-orang terdekat. Entah itu keluarga, kerabat, rekan sekantor ataupun
teman.
Body shaming merupakan kasus yang marak terjadi dalam lingkup pergaulan remaja.
Sayangnya, hal ini masih dianggap biasa atau disepelekan, padahal faktanya body shaming
dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan verbal atau bullying. Body shaming biasanya
diawalli dari basa basi, bercanda kelewatan atau bahkan demi mencairkan suasana. Padahal,
sebenarnya kebiasaan buruk ini tidak baik dilakukan terus-menerus.

2. Jenis-Jenis Body shaming


Berdasarkan pengertian diatas, bullying melebar ke berbagai bentuk. Perilaku koersif
terkait bullying bisa dikelompokkan menjadi dua kategori: fisik dan verbal. Penindasan fisik
meliputi memukul, mendorong, memegang, dan memberi isyarat bermusuhan. Intimidasi
verbal meliputi mengancam, memalukan, merendahkan, menggoda, memanggil nama,
menjatuhkan, sarkasme, mengejek, menatap, mencuat lidah, menggulung, memanipulasi
persahabatan, dan mengucilkan (Clarke & Kiselica, 1997 dalam Xin Ma).
Kalimat-kalimat dibawah ini adalah contoh nyata tindakan body shaming :
“Kok badan kamu makin gemuk, sih…diet donk! Nanti ga dapet cowok,lho’
“Ih, kulit kamu kok jadi item gini…lulur gih atau suntik putih sekalian!’
“kamu pake heels aja biar ga pendek-pendek amat keliatannya!’
“lu kurus banget sih, ntar kena angin terbang!”
“Badan lu mirip gentong!”
“Body lu mirip tiang listrik!”
“Rambut lu mirip bonsai!”

Jenis-jenis body shaming diantaranya sebagai berikut:


1. Fat Shaming
Fat-shaming adalah komentar negatif tentang orang yang bertubuh gemuk alias plus
size. Fat-shaming ini biasaniya muncul dalam kalimat-kalimat seperti ini, "Badan
kamu gemuk banget, coba kurus. Pasti cantik," atau "Dasar gendut, kamu kalau
makan segentong ya?"
2. Thin-shaming
jika fat-shaming dialami oleh orang yang bertubuh gemuk, thin-shaming ini dialami
dengan orang yang bertubuh kurus. Biasanya, orang-orang yang kurus sering
mendapat pandangan negatif sperti, "Gak pernah makan ya? Pantes badannya kayak
lidi gitu," atau "Itu badan apa triplek, tipis banget."
Padahal mungkin ada beberapa faktor yang membuat orang tersebut bertubuh kurus,
berat badaanya tidak bertambah ataupun jika bertambah tidak terlihat secara signifikan. Yang
pertama itu, faktor keturunan. Jika keluarga kalian lebih banyak yang bertubuh kurus, pasti
bisa jadi susahnya kalian untuk menggemukan badan karena faktor keturunan atau genetik.
Faktor yang lainnya, adalah faktor metabolisme. Mungkin penyebab kalian susah untuk
gemuk adalah metabolisme di tubuh yang kurang bagus.

3. Ciri-Ciri Body shaming


a. Mengungkapkan Keprihatinan Terhadap Bentuk Tubuh Seseorang
Ungkapan seperti, "Punya badan jangan terlalu gemuk, nanti bisa kena diabetes" atau
"Coba diet supaya badan kamu lebih sehat dan nggak gampang sakit," mungkin terkesan
menunjukkan kepedulian atau perhatian. Tapi sebenarnya itu masuk kategori body
shaming secara tak langsung.
"Beranggapan bahwa seseorang yang kelebihan berat badan itu tidak sehat, dietnya asal-
asalan atau malas adalah sebuah prasangka dan ketidakpekaan. Mungkin saja mereka
mengalami gangguan kesehatan, dan sebenarnya sudah menjalani gaya hidup sehat. Tapi
kan mereka tidak harus memberitahumu tentang itu. Kecuali mereka membahasnya lebih
dulu, kamu harus berhenti tanya-tanya," ujar Darrell Freeman.
b. Ekspresi kaget ketika ada orang gemuk olahraga
Berakting terkejut atau bahkan memberi selamat ketika tahu orang yang kelebihan berat
badan berolahraga, tanpa disadari adalah sebuah bentuk body shaming atau lebih
spesifiknya, fat shaming. Orang gemuk atau kelebihan berat badan masih tetap bisa
berolahraga dan melakukan berbagai aktivitas intens. Maka sebaiknya jangan memberi
selamat atau berlaku kaget saat temanmu yang kelebihan berat badan memutuskan untuk
olahraga demi kesehatannya.
c. Memberi saran soal pakai baju
Menyarankan teman bagaimana dia harus berpakaian agar terlihat lebih langsing atau
nyaman beraktivitas bukannya membantu, tapi justru sebuah praktik body shaming yang
mungkin bisa membuat tersinggung. Kecuali dia sendiri yang meminta saran berbusana
dari kamu. “Dengan begitu menyiratkan bahwa mereka tidak bisa memakai baju tertentu
dan harus berbusana dengan cara-cara tertentu sesuai ukuran tubuh mereka. Boleh saja
bersikap jujur dan membantu tapi jangan kamu yang memutuskan apa yang boleh dan
tidak untuk dia pakai,”.
d. Menghakimi cara diet seseorang
Apa yang orang ingin pakai, lakukan atau makan, adalah hak dan kebebasan mereka,
terlepas dari apakah itu baik atau tidak bagi mereka. Bukanlah tempat bagi kamu untuk
memutuskan apakah orang gemuk harus makan yoghurt atau es krim.
“Bagaimana orang bisa merasa bahagia dan percaya diri jika mereka terus-terusan
ditekan untuk diet menurunkan berat badan?”
f. Pujian yang tidak pada tempatnya
“Wow, kamu cantik yang sekarang. Berat badanmu turun berapa kilo?”
“Kamu nggak gemuk kok, kamu cantik.”
Sekilas dua kalimat di atas terkesan seperti memuji. Tapi komentar yang tampaknya
‘positif’ itu justru bisa dianggap sebaliknya. Dengan mengatakan ‘kamu nggak gemuk,
kamu cantik,’ menyiratkan bahwa bertubuh gemuk itu memang sesuatu yang tidak baik.
Artinya, ‘seseorang tidak bisa bertubuh gemuk dan dianggap cantik’. Padahal kasusnya
tidak selalu seperti itu. Seseorang bisa terlihat cantik dan bertubuh gemuk di saat yang
bersamaan.

g. Skinny Shaming
Body shaming tidak hanya terjadi pada orang gemuk, tapi juga kurus. Perlu diingat,
mengomentari tubuh orang dengan ‘terlalu kurus’, ‘kurang gizi’ atau ‘banyak makan
supaya sehat’ juga merupakan bentuk body shaming. Sebelum berkomentar atau mengejek
tubuh seseorang terlalu kurus atau ceking, ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui.
Sebagian orang memiliki metabolisme tubuh yang cepat sehingga sulit bagi mereka untuk
naik berat badan. Ada pula yang memang suka berolahraga hampir setiap hari sehingga
tubuh mereka selalu terlihat kurus, dan mungkin juga karena mengalami gangguan pola
makan dan sedang menjalani perawatan intensif. Kamu tidak akan pernah tahu, dan tidak
perlu tahu jika mereka memang tidak ingin membeberkannya.
h. Kamu lumayan cantik untuk Ukuran...
“Kamu lumayan cantik ya untuk ukuran orang gemuk. Orang yang kulitnya hitam.
Orang Asia. Orang kurus.”
Perkataan seperti itu menunjukkan kalau standar kamu terhadap istilah ‘cantik’ sangatlah
dangkal. Cantik bukan hanya milik wanita bertubuh ramping, berkulit putih atau berambut
hitam-lurus. Tapi kecantikan bisa datang dalam berbagai bentuk, warna kulit dan ukuran
tubuh.

4. Dampak Perilaku Body shaming

A. Dampak terhadap psikologi korban


Dampak dari body shaming salah satunya adalah gangguan makan, gangguan makan
ini dikarenakan adanya rasa malu terhadap kondisi yang ia miliki, dan kebingungan akan
gejala yang dialaminya. Berawal dari kasus Brunch (1973) tentang Karol yang
menggambarkan perasaan pasiennya sebagai kegagalan dan keinginannya untuk tidak
menjadi “orang yang mengerikan, tidak berarti apa-apa”, dan memilih kelaparan untuk
menhindari nasib ini. Gambaran tersebut dapat disebabkan karena konteks mengenai diri
yang tidak menarik.
Gangguan makan atau Anorexia disorder adalah turunnya nafsu makan secara
ekstrim, seperti melakukan diet ketat, olah raga berlebihan karena orang tersebut
menganggap badannya tidak normal, dalam hal berat badan. Penderita ini melakukan diet
ketat, seperti menghindari makanan karbohidrat, lemak dan kalori yang terkandung
dalam makanan. Sehingga dapat menyebabkan gangguan hormone yang berdampak
buruk bagi kesehatan. Olah raga yang ketat, olah raga bisa dilakukan jika nutrisi dalam
tubuh terpenuhi, seperi karbohidrat, lemak, zat besi, dan lainnya. Jika tidak terpenuhi
kondisi tubuh akan turun yang menyebabkan pingsan.
Body shaming dapat dipengaruhi oleh perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak
terhormat, tidak sopan, atau tidak senonoh dalam perilaku atau keadaan seseorang (APA
dictionary, 2015). Dampaknya adalah malu yaitu self-concious yang sangat tidak
menyenangkan, hal ini ditandai dengan menarik diri dari hubungan sosial, seperti
menyembunyikan atau mengalihkan perhatian orang lain dari tindakan yang memalukan
yang dapat memiliki efek mendalam pada penyesuaian psikologis dan hubungan antar
personal. Penelitian psikologi secara konsisten melaporkan dampak yang disebabkan
body shaming antara rasa malu dan gejala psikologi seperti: depresi, kecemasan,
gangguan makan, harga diri yang rendah, bipolar disorder.
Body shaming yang dipengaruhi oleh perlakuan seseorang yang tidak terhormat
seperti seseorang menyindir korban yang kebiasaanya tidak normal pada era
perkembangan saat ini. Misalnya ada seseorang yang berbadan besar, dan mengingatkan
untuk tidak makan banyak-banyak. Hal tersebut sangat tidak sopan, itu adalah hak dia.
Dia akan malu disaat ada orang yang mengomentari tentang fisiknya yang kurang
normal, mungkin juga bisa mengganggu psikologisnya, dia berpikir keras dan berusaha
untuk mengatur pola makannnya, supaya standart tubuhnya dapat diterima di
lingkungannya. Gejala gejala lainnya seperti
1. Depresi: depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan
sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Contohnya produktivitas kerja menurun,
hubungan sosial terganggu, dan keinginan untuk bunuh diri.
2. Kecemasan: kekhawatiran dan rasa takut yang intens, berlebihan dan terus-menerus
sehubungan dengan situasi sehari-hari. Contoh jantung berdenyut kencang, napas
tersenggal-senggal, berkeringat, Lelah.
3. Gangguan makan: adalah turunnya nafsu makan secara ekstrim, seperti melakukan
diet ketat, olah raga berlebihan karena orang tersebut menganggap badannya tidak
normal, dalam hal berat badan. Contoh: diet ketat, olah raga ekstrim, mengurangi
porsi makan.
4. Harga diri: pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Misalnya
anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya
sebagai seseorang, ttapi juga seseorang yang baik.
5. Bipolar disorder: suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati
mulai dari posisi terendah depresif tertekan ke tertinggi. Contoh: depresi, episode
manik, depresi guncangan atau paranoia.
Dari hasil penelitian bahwa body shaming juga diperkuat oleh teori objektifikasi yang
menekankan pada cira tubuh. Teori ini menjelaskan bagaimana pengalaman hidup dan
sosialisasi peran gender yang menekankan objektifikasi jenis kelamin menjadikan
wanita-wanita melihat dirinya sebagai objek dan memicu meningkatnya penilaian
terhadap tubuh. Kansekuensi lanjutan dari kondisi ini adalah munculnya berbagai
simtom gangguan kesehatan salah satunya perilaku makan yang patologis. (Eliasdottir,
2016). Ketidakpuasan pada citra tubuh menimbulkan banyak masalah bagi remaja
perempuan. Menurut Attie Brook-Grunn, Strong dan Huon (dalam Haugard, 2001),
perempuan yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka sksn beresiko lebih
tinggi untuk melakukan diet yang serius. Hal tersebut ditegaskan oleh Maria dkk. (2001)
menemukan adanya hubungan ketidakpuasan terhadap citra tubuh dengan kecendrungan
gangguan makan. Dalam tinjauan pustaka dijelaskan bahwa akibat ketidakpuasan
terhadap citra tubuh meliputi gangguan makan, diet yang justru menyebabkan kelebihan
berat badan, olah raga yang berlebihan (exercise bulimia) dan perilaku-perilaku
menghukum diri. Ojektifikasi diri disebabkan karena lingkungannya tidak menerima
keadaan seperti korban, dari situ korban mulai tidak nyaman atas apa yang dia punya,
akhirnya krban berusaha merubah tubuhnya supaya kurus dan dapat diterima oleh
lingkungannya. Dapat juga disebabkan karena media sosial yang sedang marak iklan atau
promosi produk kecantikan yang membuat kaum wanita menjadi objek kapitalis
ekonomi.
Penelitian Herabadi (2007) juga membuktikan adanya hubungan kebiasaan berpikir
secara negative dengan rendahnya harga diri. Berpikir positif juga membuat individu
mampu bertahan dalam situasi rawan distress (Brisette). Selain itu Fordyce juga
menemukan bahwa kondisi psikologis yang positif pada diri individu dapat meningkatan
kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas. Berpikir positif juga
membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada diri saat menghadapi
kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan motivasi. (Hill,Ritt (2004)).
Body shaming dapat dipengaruhi oleh Negative Thinking terhadap kondisi tubuh yang ia
miliki, tetapi Body shaming juga dapat berpengaruh positif jika korban body shaming
memiliki psikologis yang positif, psikologis positif adalah perspektif ilmiah tentang
bagaimana memberikan pandangan tentang manusia dari sisi lain yaitu dengan cara
menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. Jadi seseorang harus berpikir positif
terhadap orang lain, tidak boleh mengkritik seseorang. Korban juga harus berpikir
positif, jangan dibawa perasaan atas komentar negative orang lain.
Guiney and Furlong menyatakan bahwa pada remaja perempuan, ketidakpuasan
terhadap citra tubuh berdampak pada harga diri yang lebih rendah dari pada remaja
perempuan yang lain. Penetian Siegel dkk menemukan bahwa citra tubuh yang negative
merupakan penyebab utama remaja perempuan menjadi lebih depresif daripada remaja
laki-laki. Rodin dkk. Menambahkan bahwa perasaan devaluasi diri, disforia(depresi), dan
tidak berdaya disebabkankan karena standar ideal budaya yang tidak dapat dicapai oleh
kebanyakan perempuan. Menurut American Association of University Woman,
ketidakpuasan terhadap citra tubuh ini berhubungan dengan resiko bunuh diri pada
remaja perempuan. Citra tubuh seseorang berbeda-beda, ada yang suka berpenampilan
seperti ini dan itu, oleh sebab itu jadilah diri sendiri, jangan mengikuti orang lain supaya
diterima di lingkungan orang tersebut. perempuan mempunyai rasa minder yang tinggi
dibandingkan laki-laki dalam hal penampilan. Penampilan bagi lelaki sangat simpel dan
tidak terlalu mengikuti zaman, sedangkan wanita jika ada wanita yang penampilan atau
fisiknya berbeda atau tidak mengikuti zaman, pasti menimbulkan komentar atas
penampilan.

B. Dampak terhadap pola perilaku korban


Body shaming merupakan kasus yang sangat sering terjadi pada lingkup pergaulan
remaja. Namun, hal ini masih sering disepelekan oleh masyarakat luas. Di Indonesia
sangat sering dan bahkan dapat dikatakan suatu hal yang wajar pada kasus ini. Padahal
tindakan body shaming merupakan suatu kasus bullying terhadap fisik dan masuk ke
dalam kategori kekerasan verbal, sehingga dapat mengganggu dan mengancam kondisi
psikologis dari korban body shaming. Dampak terburuk yang dialami oleh korban body
shaming adalah depresi.
Body shaming juga merujuk pada pengomentaran dan pengkritikan dari fisik
seseorang dengan perkataan yang pedas serta menusuk hati korban sehingga psikologis
korban terguncang dan merasa tidak percaya diri dengan fisik yang dimiliki. Sangat
disayagkan apabila terjadi kasus bodyshaming terhadap anak kecil atau anak di bawah
umur. Karena pembentukan pola negatif diri baik dari diri sendiri maupun dari orang
lain punya dampak yang luar biasa, bahkan bisa berdampak hingga korban dewasa. Ya,
tanpa disadari hal semacam ini bisa merujuk pada bullying. Body shaming dapat
berpengaruh pada pola perilaku korban, diantaranya:
a. Tidak percaya diri
Ketika korban mengalami body shaming, korban menjadi tidak percaya diri atas fisik
yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan kondisi fisik yang selalu diejek dan dikomentari
oleh orang disekitarnya. Korban selalu menginginkan kondisi fisik yang sempurna yang
selalu didambakan oleh setiap orang, sehingga kondisi psikologis korban tertekan dan
menjadi pribadi yang tidak percaya diri dengan apa yang miliki. Bahkan ketika dewasa
bisa jadi ia tidak percaya diri dikarenakan punya latar belakang body shaming yang
pernah ia alami, sehingga dirinya sendiri pun membentuk pola yang negatif ketika ia
melihat fisiknya.
b. Malu
Rasa malu yang dimiliki oleh korban dapat disebabkan dari body shaming. Korban
merasa bahwa dirinya tidak cantik, tidak mempunyai badan atau wajah yang diidamkan
setiap orang. Sehingga korban merasa malu untuk memulai interaksi dengan orang baru
karena kondisi fisiknya. Pikiran pikiran yang negatif yang muncul dari diri seorang
korban akan membentuk pola perilaku yang menyimpang sehingga secara tidak sadar
orang tersebut yang mulai membangun tembok pembatas untuk berinterkasi dengan
lainnya.
c. Putus Asa
Korban body shaming akan merasa putus asa dan hilang harapan ketika dia diejek
oleh orang-orang di sekitar. Ketika korban sudah melakukan usaha keras untuk menjadi
perfect di mata orang, namun tak kunjung membuahkan hasil, korban akan merasa
insecure dan putus asa dalam melakukan perubahan. Sehingga tidak sedikit wanita
korban body shaming melakukan percobaan bunuh diri baik dengan disengaja maupun
tidak disengaja.

5. Cara Mengatasi Perilaku Body shaming


Banyak orang yang masih tidak sadar akan bahaya body shaming terhadap sesorang,
baik itu dari segi kondisi fisik maupun psikisnya akan membuat korban merasa
terintimidasi oleh ucapan, kritikan dan komentar yang dikeluarkan oleh para pelaku body
shaming. Kurangnya kesadaran akan rasa peduli, saling menghargai dan menyayangi
membuat kasus body shaming semakin marak terjadi. Body shaming tidak hanya
ditujukan pada orang yang bertubuh gemuk saja, namun orang yang bertubuh kurus
kerap mendapat hinaan dan ejekan dari kondisi fisik yang jauh dari atas rata-atas.
Namun, kebanyakan body shaming saat ini ditujukan pada orang yang bertubuh gemuk.
Akibat paling dari bodyshaming terhadap perempuan khususnya, dimulai dengan
gangguan pola makan yang berbahaya seperti anoreksia dan bulimia. Body shaming
memicu terjadinya diet dan olahraga ekstrim di luar batas kemampuan mereka hanya
karena ingin mendapatkan tubuh dan wajah yang ideal seperti yang diidamkan. Untuk
body shaming kepada orang bertubuh kurus, korban akan merasa terintimidasi dan
melakukan segala upaya agar dapat membuat tubuh lebih berisi sepeti mengkonsumsi
obat-obatan penggemuk badan, makan tidak teratur dengan banyak lemak dan bermalas-
malasan.
Body shaming juga mengganggu kesehatan mental dari korban seperti kecemasan dan
depresi akut. Begitu bahayanya dampak body shaming ini, pelaku dapat dijerat Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Baik itu dari body shaming lewat
sosial media maupun langsung. Disebutkan bahwa jika pelaku melakukan body shaming
lewat sosial media dapat dijerat dengan pasal 27 ayat 3, pasal 45 ayat 3, UU No 11
Tahun 2008. Ancaman hukuman dari pelaku body shaming diatas adalah dengan penjara
paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp. 750 juta. Cara mengahadapi body
shaming dengan menggunakan upaya preventif adalah sebagai berikut :
1. Selalu berpikir positif
Berpikir postif ketika mendapat hinaan dan cacian memang hal yang tak mudah
dilakukan untuk korban. Namun dengan berpikir positif, tubuh dan pikiran akan lebih
terbuka dan tenang dan dapat berpikir secar logis. Berpikir positif bahwa “memang inilah
tubuhku, ciptaan tuhan yaang telah diberikan kepadaku, bersyukur aku masih bisa
merasakan indahnya dunia dan menghirup udara segar. Apabila kalian mengejek dan
menghina fisik ku maka kalian telah menghina ciptaan Tuhan”. Berpikir seperti itu lebih
membuat jiwa dan raga menjadi tenang.
2. Mengajak mereka berbicara dengan baik
Berbicara dengan orang-orang yang merupakan pelaku body shaming membutuhkan
kebesaran hati dan lapang dada. Berbicara dengan baik dan tidak menyulut emosi, serta
mempertanyakan kepada mereka apa sebab mengatakan, menghina, mengomentari dan
mengkritik fisik orang yang dapat dikatakan juga sebagai body shaming.

3. Mencintai diri sendiri


Dengan mencintai diri sendiri tentunya kita akan merasa sangat bersyukur atas apa
yang telah kita peroleh. Karena pada dasarnya memang tidak ada manusia yang
sempurna di bumi melainkan Allah semata. Menjadi diri sendiri lebih dihargai daripada
meniru orang lain yang bukan memang dari dalam kita sendiri. Kita harus selalu
menanamkan kata motivassi untuk mencintai dan menjadi diri sendiri itu lebih baik.
Dengan begitu, kita telah menunjukkan rasa syukur kita terhadap Tuhan yang telah
menciptakan sedemikian rupa.
4. Tinggalkan orang yang membawa dampak negatif
Berteman dengan orang yang selalu membawa dampak negatif akan mempengaruhi
kita untuk bertindak maupun berpikir negatif. Maka dari itu kita juga harus pandai
memilih dan memilah teman untuk dijadikan teman untuk berbagi cerita dan membawa
kita menuju hal yang positif. Memulai hidup dengan hal baru dan dikelilingi orang yang
memiliki jiwa positif akan membantu kita untuk bertindak postif dan selalu bersyukur
serta lebih menghargai sesama.
5. Sibukkan dengan hal yang bermanfaat
Selain dari hal diatas satu hal lagi yang dapat anda lakukan dalam mengisi hari-hari
dengan mencari kesibukkan dengan berbagai kegiatan salurkan Hobby dan minat anda
dalam berbagai kegiatan sehingga anda dapat melupakan masalah body shaming

DAFTAR PUSTAKA

Aron, Robert A., Birne, Donn., Branscombe, Nyla R. (2006). Social Psychology 11th. United
State of America: Pearson Education.
Bem. Daryl J. (1967). Self-Perception : An Alternative Interpretation of Cognitive
Dissonance Phenomena. Psychological Review1967, Vol. 74, No. 3, 183-200
Bem. Daryl J. (1972). Self-Perception Theory. Stanford University, Stanford California.
Berk. L.E. (2012). Development through the lifespan. (Terj. Daryatno). Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar. (karya asli terbit 2010)
Sakinah. 2018. “Ini Bukan Lelucon” : Body shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara
Mengatasinya. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Sosial. Vol.1. No.1.
Ananda Prameswari, Mohamad Tohir. 2018. Perancangan Kampanye Cegah Body shaming
Pada Remaja Perempuan. eProceedings of Art & Design. Vol.5. No.3.
Tanpa penulis. 2018. “Body shaming dan Cara Mengatasinya”.
https://pijarpsikologi.org/body-shaming-dan-cara-mengatasinya/ [diakses pada 20 April
2019]
Tanpa penulis. Tanpa tahun. “Fenomena Body shaming Terhadap Perempuan Dalam Upaya
Preventif and Social Planning”.
https://www.academia.edu/38097129/FENOMENA_BODY_SHAMING_TERHADAP
_PEREMPUAN_DALAM_UPAYA_PREVENTIF_REPRESIF_and_SOCIAL_PLAN
NING [diakses pada 20 April 2019]
Mukhlis, Akhmad. 2013. Berpikir Positif Pada Ketidakpuasan Terhadap Citra Tubuh. Jurnal.
Universitas Islam Negeri Malang
Rodhiyah, Shofi. Fenomena Body shaming Terhadap Perempuan. Esai

Anda mungkin juga menyukai