Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI:


PERILAKU KEKERASAN
SESI 3 : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN CARA INTERAKSI
SOSIAL ASERTIF (CARA VERBAL)

OLEH :
KELOMPOK 9

SALSABILLA PUTRI KHAIRANI


SERYA OLANDIA
SILVI RAHMAWATI PUTRI
YAHDIANI PUTRI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022/2023
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

Topik : TAK Stimulasi Persepsi: PerilakuKekerasan


Sesi ke : III / Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Sosial
Asertif (Cara Verbal)
Terapis : 5 orang mahasiswa Stikes Mercubaktijaya Padang
Sasaran : 6 orang klien

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mampu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2. Tujuan Khusus
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan mengontrol prilaku kekerasan dengan cara
asertif (cara verbal).
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian jika tidak dapat mengontrol prilaku
kekerasan yang dialaminya.
c) Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol prilaku kekerasan dengan cara
asertif (cara verbal).

B. LANDASAN TEORI
Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam
jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat
berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung (Homans, 2011). Anggota
kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Boner, 2009).
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas
kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-
sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh seorang
terapis atau petugas yang telah terlatih.
Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling
banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut :
a) TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap
mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
b) TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori).
c) TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya,
klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).
d) TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
e) TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR)
f) TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat
mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat
berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik).

Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki
resiko tinggi yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgroup dengan
budaya kekerasan, peminum alkohol (Tomb, 2003 dalamPurba, dkk, 2008). Perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individulain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purbadkk, 2008).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku kekerasan adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Aktivitas dibagi dalam empat
bagian, yaitu mempersepsikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, mencegah
perilaku kekerasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan memukul bantal/kasur,
mencegah perilaku kekerasan dengan mengonsumsi obat yang benar, mencegah perilaku
kekerasan secara sosial dan mencegah perilaku kekerasan secara spiritual.
Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari terdiri dari ;
a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 1: mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 2: mencegah perilaku
kekerasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan memukul bantal/kasur
c) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 3:mencegah perilaku
kekerasan sosial
d) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 4:mencegah perilaku
kekerasan secara spiritual
e) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 5 :mencegah perilaku
kekerasan dengan mengkonsumsi obat yang benar

C. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK TAK


1. Klien dengan diagnose Perilaku Kekerasan
2. Klien yang telah mendapat SP PK I-IV
3. Klien yang bias kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok
4. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
5. Klien dapat diajak bekerja sama

D. PROSES SELEKSI
1. Anggota kelompok dipilih berdasarkan masalah yang sama dan sesuai dengan kriteria
2. Klien diseleksi berdasarkan hasil pengkajian
3. Tingkat kemampuan berfikir, melihat, mendengar, dan pemahaman relative setara
4. Klien yang telah dilakukan kontrak sebelumnya

E. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN


1. Hari/ Tanggal : Senin / 12 Desember 2022
2. Tempat kegiatan : Ruangan Kelas O
3. Waktu Kegiatan : 10.00 s/d 10.45 WIB
4. Metode Kegiatan : Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab
5. Anggota TAK : 1. Tn. R
2. Tn. A
3. Tn. W
4. Ny. B
5. Ny. P
6. Ny. S
F. MEKANISME KEGIATAN TAK
No Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Peserta
1. 30 Pelaksanaan
menit a. Orientasi
1. Salam terapeutik
Terapis mengucapkan salam Menjawab salam
“Selamat pagi Bapak-Bapak”
Terapis memperkenalkan diri dan pembimbing Mendengarkan
”Perkenalkan nama saya Ibu …” dan
Menanyakan nama dan pangilan semua klien (beri memperhatikan
papan nama)
”Nama bapak siapa?” Menjawab
2. Evaluasi/ validasi pertanyaan
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
”Bagaimana perasaan bapak-bapak hari ini?”
Terapis menanyakan masalah yang dirasakan
“Apakah bapak masih merasakan perasaan kesal Menjawab
atau marah?” pertanyaan
“Apakah penyebab biasanya bapak marah?”
“Apa yang bapak lakukan biasanya jika
marah/kesal?”
“Apakah saat bapak marah/kesal bapak Menjawab
melakukan kegiatan yang telah dilatih sebelumnya pertanyaan
untuk mengontrol marah, seperti kegiatan fisik
(tarik nafas dalam dan pukul bantal), dan
melakukan kegiatan komunikasi yang asertif serta
melakukan kegiatan ibadah ?”

3. Kontrak Mendengarkan
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal dan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. memperhatikan
“Tujuan dari kegiatan ini adalah agar bapak bias
mengatahui perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.” Mendengarkan
Menjelaskan aturan main berikut: dan
”Sebelum kita mulai, saya jelaskan aturan memperhatikan
mainnya ya pak:
- Jika ada bapak yang akan meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada saya,
- Lama kegiatan 45 menit
- Bapak-bapak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.”
b. Kerja
1) Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika Mendengarkan
ingin meminta sesuatu dari orang lain. dan
 Tanyakan bagaimana cara klien meminta memperhatikan
sesuatu dari orang lain. Mengikuti
2) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu kegiatan sesuai
tanpa paksaan, yaitu “ Saya perlu/ingin/ minta ..., aturan main
yang akan saya gunakan untuk…”.
3) Memilih 2 orang klien secara bergilir mempraktekkan
mendemonstrasikan ulang cara pada point di atas.
4) Ulangi point di atas sampai semua klien
mencobanya. beri
5) Memberikan pujian pada peran serta klien. reinforcement
6) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan mempraktekkan
meyampaikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu
“Saya tidak dapat melakukan …” atau “ Saya
kesal dikatakan seperti itu …”.
7) Memilih 2 orang klien secara bergilir mempraktekkan
mendemonstrasikan ulang cara pada point di atas.
8) Ulangi point di atas sampai semua klien
mencobanya. beri
9) Memberikan pujian terkait peran serta klien. reinforcement
3 15 Terminasi
menit a. Evaluasi pencapaian tujuan
Evaluasi Subjektif :
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Mengungkapkan
TAK pendapat
”Bagaimana perasaan Bapak setelah
mengikuti kegiatan ini?”
 Menanyakan kembali pada klien tentang Mengungkapkan
jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan pendapat
yang telah dipelajari.
“Coba bapak ulangi kembali apa saja
pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari”
 Memberikan reinforment positif terhadap
perilaku klien positif.
“Bagus sekali pak” Mendengar dan
b. Rencana tindak lanjut memperhatikan
 Terapis menganjurkan klien menggunakan
kegiatan fisik, interaksi sosial asertif, kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk Mendengar dan
mencegah perilaku kekerasan. memperhatikan

 Memasukan cara asertif (cara verbal) pada


jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
 Mengakiri pertemuan TAKperilaku Mendengar dan
kekerasan, dan disepakati jika klien perlu memperhatikan
TAK yang lain.

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Leader : Silvi Rahmawati Putri
Peran Leader:
- Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
- Memotivasi dan memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
memberikan umpan balik
- Sebagai role model
- Menjelaskan jalannya permainan dan melakukan kontrak waktu

Co-Leader : Yahdiani Khaira


Peran Co-Leader:
- Membantu leader dalam menggorganisasikan kelompok
- Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
- Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang
- Membantu leader dalam mengorganisir peserta

Fasilitator : Salsabilla Putri Khairani


Serya Olandia
Peran Fasilitator:
- Membantu leader dalam memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan aktif dan
memotivasi anggota
- Memfokuskan kegiatan
- Membantu mengkoordinir anggota kelompok
- Duduk di antara pasien

Observer : Riswati Ade Putri


Peran Observer:
- Mengobservasi semua respon klien
- Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan prilaku klien
- Memberikan umpan balik pada klien pada kelompok
- Duduk tidak dilingkungan permainan/diluar
- Mengevaluasi setiap keaktifan kelompok
- Mengevaluasi tugas leader, co leader dan fasilitator

Perilaku Anggota Yang Diharapkan:


 Klien mengikuti kegiatan mencegah perilaku kekerasan dengan cara asertif
(cara verbal) dari awal sampai akhir
H. MEDIA DAN ALAT
 Nametag peserta TAK
 Buku catatan dan pulpen
 Jadwal kegiatan pasien
 Leaflet

I. SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Leader = Fasilitator

= Co Leader = Observer

= Peserta = Pembimbing

J. PROSES EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Peserta 6 orang pasien
Setting tempat duduk berbentuk persegi dengan suasana tertib tidak ada yang hilir
mudik, dan peserta dan terapis duduk ditempat yang disediakan.
Media dan alat tersedia dengan lengkap dan baik.
Terapis datang tepat waktu.
2. Evaluasi proses
Klien mengikuti proses dengan baik
Terapis menjalankan peran sesuai dengan tugasnya masing-masing
3. Evaluasi hasil
4 dari 6 klien mampu menyebutkan keuntungan mengrontrol prilaku kekerasan
dengan cara asertif (cara verbal).
4 dari 6 klien mampu menyebutkan kerugian prilaku kekerasan.

4 dari 6 klien mampu mendemonstrasikan cara aserif (cara verbal).

K. Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
            Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui keuntungan
mengontrol prilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal), mengetahui akibat/kerugian
tprilaku kekerasan, dan mendemonstrasikan cara asertif (cara verbal) dalam mengontrol
prilaku kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut :

SESI III TAK


STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN
Mencegah Prilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial Asertif (cara verbal)

No. Nama Klien Memperagakan Memperagakan Memperagakan


cara meminta cara menolak cara
yang baik mengungkapkan
marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktekkan pencegahan
prilaku kekerasan cara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda
x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
            Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulus persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu mempraktekkan pencegahan prilaku kekerasan cara social: meminta
tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Anjurkan klien
mempraktekkan di ruang rawat inap (buat jadwal).

L. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, semoga dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Padang, 12 Desember 2022


Ketua Kelompok

Silvi rahmawati putri


Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

( )

Anda mungkin juga menyukai