Anda di halaman 1dari 19

Keperawatan Jiwa

LAPORORAN MAKALAH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PRAKTIK


PROFESI NERS KEPERAWATAN JIWA DI RUANG MANDAU II
RS JIWA PROV. RIAU

KELOMPOK 6 :

1. Marziah Utsna 19031008


2. Sabrina Elys HTB 19031010
3. Sari Fitri Handayani 19031014
4. Reza Kurniawan Syahputra 19031019
5. Irvansyah 19031021

PRESEPTOR AKADEMIK :
Sekani Niriyah, S.Kep Ns.

PRESEPTOR KLINIK :
Ns. Euis Handayani, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2023
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

1. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan kepererawatan spesialistik, namun tetap


dilakukan secara holistik pada saat melakukan asuhan kepada klien. Terapi keperawatan
yang dikembangkan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga maupun
komunitas. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok yang digunakan sebagai target
asuhan. Berdasarkan pengalaman dan survei dirumah sakit jiwa, masalah keperawatan
yang paling banyak ditemukan adalah perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, dan
harga diri rendah. Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya yang menyeluruh dalam
menyelesaikan masalah klien. Terapi aktivitas kelompok (TAK) yang dikembangkan
adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori dan orientasi realitas. Peningkatan
pengetahuan perawat dalam pelaksanaan TAK dapat diperoleh melalui pendidikan formal
atau pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

2. Jenis- Jenis Terapi Aktivitas Kelompok

1. Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS)

Terapi Aktivitas Kelompok; Sosial adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi


sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. TAKS ini terdiri dari 7 sesi antara
lain;

a. Sesi 1 klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,


nama panggilan, asal dan hobi.

b. Sesi II klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.

c. Sesi III Klien mampu bercakap cakap dengan anggota kelompok.

d. Sesi IV klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan


anggota kelompok

e. Sesi V klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi


dengan orang lain.

f. Sesi VI klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

g. Sesi VII klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan


kelompok yang telah dilakukan.
h. Sesi VII evaluasi kemampuan sosial

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi menggunakan aktivitas


sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam bentuk kelompok. TAK stimulasi persepsi ini terdiri dari 3 sesi
antara lain;

a. Sesi I menonton Televisi

b. Sesi II membaca majalah/ Koran/ Artikel

c. Sesi III Melihat gambar

3. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi; Perilaku Kekerasan

TAK stimulasi persepsi; Perilaku kekerasan terdiri dari 5 sesi antara lain;

a. Sesi I mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

b. Sesi II Mencegah perilaku kekerasan fisik

c. Sesi III mencegah perilaku kekerasan sosial

d. Sesi IV mencegah perilaku kekerasan spritual

e. Sesi V mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat

4. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi; Halusinasi

Tak stimulasi persepsi; Halusinasi terdiri dari 5 sesi antara lain;

a. Sesi I Menganal Halusinasi

b. Sesi II Mengontrol Halusinasi dengan menghardik

c. Sesi III mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

d. Sesi IV mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

e. Sesi V mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

5. Terapi Aktivitas Kelompok; Orientasi Realitas

TAK Orientasi Realitas terdiri dari 3 sesi antara lain;

a. Sesi I pengenalan orang

b. Sesi II pengenalan tempat

c. Sesi III pengenalan Waktu


6. Terapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi Sensori

Terapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi sensori adalah suatu upaya untuk menstimulasi
semua pancaindra ( sensori) agar memberi respons yang adekuat. Tujuan umum klien
dapat berespons terdapat stimulus pancaindra yang diberikan dan tujuan khusus nya
adalah;

a. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar

b. Klien mampu berespons terhadap gambar yang dilihat

c. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.

3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Stimulasi Persepsi

1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah suatu aktivitas psikoterapi yang dilakukan
pada sekelompok penderita gangguan jiwa dengan cara berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih.
TAK terdiri dari empat jenis, yaitu : sosialisasi, orientasi realita, stimulasi persepsi, dan
stimulasi sensori (Keliat, 2005 dalam Sudarmini Gusti Ayu, 2010).

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelasaian masalah. (Keliat, 2004) Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) : Stimulasi Persepsi merupakan upaya untuk melatih klien
mempersepsikan stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi
dan dn ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas yang dilakukan
berupa pemberian stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan misalnya :
membaca artikel, majalah, buku, menonton acara televisi, stimulus dari pengalaman
masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif atau distruktif,
misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain,
dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Stimulasi Persepsi

Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
Sementara , tujuan khususnya :

1. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.

2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

Menurut Keliat (2004)


a. Sesi 1 : Mengenal halusinasi

Tujuannya :

1) Klien dapat mengenal halusinasi

2) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

3) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi

4) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadinya halusinasi

Langkah Kegiatan :

1. Persiapan

a) Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi

b) Membuat kontrak dengan pasien

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a) Salam Terapeutik

1) Salam dari terapis kepada pasien

2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan nama)

b) Evaluasi/validasi Menanyakan perasaan pasien saat ini

c) Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu


mengenal suara-suara yang di dengar.

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

 Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta


izin kepada terapis.

 Langkah kegiatan 45 menit

 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai


3. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-


suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
terjadinya, dan perasaan pasien pada saat terjadi

b) Terapis meminta pasien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi


yang membuat terjadi, dan perasaan pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari
pasien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua pasien mendapat
giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.

c) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik

d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasien dari suara
yang biasa di dengar

4. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b) Tindak lanjut Terapis meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu, situasi,
dan perasaan jika terjadi halusinasi

c) Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi

2) Menyepakati waktu dan tempat

b. Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik

Tujuannya :

1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi

2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi

3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah mengikuti sesi 1

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada pasien

2) Pasien dan terapis pakai papan nama

b) Evaluasi/validasi

1) Terapis menanyakan perasaan pasien saat ini

2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,


situasi, dan perasaan

c) Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol


halusinasi

2) Menjelaskan aturan main (sama seperti pada sesi 1)

3. Tahap kerja

a) Terapis meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat


mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai pasien semua
pasien mendapat giliran

b) Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita

c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik


halusinasi saat halusinasi muncul.

d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu ‘’Pergi jangan


ganggu saya’’, ‘’saya mau bercakap-cakap dengan.....’’

e) Terapis meminta masing-masing pasien memperagakan cara menghardik


halusinasi dimulai dari pasien sebelah kiri terapis, berurutan searah jarum
jam sampai semua peserta mendapat giliran

f) Terapis memberinkan pujian dan mengajak semua pasien bertepuk tangan


saat setiap pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.


b) Tindak lanjut

1) Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari


jika halusinasi muncul

2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian pasien

c) Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK yang berikutnya,


yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

c. Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

Tujuannya :

1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah


munculnya halusinasi

2) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

Langkah Kegiatan :

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 2

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a) Salam Terapeutik

1) Salam dari terapis kepada pasien

2) Pasien dan terapis pakai papan nama

b) Evaluasi/Validasi

1) Terapis menanyakan keadaan pasien saat ini

2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari

3) Terapis menanyakan pengalaman pasien menerapkan cara menghardik


halusinasi

c) Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya


halusinasi dengan melakukan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main (sama seperti sebelumnya)

3. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.


Memberi penjelasan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan
mencegah munculnya halusinasi.

b) Terapis meminta tiap pasien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan


setiap sehari-hari, dan tulis di whiteboard.

c) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian, terapis menulis formulir


yang sama di whiteboard.

d) Terapis membimbing satu persatu pasien untuk membuat jadwal kegiatan


harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Pasien menggunakan formulir,
terapis menggunakan whiteboard.

e) Terapis melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah di susun.

f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada pasien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan kegiatan

4. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah selesai menyususn jadwal


kegiatan dan memperagakannya.

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut Terapis menganjurkan pasien melaksanakan dua cara


mengontrol halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

c) Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya,


yaitu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

d. Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

Tujuannya :

1) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk


mencegah munculnya halusinasi

2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi


Langkah Kegiatan :

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 3.

b) Terapis mebuat kontrak dengan pasien

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada pasien

2) Pasien dan terapis memakai papan nama

b) Evaluasi/evaluasi

1) Menanyakan perasaan pasien saat ini

2) Menanyakan pengalaman pasien setelah menerapkan dua cara yang telah


dipelajari (menghardik dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang
terarah) untuk mencegah halusinasi.

c) Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan


bercakap-cakap.

2) Terapis menjelaskan aturan main (sama dengan sesi sebelumnya).

3. Tahap kerja

a) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain


untuk mengontrol dan mencegah halusinasi.

b) Terapis meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa diajak


bercakap-cakap.

c) Terapis meminta tiap pasien menyebutkan pokok pembicaraan yang


biasa dan bisa dilakukan.

d) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul


“Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
“Suster tentang kapan saya boleh pulang.

e) Terapis meminta pasien untuk memperagakan percakapan dengan orang


di sebelahnya.
f) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.

g) Ulangi point e s/d f sampai semua pasien mendapat giliran.

4. Tahap Terminasi

a) Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.

2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol


halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap

c) Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya,


yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

2) Terapis menyepakati waktu dan tempat

e. Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

Tujuannya :

1) Klien memahami pentingnya patuh minum obat

2) Klien memahami akibat jika tidak patuh minum obat

3) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Langkah kegiatan :

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak pada pasien yang telah mengikuti sesi 4

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada pasien

2) Terapis dan pasien memakai papan nama

b) Evaluasi/validasi

1) Menanyakan perasaan saat ini


2) Terapis menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan
diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap)

c) Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh


minum obat

2) Menjelaskan atauran main (sama seperti sesi sebelumnya)

3. Tahap kerja

a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh


karena obat memberi perasaan tenang, memperlambat kambuh.

b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab


kambuh.

c) Terapis meminta pasien menyampaikan obat yang diminum dan waktu


meminumnya. Buat daftar di whiteboard.

d) Menjelaskan lima benar minum obat yaitu, benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat dan benar dosis
obat.

e) Minta pasien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.

f) Berikan pujian pada pasien yang benar

g) Mendiskusikan perasaan pasien sebelum minum obat (catat di whiteboard).

h) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat (catat di


whiteboard).

i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu mencegah


halusinasi/kambuh.

j) Meminta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan


kerugian tidak patuh minum obat.

k) Memberi pujian tiap kali pasien benar.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK

2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah di


pelajari.
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut Menganjurkan pasien untuk menggunakan empat cara


mengontrol halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian,
bercakap-cakap, dan patuh minum obat.

c) Kontrak yang akan datang

1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol


halusinasi.

2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
pasien. (Keliat, 2004)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
(TAK) : HALUSINASI

Materi : Halusinasi

Pokok Bahasan : Menstimulus sensori

Hari/ Tanggal : Senin, 27 November 2023

Waktu Pertemuan : 10:00-11:00 Wib

Tempat : Ruang Mandau II RSJ Tampan

Sasaran : Klien ruangan Mandau II

Target : Seluruh klien yang memenuhi kriteria TAK

A. Latar Belakang

Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang
ditandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, halusinasi dan perilaku aneh atau katatonik.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai
dengan hambatan dalam berkomunikasi, gangguan realitas, afek tidak wajar atau tumpul,
gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas seharihari
(Pardede & Laia., 2020).

Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologist
maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan
meresponnya. Diperkirakan ≥ 90% penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan
bentuk yang bervariasi tetapi sebagian besarnya mengalami halusinasi pendengaran yang
dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar individu tersebut, suara yang didengar
bisa dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple yang dianggapnya dapat memerintahkan
tentang perilaku individu itu sendiri (Yanti, et al, 2020).

Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah dengan memberikan
tidakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali halusinasi, isi halusinasi, waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan respon klien saat halusinasi muncul. Kemuadian dengan melatih klien
mengontrol halusinasi dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu dengan cara
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang
terjadwal dan menggunakan obat secara teratur. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi kelompok
dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal
halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku mal adaptif
(Sutinah, et al, 2020).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi
aktivitas kelompok sudah sejak lama dimasukkan dalam program terapi keperawatan di
dunia yang merupakan salah satu dari interpensi keperawatan yang diprogramkan terhadap
pasien jiwa skizoprenia dengan masalah pasien yang mengalami halusinasi (Ningsih,
Murtiani & Ilyas, 2013).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok selama 30 menit, diharapkan halusinasi
klien berkurang dan klien lebih memahami tentang bagaimana mengatasi halusinasi
yang dialami.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok diharapkan klien dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mengatasi halusinasi pada klien.

1. Untuk mengekspresikan perasaan yang dialami klien


2. Untuk mengenal halusinasi yang dialami.
3. Untuk mengatasi halusinasi yang dialami klien.
4. Untuk mengontrol halusinasi

C. Metoda

- Diskusi

- Sharing persepsi

D. Media

- Tape recorder

- Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna atau lagu lagu
yang bermakna religius.

E. Waktu dan tempat


Kamis, 27 November 2023 pukul 10:00- 11:00 Wib di ruangan kuantan RSJ tampan.

F. Pengorganisasian

- Leader : Reza Kurniawan Syahputra

- Co. Leader : Sabrina Elys HTB

- Moderator : Irvansyah

- Fasillitator : Marziah Utsna

- Observer : Sari Fitri Handayani

G. Kriteria Pasien

1. Pasien dengan Halusinasi yang sudah kooperatif

2. Pasien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal

3. Pasien bisa tulis dan baca

4. Pasien yang bersedia mengikuti TAK

H. Setting Tempat

Keterangan:

 M = Moderator
 P = Presentator
 W = Pasien dan keluarga /Peserta
 F = Fasilitator
 O = Observer

I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan peserta

1 Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam


- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
(5 menit)
- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan
- Menjelaskan kontrak waktu - Memperhatikan
2 Penyampaian - Menjelaskan teknik / peraturan bermain - Memperhatikan
materi - Mengajak klien untuk untuk bermain - Bermain bola
gamez dengan lempar bola dengan - Bercerita
(20 menit)
pemutaran musik /Mendengarkan
- Meminta klien untuk menceritakan
halusinasi yang dialami

3 Penutup - Mengobservasi respon pasien setelah - Memperhatikan


selesai mengikuti terapi aktivitas
(10 menit)
kelompok - Memberikan
- Meminta peserta untuk memberikan pertanyaan
pertanyaan, atau menyampaikan perasaan
klien, jika ada
- Menjawab pertanyaan yang diajukan, jika - Memperhatikan
ada
- Menyimpulkan dan menutup terapi - Memperhatikan
aktivitas kelompok dan mendengarkan
- Mengucapkan salam. - Menjawab salam

a. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur

1) 70% Pasien menghadiri terapi aktifitas kelompok

2) Tempat, waktu, media dan alat telah tersedia sesuai rencana

3) Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan

b. Evaluasi proses

1) Pelaksanaan kegiatan terapi aktifitas kelompok sesuai dengan yang direncanakan


2) Peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan terapi aktifitas kelompok

3) Peserta berperan aktif selama jalannya kegiatan

c. Evaluasi hasil

Diharapkan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok klien mampu memahami dan

mengontrol halusinasi yang dialami oleh klien

Referensi:
Aritonang, M. (2021). Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Terhadap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Ruang Cempaka Di Rsj
Prof. Dr. M. Ildrem Medan Tahun 2019. Jurkessutra: Jurnal Kesehatan Surya
Nusantara, 9(1). https://jurnal.suryanusantara.ac.id/index.php/jurkessutra/article/view/
64

Hidayah, A. N. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi PersepsiSensori


Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi di RSJD dr.
Amino Gondohutomo Semarang. FIKkeS, 8(1).
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKkeS/article/view/1900

Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., Sujarwoo, S., Suerni, T., Kandar, K., Maya, A., &
Nugroho, A. (2020). Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi
melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Jurnal Ners Widya Husada,
5(1), 35-40. https://doi.org/10.33666/jners.v5i1.328

Ningsih, P., Murtiani, M., & Ilyas, M. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi Sulawesi Selatan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 28-34.
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/440

Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With Schizophrenic Patients
through Socialization Group Activity Therapy. International Journal of Health Science
and Medical Research, 1(1), 06-10. http://ijhsmr.com/index.php/ijhsmr/article/view/6

Putri, V. S. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi


terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat
inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 6(2),
174-183. https://doi.org/10.30644/rik.v6i2.95

Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan, 2(2).
http://dx.doi.org/10.20473/jpmk.v2i2.19972

Yanti, D. A., Sitepu, A. L., Sitepu, K., & Purba, W. N. B. (2020). Efektivitas Terapi
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan Tahun 2020. Jurnal
Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 3(1), 125-131. https://doi.org/10.35451/jkf.v3i1.527

Anda mungkin juga menyukai